Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Studi Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya di Medan)

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Oleh :

NIM : 090200477

MAHMUDDIN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH KOPERASI YANG MELAKUKAN PENYIMPANAN DANA PADA SUATU LEMBAGA NON BANK

(Studi Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya di Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Oleh :

NIM : 090200477

MAHMUDDIN

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

NIP. 196603031985081001 Dr. H. Hasim Purba, SH., M.Hum

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Husni, SH., M.Hum

NIP. 195802021988031004 NIP. 196012251987032001 Maria Kaban, SH., M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil’alamin, segala puja dan puji penulis panjatkan kepada sang pencipta Alam beserta isinya. Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan petunjuk yang tiada terhingga sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat berangkaikan salam tak lupa pula penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang telah membawa cahaya Islam ke dunia ini dan juga ilmu pengetahuan kepada umatnya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi ini yaitu : “ Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank ( Study Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya Di Medan )”. Dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, penulis di bantu oleh beberapa pihak yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga serta dukungannya baik secara moril maupun materil. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.H., DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Bapak Dr. Saidin, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. H. Hasim Purba, S.H., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Rabiatul Syariah, S.H., M.Hum selaku sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.Hum sebagai Dosen Pembimbing I yang dengan tulus ikhlas meluangkan waktu, memberi saran dan arahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 8. Ibu Maria Kaban, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang dengan

tulus ikhlas meluangkan waktu, memberi saran dan arahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

9. Kantor Koperasi Serba Usaha Padat Karya yang bersedia menerima penulis untuk melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

10.Bapak H. Jalaluddin dan Alm. Aslamiyah, sebagai kedua orang tua penulis dan Hermanuddin S.E, Masitoh Amd, Marwiyah, Masruroh Amd, dan Maisaroh S.Kom sebagai abang dan kakak penulis serta Masnawiyah selaku adik penulis yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

11.Hotma Sary Hasibuan selaku kekasih tercinta penulis, yang telah memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis.

12.Kepada teman – teman penulis, Hendarawan Sembiring, Gindho Purba, Haryo Septiadi Arunanto, Rahmad Anwar Lubis, Frans Jaka Bangun, Reza


(5)

Surya Nasution, Asri Lubis, Reminisir Harita S.H, Dwihardi Mahatma S.H, Daniel Tampubolon S.H, Styo Rahmad S.H, Zulfahmi Siregar S.H, Julia Sari S.H, Yunita Panjaitan S.H, Anita Veronika S.H yang telah memberikan begitu banyak motivasi.

13.Ikatan Mahasiswa Perdata ( IMP ) dan Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI ) sebagai ikatan kemahasiswaan dan organisasi yang dijadikan penulis sebagai wadah yang telah memberikan banyak kesempatan bagi penulis untuk menimba ilmu dan menjalin ikat kekeluargaan yng hangat dalam menjalin kehidupan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis sangat mengharapakan kritikan dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga kiranya skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang hukum.

Medan, April 2014 Penulis,

Mahmuddin 090 200 477


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...i

DAFRTAR ISI...iv

ABSTRAK...vi

BAB I : PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Permasalahan...5

C. Tujuan Penelitian...6

D. Manfaat Penelitian...7

E. Metode Penelitian...7

F. Keaslian Penelitian...10

G. Sistematika Penulisan...11

BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI KOPERASI SIMPAN PINJAM...14

A. Sejarah Koperasi dan Pengertian Koperasi Simpan Pinjam...15

B. Jenis-Jenis Koperasi...27

C. Asas-Asas dan Dasar Hukum Koperasi Simpan Pinjam...30


(7)

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA NON-

BANK...33

A. Tata Cara Pendirian Koperasi...34

B. Tata Cara Pembubaran Koperasi...37

C. Hubungan Hukum Anggota Koperasi dan Perangkat Organisasi...40

BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR YANG MELAKUKAN PENYIMPANAN DANA PADA KOPERASI PADAT KARYA...48

A. Peranan Pemerintah dalam Melindungi Dana Simpanan Anggota Koperasi...48

B. Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota Koperasi Di Koperasi Padat Karya...56

C. Penerapan Prinsip Fiduciary Duty Pada Pengurus Koperasi Padat Karya...63

D. Tata Cara Menjadi Anggota Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya...71

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN...75

A. Kesimpulan...75

B. Saran...79


(8)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH KOPERASI YANG MELAKUKAN PENYIMPANAN DANA PADA SUATU LEMBAGA NON

BANK

(Studi Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya Di Medan) Mahmuddin*

Muhammad Husni, SH., M. Hum** Maria Kaban, SH., M.Hum***

ABSTRAK

Banyaknya masalah yang timbul di dalam lingkungan perbankan, menyebabkan sistem kepercayaan masyarakat untuk menyimpankan dananya di dalam bank yang ada di Indonesia menjadi berkurang. Selain itu prosedur yang sulit menjadi salah satu alasan kenapa masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil atau pun daerah pedesaan lebih memilih menyimpankan dananya di dalam koperasi. Melalui wadah koperasi, para anggota dapat melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Tantangan yang mungkin sulit dialami oleh koperasi simpan-pinjam ini secara umum adalah untuk meneguhkan eksistensi dan perannnya, baik terhadap persoalan pengelolaan, manajemen, SDM, maupun dalam mengahadapi persaingan pasar bebas.

