66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PERENCANAAN SIKLUS
Sebelum penelitian dilakukan, kondisi awal kelas penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : i Setelah seluruh instrumen penelitian disiapkan, langkah awal
penelitian kelas ini adalah dengan memberikan tes pre tes untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa menggunakan instrumen tes. ii Dari hasil pre
tes di peroleh data hasil tes drible, passing dan shooting seluruh siswa kelas 9G iii Untuk mengetahui minat dan keaktifan siswa mengikuti pelajaran penjasorkes
diberikan angket. iv Dari angket diperoleh data awal minat siswa terhadap pelajaran penjasorkes 37,95 , dan keaktifan siswa untuk mengikuti pelajaran penjasorkes
35,16 . Lebih jelasnya data tersebut dapat dituangkan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4. Nilai Rerata, Prosentase Ketuntasan Belajar, Minat Siswa dan Kesiapan
Siswa Dalam Mengikuti Pelajaran Penjasorkes Sebelum Penelitian Dilakukan
No. Uraian
Sebelum A R
1. Minat Siswa Terhadap Pelajaran Penjas
37,95 2.
Kesiapan Siswa Mengikuti Pelajaran Penjas 35,16
3. Ketuntasan Belajar
58 4.
Nilai Tertinggi 80
5. Nilai Rerata
69,33 6.
Nilai Terendah 60
67
Dari data di atas, terlihat bahwa minat siswa, kesiapan siswa, ketuntasan belajar dan nilai rata-rata siswa masih cukup rendah. Data tersebut dapat digunakan sebagai
standart kondisi awal siswa sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas atau action research.
Dari hasil pre tes, siswa yang mendapat nilai dengan kriteria tuntas belajar = 58 , dengan nilai rerata = 69,33, nilai tertinggi = 80 dan nilai terendah = 60.
Dari data di atas, dapat digunakan standart awal siswa sebelum dilakukan tindakan kelas. Maka selanjutnya dapat diuraikan hasil penelitian tindakan kelas
untuk memecahkan masalah rendahnya minat, motivasi, tingkat kesukaran dan hasil belajar Penjasorkes melalui pendekatan pembelajaran cooperative learning Team
Game Tournament.
B. SIKLUS I
Pada siklus pertama teknik pelaksanaannya adalah melakukan lomba permainan kelompok drible dengan penguasaan bola 3 kali drible baru dipassing ke
teman selama 5 menit, permainan kelompok passing antar teman sebanyak- banyaknya selama 5 menit, dan lomba permainan kelompok shooting ke ring basket
sebanyak-banyaknya tanpa drible selama 5 menit. Pada pra pembelajaran guru mempersiapkan :
1. Perangkat pembelajaran meliputi : Analisis Materi Pelajaran AMP, Silabus Pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kegiatan
Siswa LKS.
68
2. Membuat lembar observasi untuk pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas serta kuesioner tanggapan siswa dalam proses pembelajaran.
3. Dokumentasi kondisi awal yang meliputi pemberian tes penjajagan untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi permainan
bola basket. Dokumentasi nilai ulangan harian, wawancara terhadap siswa untuk memberikan masukan gambaran permasalahan yang mendasar tentang
kemampuan penguasaan materi permainan bola basket. 4. Identifikasi masalah dengan kolaborasi guru-guru Team Action Research
diperoleh diskripsi masalah yang direkam dari dokumentasi awal. 5. Merumuskan tindakan sebagai alternatif solusi, yaitu melalui pendekatan
pembelajaran kooperatif dengan beban lebih. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun, dengan
diamati oleh kolaborator sebagai observer. Untuk mengetahui hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I, maka kami paparkan sebagai berikut :
1. PENGAMATAN SIKLUS I
Setelah guru pelajaran melaksanakan langkah-langkah pemecahan masalah sesuai dengan rencana tindakan pada siklus I maka diperoleh data hasil
penelitian sebagai berikut :
a. Data Minat Siswa Terhadap Pelajaran Penjasorkes
69