Adapun dalam menguraikan permasalahan dalam skripsi ini, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah studi lapangan dan studi kepustakaan. Studi lapangan, dilakukan penelitian pada satu Lembaga Non-Bank yaitu koperasi Serba Usaha Padat Karya di Medan. Sedangkan studi kepustakaan, dengan melakukan penelitian pada peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah dan internet yang dinilai relevan dengan permasalahan yang dibahas penulis. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan tentang bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diterima nasabah koperasi yang melakukan penyimpanan dana pada koperasi.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, LPS dibentuk sebagai suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Selain itu bentuk perlindungan yang diberikan koperasi yang terkait kepada para anggota yang juga adalah debitur dari koperasi ada tertuang dalam BAB XIII ADRT KOPAKAR juga dalam koperasi juga diterapkan suatu prinsip fiduciary duty.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Koperasi ______________________

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(9)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH KOPERASI YANG MELAKUKAN PENYIMPANAN DANA PADA SUATU LEMBAGA NON

BANK

(Studi Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya Di Medan) Mahmuddin*

Muhammad Husni, SH., M. Hum** Maria Kaban, SH., M.Hum***

ABSTRAK

Banyaknya masalah yang timbul di dalam lingkungan perbankan, menyebabkan sistem kepercayaan masyarakat untuk menyimpankan dananya di dalam bank yang ada di Indonesia menjadi berkurang. Selain itu prosedur yang sulit menjadi salah satu alasan kenapa masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil atau pun daerah pedesaan lebih memilih menyimpankan dananya di dalam koperasi. Melalui wadah koperasi, para anggota dapat melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Tantangan yang mungkin sulit dialami oleh koperasi simpan-pinjam ini secara umum adalah untuk meneguhkan eksistensi dan perannnya, baik terhadap persoalan pengelolaan, manajemen, SDM, maupun dalam mengahadapi persaingan pasar bebas.

Adapun dalam menguraikan permasalahan dalam skripsi ini, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah studi lapangan dan studi kepustakaan. Studi lapangan, dilakukan penelitian pada satu Lembaga Non-Bank yaitu koperasi Serba Usaha Padat Karya di Medan. Sedangkan studi kepustakaan, dengan melakukan penelitian pada peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah dan internet yang dinilai relevan dengan permasalahan yang dibahas penulis. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan tentang bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diterima nasabah koperasi yang melakukan penyimpanan dana pada koperasi.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, LPS dibentuk sebagai suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Selain itu bentuk perlindungan yang diberikan koperasi yang terkait kepada para anggota yang juga adalah debitur dari koperasi ada tertuang dalam BAB XIII ADRT KOPAKAR juga dalam koperasi juga diterapkan suatu prinsip fiduciary duty.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Koperasi ______________________

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyaknya masalah yang timbul didalam lingkungan perbankan, menyebabkan sistem kepercayaan masyarakat untuk menyimpankan dananya didalam bank yang ada di Indonesia menjadi berkurang. Selain itu prosedur yang sulit menjadi salah satu alasan kenapa masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil ataupun daerah pedesaan lebih memilih menyimpankan dananya didalam koperasi.

Koperasi lahir untuk membantu mengangkat masyarakat dari kemiskinan dan kemelaratan. Koperasi didasarkan kepada solidaritas dan individualitas. Koperasi mulai berjaya pada masa akhir sembilan puluhan, ini dibuktikan dengan banyaknya bermunculan koperasi simpan-pinjam yang didirikan anggota masyarakat. Hal lain yang memperlihatkan bahwa mulai munculnya banyak koperasi adalah tingkat daya saing dalam koperasi meninggi sampai pada pemberian bunga yang tinggi kepada penyimpan dana serta menawarkan kemudahan bagi pihak yang akan meminjamkan uang di koperasi. Usaha ini mampu menarik anggota masyarakat baik untuk menyimpan dan meminjam dana. Namun, kejayaan Koperasi Simpan Pinjam ini (KSP) berlaku hingga tahun 2006-2007.7

7 Widiastuti, Tanggung Jawab Penggurus Koperasi Simpan Pinjam Yang Berbadan Hukum Terhadap Penyimpanan Dana, Jurnal Hukum Vol VII (Jakarta : 2009), hal.79.


(11)

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Pasal 1 butir 1 menyatakan bahwa “Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang

perseorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip”. Berdasarkan pada pengertian tersebut, maka koperasi

merupakan suatu badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi dengan dilakukan pemisahan kekayaan dalam menjalankan usaha demi kebutuhan bersama anggotanya.

Prinsip-prinsip koperasi merupakan landasan pokok koperasi dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsip-prinsip tersebut terdiri dari: kemandirian, keanggotaan bersifat terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, pendidikan perkoperasian dan kerja sama antar koperasi.

Tujuan koperasi tersebut masih bersifat umum. Karena itu, setiap koperasi perlu menjabarkannya ke dalam bentuk tujuan yang lebih operasional bagi koperasi sebagai badan usaha. Tujuan yang jelas dan dapat dioperasikan akan memudahkan pihak manajemen dalam mengelola koperasi. Pada kasus anggota juga bertindak sebagai pemilik, pelanggan dan pemodal akan dapat lebih mudah


(12)

melakukan pengawasan terhadap proses pencapaian tujuan koperasi, sehingga penyimpangan dari tujuan tersebut akan dapat lebih cepat diketahui.

Dalam tujuan tesebut dikatakan bahwa, koperasi memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pernyataan ini mengandung arti bahwa meningkatkan kesejahteraan anggota adalah menjadi program utama koperasi melalui pelayanan usaha. Jadi, pelayanan anggota merupakan prioritas utama dibandingkan dengan masyarakat umum.

Dalam pengertian lain koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.8 Dari pengertian diatas

maka dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggota dengan cara bekerja sama secara kekeluargaan. Namun, tujuan ini mulai dikesampingkan, dimana pada tahun 2005, satu persatu Koperasi Simpan Pinjam (KSP) mulai mengalami kebangkrutan yang diikuti dengan pembubaran. Keadaan ini terjadi karena tidak mampunya koperasi memenuhi kewajibannya kepada para penyimpan dana. Biasanya pembubaran koperasi diawali dengan adanya gugatan yang dilakukan oleh para pihak penyimpan dana yang bunga atau simpannya tidak dibayar oleh koperasi.9

8 R.T.Sutantya Rahardja Hadihkusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Surabaya : PT.

Rajawali Pers, 2000), hal. 1-2.

9


(13)

Permasalahan dan kendala yang para nasabah koperasi hadapi saat ini adalah tidak jelasnya perlindungan hukum yang diberikan pemerintah dalam melindungi dana para nasabah koperasi ini. Koperasi yang adalah salah satu bentuk badan tentunya mempunyai peran yang sangat strategis bagi pemberdayaan dan penguatan perekonomian rakyat. Melihat koperasi merupakan unit usaha yang beranggotakan pihak-pihak yang berekonomi lemah, yang dimana mereka bergabung secara sukarela, berdasarkan persamaan hak dan kewajiban untuk melakukan suatu usaha yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.10

Melalui wadah koperasi, para anggota dapat melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Maka dengan semangat kebersamaan inilah koperasi hadir dan diperlukan guna mendorong tumbuhnya usaha-usaha kecil masyarakat. Tantangan yang mungkin sulit dialami oleh koperasi simpan-pinjam ini secara umum adalah untuk meneguhkan eksistensi dan perannnya, baik terhadap persoalan pengelolaan, manajemen, SDM, maupun dalam mengahadapi persaingan pasar bebas. Banyaknya bank dan lembaga keuangan non-koperasi akan meningkatkan persaingan usaha, sehingga Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dituntut untuk dapat menigkatkan pelayanan, khususnya dalam menciptakan rasa kepercayaan anggota terhadap koperasi, termasuk memberikan jaminan perlindungan hukum dana para anggotanya.11

10 Gunawan Hariyanto, Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota Koperasi,

Volume I No.1. (Bandung : 2012), hal.2.

11


(14)

Melihat banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh KSP (Koperasi Simpan Pinjam ) dikarenakan bahwa perangkat hukum di Indonesia memang belum memadai untuk memberikan perlindungan atas simpanan anggota. Fenomena KSP menjadi salah ketika dalam melakukan kegiatan usahanya telah menyimpang dari prinsip-prinsip koperasi. Semakin ketatnya persaingan sesama koperasi, medorong KSP untuk berinovasi dan berlomba menarik para calon anggota dengan memberikan berbagai tawaran produk investasi simpanan, serta pemberian bonus-bonus dan hadiah.

Faktor penyebab lain adalah tindakan penyelewengan oleh oknum pengelola/pengurus koperasi akibat lemahnya pengawasan/kontrol. Kemudahan dalam perijinan pendirian koperasi telah mendorong semakin banyaknya berdiri koperasi-koperasi, di satu sisi keadaan ini akan membantu perbaikan sektor usaha kecil. Namun di sisi lain, semakin banyaknya berdiri koperasi tanpa proses perijinan yang selektif dan pengawasan yang ketat juga akan menimbulkan masalah karena berpotensi penyimpangan.

Maka dari banyaknya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh koperasi-koperasi saat ini, dibutuhkan suatu bentuk perlindungan yang sangat vital agar dana kreditur dari koperasi dapat dilindungi.

B. Permasalahan

Dengan paparan latar belakang yang jelas dan tegas dalam skripsi berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada


(15)

Koperasi (Studi Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya Di Medan)” maka rumusan masalah yang dapat ditarik oleh penulis yaitu:

1. Bagaimana Peranan Pemerintah Dalam Melindungi Dana Koperasi? 2. Bagaimana Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota Koperasi

Padat Karya ?