Data minat siswa terhadap pelajaran permainan bola basket diperoleh melalui learning log siswa, observasi dan wawancara. Data yang didapat
menunjukkan bahwa minat siswa selama mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes mengalami perubahan ke arah yang lebih senang dan berminat
terhadap pelajaran bola basket, hal ini diperoleh dari pernyataan beberapa siswa diantaranya sebagai berikut :
Saya sekarang lebih senang dengan mata pelajaran bola basket karena dalam penyampaiannya dengan menggunakan sistim perlombaan, siswa belajar
secara kelompok dan siswa dapat secara langsung berpacu dengan kelompok lain sehingga tidak membosankan Bela Amanda, Kelas IX G, SMP Negeri 2 Gubug
Saya merasa senang mengikuti pembelajaran bola basket yang dilaksanakan secara berkelompok, ternyata permainan bola basket itu tidak sulit
dan tidak membosankan tapi asyik dan menyenangkan. Ari Arwani, Kelas IX G, SMP Negeri 2 Gubug
Hal ini juga diperkuat dengan catatan lapangan, catatan jurnal yang dilakukan oleh rekan kolaborator yang diantaranya adalah sebagai berikut :
Suasana kelas cukup menarik karena guru dalam mengajar urut penyampaiannya. Dalam mengajar guru memulai dari motivasi, pengetahuan
teknik gerakan, dan kegiatan inti. Dalam kegiatan inti siswa terlibat aktif. Hal ini ditunjukkan siswa dengan bersemangat mempraktekkan gerakan yang
diperintahkan Sunarto, S.Pd. Catatan Lapangan Pebruari 2008, Suasana pembelajaran lapangan SMP Negeri 2 Gubug
70
Di samping hasil learning log siswa dan jurnal lapangan yang dilakukan oleh rekan kolaborator, minat siswa pada siklus I dapat dipaparkan pada tabel
berikut ini Format Lampiran 2.
Tabel 5. Tingkat Minat Siswa terhadap mata pelajaran Penjasorkes No Uraian Sebelum
AR Siklus
1
1. Minat siswa terhadap pelajaran
Penjasorkes 37,95
67,16
Dari data tersebut di atas terlihat adanya peningkatan minat siswa terhadap mata pelajaran Penjasorkes dibandingkan sebelum dilakukan kegiatan Action
Research yaitu dari 37,95 menjadi 67,16, sehingga mengalami kenaikan sebesar 29,21 .
b. Data Keaktifan Siswa
Data keaktifan siswa juga dapat dilihat dari learning log siswa, observasi dan wawancara sebagian besar siswa mengalami perubahan tingkah laku yang
mendukung proses pembelajaran diantaranya yaitu senang, aktif, berani mempraktekkan gerakan, berani mengajukan pertanyaan dan antusias selama
mengikuti proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara siswa :
Dengan belajar secara cooperative dengan sesama teman ternyata penjasorkes itu tidak membosankan, lebih mudah dipraktekkan dan siswa dapat
71
berperan secara aktif, sehingga sekarang saya aktif mempraktekkan gerakan dan bertanya tentang gerakan yang betul, kalau dulu tidak aktif karena takut salah
Rudi Suharyono, Kelas IX G, SMP Negeri 2 Gubug Setelah siswa dimotivasi oleh bapak guru untuk berperan secara aktif
dalam setiap proses pembelajaran, sekarang saya dapat memahami pelajaran Penjasorkes dan menjadi lebih senang mengerjakan tugas dan praktek lapangan
Shofiatun, Kelas IX G, SMP Negeri 2 Gubug Senada dengan pernyataan siswa diatas, catatan jurnal siswa juga
menunjukkan adanya tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran Penjasorkes yaitu sebagai berikut :
Guru aktif membimbing dan memberi motivasi kepada siswanya agar menyukai pelajaran Penjasorkes. Guru juga memberikan penjelasan
bahwa sebenarnya tidak sulit, tetapi mudah dan menyenangkan serta banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu siswa harus
rajin belajar dan mencoba berbagai gerakan basket dengan cermat. Pak Abdul Khohar
juga membantu membimbing siswa yang kesulitan melakukan praktek gerakan permainan bola basket Sunarto, S.Pd, Jurnal
Siswa, Pebruari 2008, Suasana Kelas SMP Negeri 2 Gubug.
Keaktifan siswa pada siklus I dapat dipaparkan pada tabel berikut ini format lampiran 3.
Tabel 6. Tingkat Keaktifan Siswa terhadap mata pelajaran Penjasorkes
No Uraian Sebelum
AR Siklus 1
1. Keaktifan siswa dalam PBM mata
pelajaran Penjasorkes 35,16
67,5
72
Dari data tersebut diatas terlihat adanya peningkatan keaktifan siswa terhadap mata pelajaran Penjasorkes dibandingkan sebelum dilakukan kegiatan
Action Research yaitu dari 35,16 menjadi 67,5, atau mengalami kenaikan sebesar 32,34 .
c. Data Hasil Belajar Siswa
Setelah pelaksanaan siklus I berakhir dilaksanakan pos tes, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 7. Hasil Ulangan Harian Siswa mata pelajaran Penjasorkes No
Uraian Sebelum AR
Siklus 1
1. 2.
3. 4.
Nilai Tertinggi Nilai Rerata
Nilai Terendah Ketuntasan belajar
80 69,33
60 58
80 71,2
60 68
Dari data tersebut diatas terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Penjasorkes dibandingkan sebelum dilakukan kegiatan
Action Research yaitu nilai rerata dari 69,33 menjadi 71,2, dan ketuntasan belajar siswa dari 58 menjadi 68 .
2. PEMBAHASAN SIKLUS I
Setelah guru mata pelajaran melaksanakan semua langkah-langkah penyelesaian masalah sesuai rencana tindakan pada siklus I, diperoleh data
sebagaimana tabel di bawah ini :
73
Tabel 8. Minat, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Penjasorkes, nilai rerata dan prosentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I
No Uraian Sebelum AR
Siklus 1
1. 2.
3. 4.
Minat siswa terhadap Penjasorkes Keaktifan siswa dalam PBM
Ketuntasan Belajar Siswa Nilai Rerata Ulangan
37,95 35,16
58 69,33
67,16 67,5
68 71,2
Dari data pada siklus I diatas terlihat adanya peningkatan minat siswa terhadap mata pelajaran Penjasorkes jika dibandingkan sebelum penelitian
sebesar 29,20 . Keaktifan siswa sebesar 32,34 . Peningkatan minat dan keaktifan siswa diiringi dengan peningkatan ketuntasan belajar 10 dan
kenaikan nilai rerata ulangan harian mencapai 1,87. Peningkatan ini disebabkan adanya belajar secara kooperatif dalam
kelompok-kelompok sehingga siswa merasa lebih senang, tidak tertekan, tidak takut dan lebih aktif. Hal ini sesuai dengan penuturan siswa melalui learning log
seperti pendapat siswa di bawah ini : Belajar secara kelompok sangat mendorong saya dalam belajar karena saya
lebih senang belajar dengan sesama teman Nurlan Oktatiani S, Kelas IX G, SMP Negeri 2 Gubug
Belajar secara kooperatif sungguh menyenangkan dan merangsang siswa untuk aktif melakukan kegiatan sehingga siswa lebih mudah memahami pelajaran
Yuni Astiningsih, Kelas IX G, SMP Negeri 2 Gubug.
74
Pada akhir siklus I dilakukan tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Setelah dilakukan pemeriksaan hasil test siswa diperoleh nilai rerata 71,2 dan 28 siswa
mendapat nilai diatas 6,50 atau ketercapaian tuntas belajar 68 . Hal ini menunjukkan adanya kenaikan dengan sebelum diadakan tindakan kelas yaitu 58 . Kenaikan ini
disebabkan siswa lebih siap menghadapi tes karena memiliki tingkat penguasaan materi yang meningkat. Hal ini sesuai komentar siswa mengatakan :
Nilai meningkat karena belajar kooperatif membuat siswa lebih jelas menguasai gerakan dan mendorong siswa untuk selalu belajar Eka Prasetyaning
Adi, Kelas IX G, SMP Negeri 2 Gubug Kata senada juga dilontarkan seorang siswa yang berhasil mengatakan :
Belajar kooperatif dengan sesama teman lebih menyenangkan, siswa tidak merasa takut dan selalu terdorong untuk belajar Andhica Wiratama, Kelas IX G, SMP
Negeri 2 Gubug
3. REFLEKSI SIKLUS I
Untuk menyusun rencana tindakan pada siklus II, maka perlu dilakukan refleksi tindakan pada siklus I. Dari hasil diskusi dengan teman kolaborator pada
akhir kegiatan siklus I diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Siswa yang belum dapat menyelesaikan tugas dengan baik, perlu dilakukan
wawancara untuk mengetahui lebih jauh kesulitan yang dihadapinya. b. Perlu dibangkitkan minat, motivasi dan keaktifan siswa untuk melakukan
gerakan dan bekerjasama sesama teman.