3. Bagaimana Penerapan Prinsip Fiduciary Duty Pada Pengurus Koperasi?

4. Bagaimana Tata Cara Menjadi Anggota Koperasi Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana peranan pemerintah dalam melindungi dana koperasi.

2. Untuk dapat mengetahui bagaimana cara perlindungan hukum dana simpanan anggota Koperasi Serba Usaha Padat Karya.

3. Untuk memberikan gambaran bagaimana penerapan prinsip fiduciary

duty pada pengurus koperasi.

4. Untuk mengetahui tata cara menjadi anggota pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya.


(16)

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya.

b. Menambahkan informasi yang lebih konkret bagi usaha pembaharuan perlindungan konsumen untuk mencegah bertambanhnya korban pelaku usaha yang tidak bertangungjawab. c. Membantu memberikan informasi bagi kalangan masyarakat yang

ingin menyimpan dananya ke koperasi. 2. Secara Praktis

Dapat memberikan masukan kepada lembaga-lembaga yang terkait dalam pengambilan kebijakan terhadap perlindungan para nasabah koperasi atau para kreditur yang menyimpan dananya di koperasi padat karya.

E. Penelitian

1. Metode Pendekatan

Dalam penulisan skripsi ini metode yang penulis gunakan dalam menggumpulkan data adalah metode studi lapangan atau field research dan studi kepustakaan atau library research. Berkaitan dengan studi lapangan atau field research, penelitian dilaksanakan pada salah satu


(17)

Koperasi yaitu Koperasi Padat Karya yang terdapat di Medan Sumatera Utara. Sedangkan metode studi kepustakaan atau library research, penelitian dilakukan dengan menggunakan data dari berbagai sumber bacaan seperti peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah-majalah dan internet yang dinilai relevan dengan permasalahan yang akan ditulis penulis dalam skripsi ini.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini bertujuan untuk bagaimana sesungguhnya bentuk perlindungan hukum bagi kreditur yang melakukan penyimpanan dana pada koperasi padat karya.

3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama dengan melakukan pengambilan data bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan koperasi padat karya kepada krediturnya, kemudian mengenai bagaimana penerapan prinsip fiduciary duty pada pengurus koperasi ini serta tata cara simpan pinjam pada koperasi serba usaha padat karya.


(18)

b. Data Sekunder diperoleh melalui 1. Bahan hukum primer yang terdiri dari:

a. Norma atau kaedah dasar b. Peraturan dasar

c. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan koperasi yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, kemudian PP Nomor 9 Tahun 1999 yang mengatur mengenai keanggotaan KSP, kemudian KUH Perdata. 2. Bahan hukum sekunder berupa buku yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer yang berkaitan dengan koperasi, artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, internet dan sebagainya.

3. Bahan hukum tersier yang mencakup bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer, bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah, jurnal ilmiah, serta bahan-bahan diluar hukum yang relevan dan dapat digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.


(19)

4. Analisa Data

Analisa data yakni dengan analisa secara kualitatif.12

F. Keaslian Penulisan

Data sekunder yang diperoleh dianalisis secara kualitatif untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis membuatnya berdasarkan perhatian pada banyaknya kegiatan usaha yang menggunakan sistem pemasaran koperasi dan semakin banyaknya masyarakat yang lebih memilih penyimpanan dananya di lembaga keuangan non-bank, atau dengan kata lain dengan menjadi anggota koperasi. Jumlah peminat yang banyak ini mendorong penulis untuk mendalami sistem perlindungan yang seharusnya didapat oleh nasabah atau keditur dalam penyimpanan dananya di dalam koperasi, dalam hal ini peneliti mengambil satu lembaga keuangan non-bank yaitu Koperasi Padat Karya.

Banyaknya permasalahan mengenai koperasi membuat pentingnya suatu bentuk perlindungan yang diberikan oleh pemerintah demi menjamin dana para nasabah di dalam koperasi. Walaupun koperasi suatu lembaga keuangan non-bank, tetapi penting bagi pemerintah memperlihatkan perhatian khusus dalam menangani koperasi-koperasi yang bermasalah dalam pengembalian dana para nasabah. Dan dari hal itu semua membuat penulis akhirnya memutuskan untuk mencari lebih dalam mengenai koperasi ini dengan riset di salah satu koperasi

12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Penerbit Universitas


(20)

yang ada di Medan yaitu Koperasi Padat Karya sehingga penulis dapat mengetahui bagaimana peranan pemerintah dalam melindungi dana koperasi, Perlindungan hukum dana simpanan anggota koperasi di Koperasi Padat Karya dan penerapan prinsip fiduciary duty pada pengurus koperasi serta tata cara simpan pinjam pada koperasi padat karya tersebut.

Selain itu dalam penulisan skripsi ini penulis membuatnya dengan melihat dan terjun langsung pergi meminta data terhadap pengurus koperasi padat karya dan literature yang didapat dari kepustakaan, media massa dan sumber-sumber lain yang relevan.