75
c. Perlu diberikan penjelasan cara mempraktekkan gerakan yang benar sehingga diperoleh hasil gerak yang berkualitas dengan ide-ide pokok.
d. Siswa yang belum mencapai tuntas belajar dilakukan wawancara untuk mengetahui masalah yang dihadapi.
e. Hasil wawancara dan angket siswa diperoleh data siswa sebagian besar menghendaki kelompok belajar yang lebih produktif.
Dengan berakhirnya tindakan kelas pada siklus I maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Adanya peningkatan minat dan motivasi siswa terhadap mata pelajaran Penjasorkes jika dibandingkan sebelum penelitian sebesar 29,20 .
b. Adanya peningkatan keaktifan siswa sebesar 32,34 . c. Adanya kenaikan nilai rerata ulangan harian sebesar 1,87.
d. Adanya peningkatan ketuntasan belajar sebesar 10 . e. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran, sehingga suasana kelas menjadi
lebih kondusif. f. Dibentuk lomba permainan kelompok yang lebih sulit dengan waktu yang
lebih lama. g.
C. SIKLUS II
Pada siklus kedua menggunakan pendekatan pembelajaran cooperative learning Team Games Tournament tingkat kesulitan kelompok yang lebih besar. Sebelum
76
siklus II dilaksanakan guru action research melakukan tindakan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada siklus I sebagaimana pada refleksi.
Pada pra pembelajaran guru mempersiapkan : a. Identifikasi masalah hasil refleksi dari siklus I.
b. Rencana tindakan pada siklus II dengan pendekatan pembelajaran cooperative learning Team Games Tournament beban berlebih.
c. Perangkat pembelajaran meliputi : Analisis Materi Pelajaran AMP, Silabus Pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kegiatan
Siswa LKS. d. Membuat lembar observasi untuk pelaksanaan proses belajar mengajar di
kelas serta kuesioner tanggapan siswa dalam proses pembelajaran. e. Merumuskan tindakan sebagai alternatif solusi, yaitu melalui pendekatan
pembelajaran kooperatif TGT dengan peningkatan kesulitan pada saat Proses Belajar Mengajar.
Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun, dengan diamati oleh rekan kolaborator sebagai observer. Untuk mengetahui hasil
penelitian tindakan kelas pada siklus II, maka kami paparkan sebagai berikut:
HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan analisis refleksi pada siklus I dan rencana tindakan pada siklus II, maka diperoleh hasil penelitian pada siklus II sebagai mana tercantum di bawah ini :
77
a. Data Minat Siswa Terhadap Pelajaran Penjasorkes
Hasil learning log siswa, observasi dan wawancara pada siklus II ini tentang minat siswa terhadap mata pelajaran Penjasorkes diantaranya
dilontarkan oleh beberapa siswa yaitu sebagai berikut : Dengan model pembelajaran kooperatif cooperative learning TGT
ternyata mendorong motivasi siswa untuk selalu belajar Dedik Suparman, Kelas IX G, SMP Negeri 2 Gubug.
Kalau model pembelajaran yang dilakukan oleh guru selalu menyenangkan seperti ini tentu siswa akan lebih senang dan termotivasi untuk
selalu belajar Putri Dian , Kelas IX G, SMP Negeri 2 Gubug. Adapun hasil angket mengenai minat siswa terhadap mata pelajaran
Penjasorkes pada siklus II ini disajikan pada tabel 9 halaman berikut :
Tabel 9. Tingkat Minat dan Motivasi Siswa terhadap mata pelajaran Penjasorkes
No Uraian Sebelum
AR Siklus 1
Siklus 2
1. Minat siswa terhadap
pelajaran Penjasorkes 37,95
67,16 76,93
Dari data tersebut diatas terlihat adanya peningkatan minat siswa terhadap mata pelajaran Penjasorkes dibandingkan sebelum dilakukan kegiatan
pada siklus II yaitu dari 67,16 menjadi 76,93 atau mengalami kenaikan sebesar 9,77 .
78
b. Data Keaktifan Siswa
Data keaktifan siswa pada siklus II ini juga mengalami peningkatan yang mendukung proses pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara siswa : Dengan model pembelajaran kooperatif TGT siswa dituntut untuk aktif
dan tanggung jawab individu yang lebih besar Ari Arwani, Kelas IX G, SMP Negeri 2 Gubug.
Senada dengan pernyataan di atas, pendapat dari siswa lain menyatakan bahwa :
Pembelajaran kooperatif TGT, disamping siswa dituntut untuk selalu aktif ternyata juga menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk selalu
belajar Dewi Setyorini, Kelas IX G, SMP Negeri 2 Gubug. Keaktifan siswa pada siklus II dapat dipaparkan pada tabel berikut ini.
Tabel 10. Tingkat Keaktifan Siswa terhadap mata pelajaran Penjasorkes
No Uraian Sebelum
AR Siklus 1
Siklus 2
1. Keaktifan siswa dalam
PBM pelajaran Penjasorkes 35,16
67,5 77,53
Dari data tersebut diatas terlihat adanya peningkatan keaktifan siswa terhadap mata pelajaran Penjasorkes dibandingkan dengan siklus I yaitu dari
67,5 menjadi 77,53 atau mengalami kenaikan sebesar 10,03 .
79
c. Data Hasil Belajar Siswa
Setelah pelaksanaan siklus II berakhir juga dilaksanakan ulangan harian seperti halnya siklus I, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 11. Hasil Ulangan Harian Siswa mata pelajaran Penjasorkes No Uraian
Sebelum AR
Siklus 1 Siklus 2
1. 2.
3. 4.
Nilai Tertinggi Nilai Rerata
Nilai Terendah Ketuntasan belajar
80 69,33
60 58
80 71,2
60 68
80 72
60
74
Dari data tersebut diatas terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Penjasorkes dibandingkan siklus I yaitu nilai rerata dari
71,2 menjadi 72, dan ketuntasan belajar siswa dari 68 menjadi 74 .
PEMBAHASAN SIKLUS II
Peningkatan minat, keaktifan siswa disebabkan karena siswa menyadari pentingnya belajar. Naiknya jumlah siswa yang berminat sebesar 9,77 , dan
keaktifan siswa sebesar 9,83 dikarenakan siswa yang belum berminat dan kurang aktif pada siklus I dilakukan wawancara untuk mencari pemecahan
masalah yang dihadapi. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
80
Tabel 12. Minat, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Penjasorkes, nilai rerata dan prosentase ketuntasan belajar siswa dalam siklus
II
No Uraian Sblm
AR Siklus
1 Siklus
2
1. 2.
3. 4.
Minat siswa terhadap Penjasorkes
Keaktifan siswa dalam PBM Ketuntasan Belajar Siswa Nilai
Rerata Ulangan Harian 37,95
35,16 58
69,33 67,16
67,5 68
71,2 76,93
77,53 74
72
Hasil wawancara siswa yang kurang berminat dan kurang aktif terungkap beberapa hal diantaranya :
a. Pelajaran Penjasorkes merupakan pelajaran yang sulit karena banyak Gerakan-gerakannya.
b. Merasa kurang senang dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes karena banyak peraturannya dan malu bertanya baik pada guru mapun pada
teman. c. Materi pelajaran Penjasorkes teknik gerakannya banyak yang sulit.
d. Sebagian besar siswa merasa takut menyampaikan permasalahannya. Pada akhir siklus II dilaksanakan ulangan harian untuk mengetahui
manfaat dan efektifitas strategi model pembelajaran pada siklus ini. Prosedur dan tehnik pelaksanaan tes seperti pada siklus I. Hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa nilai rata-rata ulangan harian pada siklus II sebesar 72 berarti ada kenaikan 0,8 dibandingkan dengan siklus I.
81
Kenaikan ini menurut pengakuan siswa karena adanya tanggung jawab secara individu yang lebih besar. Dari hasil analisis ketuntasan belajar juga
mengalami kenaikan dari 68 menjadi 74 . Bila diperhatikan pada nilai tes individual ada sebagian siswa yang nilainya naik dari siklus I tapi juga ada siswa
yang nilainya stabil. Dari data tersebut 38 siswa terjadi kenaikan nilai ulangan harian dan 10 siswa nilainya turun.