Penulisan skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Studi Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya Di Medan) yang diangkat sebagai judul skripsi telah diperiksa melalui telusuran kepustakan Fakultas Hukum dan berdasarkan hasil Penelusuran penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara tidak ditemukan judul yang sama.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih jelas dan terarahnya penulisan skripsi ini, maka akan dibahas dalam bentuk sistematika, yaitu sebagai berikut:


(21)

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KOPERASI SIMPAN PINJAM

Pada bab ini akan dibahas sejarah koperasi simpan

pinjam, jenis-jenis koperasi dan asas-asas serta dasar hukum koperasi simpan pinjam.

BAB III LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

Bab ini merupakan bab yang membahas mengenai tata cara pendirian koperasi, Tata Cara Pembubaran Koperasi dan Hubungan Hukum Anggota Koperasi dan Perangkat Organisasi.

BAB IV: PERLINDUGAN HUKUM BAGI KREDITUR KOPERASI PADAT KARYA

Bab ini membahas mengenai Peranan pemerintah dalam melindungi dana koperasi, kemudian bab ini juga membahas mengenai perlindungan hukum dana simpanan anggota koperasi di Padat Karya, Kemudian membahas mengenai Penerapan Prinsip


(22)

Cara Menjadi Anggota Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam Bab V ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran mengenai permasalahan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya


(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI KOPERASI SIMPAN

PINJAM

Koperasi pada dasarnya bagi bangsa Indonesia merupakan suatu bentuk badan kemasyarakatan dan juga bentuk perusahaan yang berasal dari luar yang dasar-dasar usahanya sesuai dengan beberapa kegiatan tradisional masyarakat Indonesia. Koperasi bukan saja sebagai organisasi masyarakat tetapi juga perusahaan yang dapat berjalan sekaligus dan saling mengisi yang hidup dalam kekeluargaan dan kegotongroyongan. Dewasa ini banyak koperasi yang mengesampingkan prinsip-prinsip koperasi dalam praktek sehari-hari karena ingin mendapatkan pengakuan dari masyarakat lingkungannya yaitu di tempat koperasi yang bersangkutan beroperasi.

Koperasi yang dicita-citakan ialah perpaduan antara kedua bentuk seperti yang tersebut di atas walaupun masih ada yang berpandangan bahwa koperasi adalah sebuah organisasi masyarakat seperti yang di kemukakan oleh Ivan Emilianoft bahwa “Koperasi adalah organisasi masyarakat sebab hubungan antara anggota dengan anggota dalam koperasi merupakan usaha bersama (joint venture) berbeda dengan hubungan antara suatu badan usaha dengan pasar”.13

13 Ima Suwandi, Koperasi Organisasi Ekonomi yang Berwatak Sosial, (Ujung Pandang :


(24)

A. Sejarah Koperasi dan Pengertian Koperasi Simpan Pinjam

1. Sejarah Koperasi

Di Indonesia koperasi telah dikenal lebih dari setengah abad yang lalu, dan pastinya koperasi yang berdiri pada saat itu telah mengalami pasang surut dalam kehidupannya. Cita-cita untuk mendirikan koperasi telah lama terkandung dalam pikiran bangsa Indonesia. Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya terjerat hutang dengan rentenir. Hal ini menyebabkan koperasi yang pada saat itu berjatuhan karena tidak mendapatkan izin koperasi dari Belanda. Namun, setelah para tokoh Indonesia mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan Undang-Undang Nomor 91 Tahun 1927, yang isinya lebih ringan dari UU No. 431 seperti :8

- Hanya membayar 3 gulden untuk materai - Bisa menggunakan bahasa daerah

- Hukum dagang sesuai daerah masing-masing - Perizinan bisa di daerah setempat

Pertumbuhan koperasi di Indonesia dimulai sejak tahun 1896 yang selanjutnya berkembang dari waktu ke waktu sampai sekarang. Perkembangan koperasi di Indonesia mengalami pasang naik dan turun dengan titik berat lingkup

8

Andika Prasetya, Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia,


(25)

kegiatan usaha secara menyeluruh yang berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai dengan iklim lingkungannya. Pada awalnya pertumbuhan koperasi yang pertama di Indonesia menekankan pada kegiatan simpan pinjam selanjutnya berkembang dan menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang konsumsi dan kemudian koperasi menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang untuk keperluan produksi.