Menurut data hasil kuesioner tentang manfaat model pembelajaran kooperatif TGT menunjukkan bahwa 84,93 siswa menyatakan banyak manfaatnya
pada pembelajaran Penjasorkes. Menurut pengakuan siswa : Bila semua mata pelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
TGT, belajarnya menjadi lebih enak dan lebih ringan Siti Nafsul M, Kelas IX G, SMP Negeri 2 Gubug
REFLEKSI SIKLUS II
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tindakan pada siklus II, maka perlu dilakukan refleksi tindakan pada siklus II. Dari hasil diskusi dengan teman
kolaborator pada akhir kegiatan siklus II diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Masih dipandang perlu mengadakan wawancara kepada siswa yang belum dapat
menyelesaikan tugas dengan baik. b. Untuk meningkatkan minat, keaktifan siswa terhadap pelajaran Penjasorkes
perlu dilakukan angket terbuka untuk mengetahui kekurangan guru dalam pembelajaran di kelas.
82
c. Siswa yang nilainya turun dilakukan wawancara untuk mengetahui faktor penyebab penurunan nilai.
d. Pembelajaran dengan kelompok belajar teman sepermainan. Dengan berakhirnya tindakan kelas pada siklus II maka dapat
disimpulkan sebagai berikut : a. Adanya peningkatan minat dan motivasi siswa terhadap mata pelajaran
Penjasorkes sebesar 9,77 . b. Adanya peningkatan keaktifan siswa sebesar 10,03 .
c. Adanya kenaikan nilai rerata ulangan harian sebesar 0,8. d. Adanya peningkatan ketuntasan belajar sebesar 6 .
e. Siswa lebih berminat dan aktif dalam pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi lebih kondusif.
f. Pembelajaran dengan kelompok belajar teman sepermainan. HASIL PENELITIAN
Setelah guru mata pelajaran melaksanakan semua langkah-langkah pemecahan masalah sesuai rencana tindakan pada siklus I dan siklus II, maka
diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :
a. Minat Siswa Terhadap Pelajaran Penjasorkes
Minat siswa terhadap pelajaran Penjasorkes mengalami peningkatan secara signifikan seperti pada tabel dan grafik berikut ini :
83
Tabel 13. Minat Siswa terhadap mata pelajaran Penjasorkes No Uraian Sebelum
AR Siklus
1 Siklus
II
1. Minat dan
motivasi siswa 37,95
67,16 76,93
37,95 67,16
76,93
20 40
60 80
Persentase
1
Siklus
Minat dan Motivasi Siswa
Sebelum AR Siklus I
Siklus II
Gambar 6. Grafik. Minat Siswa Terhadap Pelajaran Penjasorkes b. Keaktifan Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran keaktifan siswa juga mengalami peningkatan bila dibandingkan sebelum action research, siklus I dan siklus II,
sebagaimana tabel dan grafik berikut ini :
Tabel 14. Keaktifan Siswa Terhadap Pelajaran Penjasorkes. No Uraian
Sebelum AR Siklus
I Siklus II
1. Keaktifan Siswa
35,16 67,5
77,53
84
35,16 67,5
77,53
10 20
30 40
50 60
70 80
Pe rs
e n
ta s
e
1
Siklus
Keaktifan Siswa
Sebelum AR Siklus I
Siklus II
Gambar 7. Grafik Keaktifan Siswa Dalam PBM Penjasorkes c. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa sebelum action research, siklus I dan siklus II dapat dipaparkan pada tabel dan grafik di bawah ini :
Tabel 15. Hasil Ulangan Harian Siswa Pada Pelajaran Penjasorkes. No
Uraian Sebelum AR
Siklus 1 Siklus II
1. 2.
3. 4.
Nilai Tertinggi Nilai Rerata
Nilai Terendah Ketuntasan belajar
80 69,33
60 58
80 71,2
60 68
80 72
60 74
85
10 20
30 40
50 60
70 80
N il
a i D
an P
ro sen
tase
Sebelum AR
Siklus I Siklus II
Hasil Ulangan Siswa
Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Rerata Ketuntasan
Gambar 8. Grafik Hasil Ulangan Harian Siswa Pelajaran Penjasorkes
Adapun peningkatan hasil penelitian baik dari segi minat , keaktifan, dan hasil belajar siswa seperti pada tabel dan grafik di bawah ini :
Tabel 16. Peningkatan Minat, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Penjasorkes, nilai rerata dan prosentase ketuntasan belajar siswa
pada siklus I dan II.
No Uraian Sebelum
AR Siklus
I Siklus
II 1.
2. 3.