R. Aria Wiriatmadja Patih di Purwokerto mendirikan koperasi yang bergerak dibidang simpan pinjam. Untuk memodali koperasi simpan pinjam tersebut di samping banyak menggunakan uangnya sendiri, beliau juga menggunakan kas mesjid yang dipegangnya. Setelah baliau mengetahui bahwa hal tersebut tidak boleh, maka uang kas mesjid telah dikembalikan secara utuh pada posisi yang sebenarnya. Kagiatan patih ini kemudian dikembangkan oleh De Wolf Van Westerrode asisten Residen Wilayah Purwokerto di Banyumas. Ketika ia cuti ke Eropa dipelajarinya cara kerja Wolksbank secara Raiffeisen (Koperasi Simpan Pinjam untuk kaum tani) dan Schulze-Delitzsch (koperasi simpan pinjam untuk kaum buruh di kota) di Jerman. Setelah ia kembali dari cuti mulailah ia mengembangkan koperasi simpan-pinjam sebagaimana telah dirintis oleh R. Aria Wiratmadja. Dalam hubungan ini kegiatan simpan-pinjam yang dapat berkembang ialah model simpan-pinjam lumbung dan modal untuk itu diambil


(26)

dari zakat.9 Beliau menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan

yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian.10

Selanjutnya, Boedi Oetomo yang didirikan pada tahun 1908 menganjurkan berdirinya koperasi untuk keperluan rumah tangga. Demikian pula Serikat Islam yang didirikan tahun 1911 juga mengembangkan koperasi yang bergerak di bidang keperluan sehari-hari dengan cara membuka toko koperasi. Perkembangan yang pesat dibidang perkoperasian di Indonesia yang menyatu dengan kekuatan sosial dan politik menimbulkan kecurigaan Pemerintah Hindia Belanda. Oleh karenanya pemerintah Hindia Belanda ingin mengaturnya tetapi dalam kenyataan lebih cenderung menjadi suatu penghalang atau penghambat perkembangan koperasi. Dalam hubungan ini pada tahun 1915 diterbitkan Ketetapan Raja No. 431 yang berisi antara lain:11

a. Akte pendirian koperasi dibuat secara notariil; b. Akte pendirian harus dibuat dalam bahasa Belanda; c. Harus mendapat ijin dari Gubernur Jenderal; d. Biaya materai sebesar 50 gulden.

9 Ibid.

10 Wikipedia Bahasa Indonesia, Koperasi,

tanggal 11 Desember 2013.


(27)

Pada akhir tahun 1930 didirikan Jawatan Koperasi, yang dipimpin oleh J.H. Boeke, dengan tugas:12

a. Memberikan penerangan kepada pengusaha-pengusaha Indonesia mengenai seluk beluk perdagangan;

b. Dalam rangka peraturan Koperasi No. 91, melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap koperasi-koperasi, serta memberikan penerangannya;

c. Memberikan keterangan-keterangan tentang perdagangan pengangkutan, cara-cara perkreditan dan hal ihwal lainnya yang menyangkut perusahaan-perusahaan;

d. Penerangan tentang organisasi perusahaan;

e. Menyiapkan tindakan-tindakan hukum bagi pengusaha Indonesia.

Adapun kesulitan dalam hal pembentukan koperasi pada zaman Belanda dikarenakan:13

1. Belum adanya instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang memberikan penerangan dan penyuluhan tentang koperasi.

2. Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan koperasi.

12 Ibid.


(28)

3. Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena pertimbangan politik, khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum politik untuk tujuan yang membahayakan pemerintah jajahan itu.

Perkembangan koperasi semenjak berdirinya Jawatan Koperasi tahun 1930 menunjukkan suatu tingkat perkembangan yang terus meningkat. Jikalau pada tahun 1930 jumlah koperasi 39 buah, maka pada tahun 1939 jumlahnya menjadi 574 buah dengan jumlah anggota pada tahun 1930 sebanyak 7.848 orang kemudian berkembang menjadi 52.555 orang. Sedangkan kegiatannya dari 574 koperasi tersebut diantaranya 423 koperasi adalah koperasi yang bergerak dibidang simpan-pinjam, sedangkan selebihnya adalah koperasi jenis konsumsi ataupun produksi. Dari 423 koperasi simpan-pinjam tersebut diantaranya 19 buah adalah koperasi lumbung.14

Kemudian tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia dan mendirikan Koperasi Kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah drastis dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat Indonesia.

15

Pemerintahan bala tentara Jepang di Indonesia menetapkan bahwa semua badan-badan Pemerintahan dan kekuasaan hukum serta undang-undang dari Pemerintah yang terdahulu tetap diakui sementara waktu, asal saja tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Militer. Berdasarkan atas ketentuan

14 Margono R. M. Djojohadikoesoemo, Sepoeloeh Tahoen Koperasi, (Jakarta : Balai

Poestaka, 1940), hal. 9.


(29)

tersebut, maka Peraturan Perkoperasian tahun 1927 masih tetap berlaku. Akan tetapi berdasarkan Undang-Undang No. 23 dari Pemerintahan bala tentara Jepang di Indonesia mengatur tentang pendirian perkumpulan dan penyelenggaraan persidangan. Sebagai akibat daripada peraturan tersebut, maka jikalau masyarakat ingin mendirikan suatu perkumpulan koperasi harus mendapat izin Residen (Shuchokan).16

2. Pengertian Koperasi Simpan Pinjam

Secara umum yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, kewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian (UU Koperasi), Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.

Secara etimoligis pengertin koperasi terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu, co dan operation, yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, koperasi adalah “suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang

16 Ibnu Rayyan, Skripsi Peran Badan Pengawas Dalam Pengawasan Koperasi berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, (Jakarta : 2011), hal


(30)

atau badan usaha yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggota.

Koperasi adalah juga gerakan yang terorganisasi yang didorong oleh cita-cita rakyat mencapai masyarakat yang maju, adil dan makmur seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945 khususnya Pasal 33 ayat (1) yang menyatakan bahwa :

“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dan “Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi”.

Beberapa definisi koperasi yang didapatkan dari berbagai sumber, sebagai berikut:17

a. Definisi Koperasi Menurut ILO (International Labour Organization)

Definisi koperasi yang lebih detail dan berdampak internasional diberikan oleh ILO sebagai berikut:

“Cooperative defined as an association of persons usually of limited

means, who have voluntary joined together to achieve a common economic end thorough the formation of a democratically controlled business

17 Candra Nopita Sari, Pengertian, Tujuan, dan Prinsip-Prinsip Koperasi


(31)

organization, making equitable contribution to the capital required an accepting a fair share of risk and benefits of undertaking”.

Dalam definisi ILO tersebut terdapat 6 (enam) elemen yang dikandung operasi sebagai berikut:

- Koperasi adalah perkumpulan orang-orang (Association of persons) - Penggabungan orang-orang tersebut berdasarkan kesukarelaan

(Voluntarily joined together)

- Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai (to achieve a common

economic end)

- Koperasi yang dibentuk adalah satu organisasi bisnis (badan usaha) yang diawasi dan dikendalikan secara demokratis (formation of a

democratically controlled business organization)

- Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan (Accepting a fair contribution to the capital required)

- Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang (Accepting a fair share of risk and benefits of the undertaking)

b. Definisi Koperasi Menurut Chaniago

Drs. Arifinal Chaniago (1984) dalam bukunya Peroperasian Indonesia memberikan definisi, “Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang memberikan


(32)

kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya”.

c. Definisi Koperasi Menurut Hatta

Menurut Hatta, untuk disebut koperasi, sesuatu itu setidak-tidaknya harus melaksanakan 4 asas, yaitu:

1. Tidak boleh dijual dan dikedaikan barang-barang palsu. 2. Harga barang harus sama dengan harga pasar setempat. 3. Ukuran harus benar dan dijamin.

4. Jual beli dengan tunai. Kredit dilarang karena menggerakkan hati orang untuk membeli diluar kemampuannya.

d. Definisi Koperasi Menurut Munkner

Mukner mendefiniskan koperasi sebagai organisasi tolong-menolong yang menjalankan “urus niaga” secara kumpulan, yang berazaskan konsep tolong-menolong. Aktivitas dalam urusniaga semata-mata bertujuan ekonomi, bukan sosial seperti yang dikandung gotong-royong.


(33)

ICA dalam bukunya “The Cooperative Principles” karangan P.E. Weraman memberikan definisi sebagai berikut. “Koperasi adalah kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan anggotanya dengan jalan saling membantu antara satu dengan yang lainnya dengan cara membatasi keuntungan, usaha tersebut harus didasarkan atas prinsip-prinsip koperasi”.

Koperasi Simpan Pinjam merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat, berupa pinjaman dan tempat penyimpanan uang bagi masyarakat.18

Sedangkan menurut UU Perkoperasian Pasal 1 angka 15 yang dimaksud dengan koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha. Simpan pinjam itu sendiri menurut Melayu SP Hasibuan yaitu suatu transaksi yang memungut dana dalam bentuk pinjaman dan menyalurkan kembali dalam bentuk pinjaman kepada anggota yang membutuhkan.19

Menurut Umar Burhan, simpan pinjam adalah suatu usaha yang menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dalam bentuk pinjaman kepada anggota dalam jumlah dan waktu tertentu

18David Jananto, Pengertian Koperasi Simpan Pinjam

diunduh pada tanggal 14 Desember 2013.

19 Lisa, Bab II Landasan Teori


(34)

sesuai dengan bunga yang telah disepakati.20

a. Membantu keperluan kredit para anggota dengan syarat-syarat yang ringan.

Koperasi simpan-pinjam melindungi anggotanya dari rentenir dan pemerintah berusaha memperbesar usaha koperasi dengan memberikan pinjaman modal kepada koperasi, sehingga koperasi terhindar dari tangan rentenir melalui pinjaman dari koperasi dengan bunga-bunga yang ringan. Anggota-anggota koperasi harus diberi penyuluhan dan bimbingan agar meminjam uang hanya untuk keperluan yang betul-betul mendesak sifatnya. Meminjam uang hanya untuk keperluan yang betul-betul mendesak sifatnya.

Kegiatan usaha Koperasi Simpan-Pinjam dijalankan oleh sekumpulan orang yang disebut unit simpan pinjam. Yang dimaksud dengan unit simpan pinjam adalah unit koperasi yang bergerak dibidang usaha simpan pinjam, sebagai bagian dari kegiatan usaha koperasi yang bersangkutan. Adapun peranan dari koperasi simpan ini yaitu ikut mengembangkan perekonomian masyarakat terutama bagi para anggotanya antara lain:

b. Mendidik para anggotanya supaya giat menabung secara teratur sehingga membentuk modal sendiri.

c. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.