4. Minat siswa thd Penjasorkes
Keaktifan siswa dlm PBM Ketuntasan Belajar Siswa
Nilai Rerata Ulangan Harian 37,95
35,16 58
69,33 67,16
67,5 68
71,2 76,93
77,53 74
72
86
10 20
30 40
50 60
70 80
N il
a i dan P
e rsent
ase
Sebelum AR Siklus I
Siklus II
Siklus
Minat, Keaktifan, Ketuntasan dan Nilai Rerata Siswa
Minat Siswa
Keaktif an
Siswa Ketunta
san Rerata
Gambar 9. Grafik Peningkatan minat, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Penjasorkes, nilai rerata dan prosentase ketuntasan
belajar siswa pada siklus I dan II.
ANALISIS PERUBAHAN KINERJA GURU
Hasil observasi pada proses pembelajaran yang diamati oleh teman sejawat sebagai kolaborator dalam siklus I dan II dapat dirangkum sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal pembelajaran guru action research yang menyajikan materi pembelajaran diamati oleh teman sejawat sebagai
kolaborator. Melaui hasil diskusi berdasarkan lembar pengamatan penilaian
keterampilan menyusun rencana pembelajaran format lampiran 3 guru
action research telah terampil menyusun program dengan baik. Lembar pengamatan tersebut meliputi : 1 merencanakan pengelolaan kegiatan belajar
87
mengajar KBM, 2 merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran, 3 merencanakan pengelolaan kelas, 4 merencanakan pembagian kelompok, 5
merencanakan kegiatan dan kerja kelompok, 6 merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran, 7 merencanakan evaluasi dan penilaian proses
pembelajaran. Di samping itu guru action research juga lebih terampil di dalam
membuka pelajaran, melakukan motivasi, apersepsi dan memberikan pengetahuan prasarat bagi siswa pada kegiatan pendahluan pembelajaran.
b. Kegiatan Pokok
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan
dengan lembar penilaian keterampilan melaksanakan pembelajaran
format lampiran 4 yang diobservasi meliputi : 1 memulai pelajaran, 2 mengelola kegiatan pembelajaran, 3 mengelola kegiatan dan aktivitas
kelompok siswa, 4 mengorganisasikan waktu dan sarana belajar, 5 melaksanakan evaluasi dan penilaian, 6 mengakhiri atau menutup pelajaran.
Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa : a Aktifitas siswa umumnya baik, hal ini terlihat pada saat pembahasan
diskusi hasil kegiatan nampak adanya interaksi antara siswa-siswa dan siswa-guru.
b Frekuensi siswa bertanya sudah mengalami peningkatan, sekalipun demikian masih perlu diberikan motivasi. Hal ini terlihat siswa hanya mau
88
menjawab pertanyaan guru tetapi ketika diberi kesempatan bertanya belum banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan.
c Aktifitas guru dalam membimbing siswa belum merata tiap-tiap kelompok, sebaiknya guru selalu membimbing siswa dan berinteraksi
dalam kelompok. d Penggunaan media dan pengaturan waktu sudah baik.
Seperti halnya pada siklus sebelumnya, proses pembelajaran pada siklus II ini juga diamati oleh teman sejawat sebagai kolaborator. Hasil pengamatan
tersebut dapat disimpulkan : a Pengelolaan kelas dan pengaturan kegiatan pembelajaran baik, hal ini
dapat terlihat sesuai dengan rencana program. b Kegiatan diskusi teknik gerak nampak lebih interaktif dan beberapa siswa
mampu membantu kepada teman sekelompoknya. c Persiapan pemberian tugas diskusi sangat baik dengan menggunakan
lembar tugas tersendiri. d Siswa lebih berani bertanya untuk mengungkapkan permasalahan yang
dihadapi kelompok.
c. Kegiatan Penutup
Kemampuan guru membimbing siswa dalam menyusun kesimpulan dan rangkuman cenderung semakin meningkat bila dibandingkan dari siklus I..
89
Disamping itu, kemampuan guru di dalam memberikan tugas atau review di setiap akhir pembelajaran juga cenderung lebih baik dan lebih merata.
Dari hasil catatan lapangan yang dapat dilihat dari learning log guru, menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual kooperatif learning memberikan
petunjuk adanya : 1 Kinerja guru menjadi lebih baik
2 Penguasaan materi guru menjadi lebih baik 3 Guru menjadi lebih terampil menggunakan metode pembelajaran yang
kooperatif dan menggunakan alat bantu ajar yang sesuai dengan topik permasalahannya.
4 Guru menjadi lebih efisien dalam mengelola waktu pembelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan catatan lapangan yang telah dilakukan oleh kolaborator yang
menyatakan bahwa : Suasana kelas menjadi lebih hidup, terjadi peningkatan interaksi baik sesama
siswa maupun antara siswa dengan guru. Gurupun dalam melaksanakan kegiatan menjadi lebih termotivasi dan urut baik mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, maupun kegiatan penutup. Disamping itu siswa juga semakin banyak yang berani mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan baik dari sesama
teman maupun dari guru Sunarto, S. Pd. Catatan lapangan Pebruari 2008, Suasana kelas SMP Negeri 2 Gubug.
90
ANALISIS PERUBAHAN SUASANA KELAS
Dari hasil learning log siswa, catatan observasi siswa, wawancara dengan menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif cenderung memberikan
perubahan suasanan pembelajaran, diantaranya adalah : a. Suasana pembelajaran di kelas meningkat, yang dulu terkesan pasif,
berangsur-angsur menjadi suasana kelas yang aktif dan demokratis dalam pembelajaran.
b. Dapat mendorong siswa belajar mandiri c. Suasana kelas menjadi lebih kondusif untuk proses pembelajaran Penjasorkes.
d. Siswa lebih aktif melakukan kegiatan di dalam kelompok, berani menyampaikan pendapat, berani bertanya sekalipun dalam satu kelompok dan
berani menjawab pertanyaan temannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa bahwa :
Pembelajaran kooperatif membuat siswa nampak lebih interaktif dan beberapa siswa mampu menjelaskan kepada teman sekelompoknya
Supriyono, kelas IX G SMP Negeri 2 Gubug. Siswa lebih berani bertanya untuk mengungkapkan permasalahan yang
dihadapi kelompok Dian Islami, Kelas IX G SMP Negeri 2 Gubug.
91
PENINGKATAN HASIL
Dari sajian data mengenai minat siswa terjadi peningkatan bila dibandingkan sebelum Action Research 37,95 menjadi 76,93 pada akhir
siklus ke II atau terjadi kenaikan sebesar 38,98 . Berarti secara kualitatif terjadi perubahan perilaku pada diri siswa yaitu semakin senang terhadap mata pelajaran
Penjasorkes. Dari data mengenai keaktifan siswa juga terjadi peningkatan yang
signifikan dari sebelum dilakukan Action Research 35,16 menjadi 77,53, pada akhir siklus ke II, atau terjadi peningkatan sebesar 42,37 . Ini berarti
secara kualitatif siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam setiap kali mengikuti pembelajaran Penjasorkes sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup dan
kondusif. Dari sajian data mengenai hasil belajar siswa terutama nilai rerata dan
hasil ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan yang cukup berarti. Untuk nilai rerata dari 69,33 sebelum dilakukan Action Research menjadi 72 pada akhir
siklus ke II atau terjadi kenaikan sebesar 2,67. Sedangkan untuk ketuntasan belajar dari 58 sebelum dilakukan Action Research menjadi 74 , pada akhir
siklus ke II atau terjadi peningkatan sebesar 26 .
Dari sajian data dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran
cooperative learning TEAM GAME TOURNAMENT dapat meningkatkan penguasaan teknik dasar permainan bola basket siswa kelas
IX G SMP Negeri 2 Gubug pada mata pelajaran Penjasorkes.
92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan pembelajaran cooperative learning Team
Game Tournament dapat meningkatkan : 1. Minat siswa terhadap mata pelajaran Penjasorkes dan pemahaman siswa
terhadap konsep Penjasorkes menjadi lebih tinggi sehingga dapat memotivasi siswa menjadi kreatif didalam proses pembelajaran.
2. Meningkatkan keaktifan dan kesiapan siswa di dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Penjasorkes.
3. meningkatkan nilai ulangan harian siswa dan ketuntasan belajar siswa baik secara individual maupun secara klasikal.
4. Meningkatkan penguasaan teknik dasar bola basket siswa secara signifikan. 5. Meningkatkan suasana kelas menjadi lebih interaktif dan kondusif, tidak pasif
dalam pembelajaran Penjasorkes. 6. Memberikan pengaruh positif baik kepada siswa, kinerja guru dan suasana
pembelajaran. 7. Meningkatkan penguasaan teknik dasar permainan bola basket pada siswa.