20 Ibid.


(35)

d. Menjauhkan anggotanya dari cengkeraman rentenir.

Sedangkan manfaat koperasi simpan pinjam bagi para anggotanya yaitu: a. Anggotanya dapat memperoleh pinjaman dengan mudah dan

tidak berbelit-belit.

b. Proses bunganya adil karena disepakati dalam rapat anggota. c. Tidak ada syarat meminjam memakai jaminan.

Beberapa istilah yang terdapat dalam koperasi simpan pinjam diantaranya adalah:

a. Simpanan, yang berarti dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi-koperasi lain dan atau anggota kepada koperasi dalam bentuk tabungan, dan simpanan koperasi berjangka.

b. Simpanan berjangka, yang berarti simpanan di koperasi yang penyetorannya dilakukan sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan koperasi yang bersangkutan.

c. Tabungan koperasi, yang berarti simpanan koperasi yang penyetorannya dilakukan berangsur-angsur dan penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati


(36)

antara penabung dengan koperasi yang bersangkutan dengan menggunakan Buku Tabungan Koperasi.

d. Pinjaman, yang berarti penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamarkan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan.

B. Jenis-Jenis Koperasi

Dalam rangka mewujudkan misinya, Koperasi tak henti-hentinya berusaha mengembangkan dan memberdayakan diri agar tumbuh menjadi kuat dan mandiri sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada khususnya.

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang no. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian Pasal 83 menyatakan bahwa jenis koperasi dapat dibagi atas 4 jenis, yaitu: koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi jasa, dan koperasi simpan-pinjam.

a. Koperasi Konsumen

Koperasi konsumen berusaha untuk menyediakan barang-barang yang dibutuhkan para anggotanya, baik barang-barang keperluan sehari-hari maupun


(37)

barang kebutuhan sekunder yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup para anggotanya, dalam arti dapat dijangkau oleh daya belinya.21

b. Koperasi Produsen

Koperasi yang berusaha untuk menggiatkan para anggotanya dalam menghasilkan produk tertentu yang biasa diproduksinya serta sekaligus mengkoordinir pemasarannya, dengan demikian para produsen akan memperoleh kesamaan harga yang wajar/layak dan mudah memasarkannya.22

c. Koperasi Jasa

Koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non-simpanan pinjaman yang diperlukan oleh Anggota dan non-Anggota

d. Koperasi Simpan-Pinjam

Koperasi yang berusaha untuk mencegah para anggotanya terlibat dalam jeratan kaum lintah dari pada waktu mereka memerlukan sejumlah uang atau barang keperluan hidupnya, dengan jalan menggiatkan tabungan dan mengatur pemberian pinjaman uang atau barang dengan bunga yang serendah-rendahnya.

Kemudian koperasi juga dapat dibagi berdasarkan anggotanya, yaitu:23

a. Koperasi Pegawai Negeri

21 G. Kartasapoetra, Op. Cit., hal. 133 22 Ibid.

23 Tania, Jenis-Jenis Koperasi,


(38)

Koperasi yang beranggotakan para pegawai negeri baik pegawai pusat maupun daerah. Koperasi pegawai negeri didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawai negeri.

b. Koperasi Pasar (Koppas)

Koperasi yang beranggotakan para pedagang pasar. Pada umumnya pedagang di setiap pasar mendirikan koperasi untuk melayani kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan para pedagang.

c. Koperasi Unit Desa (KUD)

Koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan. KUD melakukan kegiatan usaha bidang ekonomi terutama berkaitan dengan pertanian atau perikanan (nelayan). Beberapa usaha KUD, anatara lain:

- Menyalurkan sarana produksi pertanian seperti pupuk, bibit tanaman, obat pemberantas hama, dan alat-alat pertanian;

- Memberikan penyuluhan teknis bersama dengan petugas penyuluh lapangan kepada para petani.

d. Koperasi Sekolah

Koperasi yang beranggotakan warga sekolah yaitu guru, karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah biasanya menyediakan kebutuhan warga sekolah.


(39)

Lalu koperasi juga dapat dibedakan berdasarkan tingkatannya, yaitu:24 a. Koperasi Primer

Koperasi primer merupakan koperasi yang beranggotakan orang-orang b. Koperasi Sekunder

Koperasi sekunder merupakan koperasi yang beranggotakan beberapa koperasi. Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi, koperasi sekunder dapat didirikan oleh koperasi sejenis maupun berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal koperasi mendirikan koperasi sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti yang selama ini dikenal sebagi pusat, gabungan, dan induk, maka jumlah tingkatan maupun penamaannya diatur sendiri oleh koperasi yang bersangkutan.

C. Asas-Asas dan Dasar Hukum Koperasi Simpan Pinjam

Berdasarkan UU Perkoperasian Pasal 3 menyatakan bahwa koperasi di Indonesia berasaskan pada asas kekeluargaan. Asas kekeluargaan ini adalah asas yang memang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia dan telah berurat-berakar dalam jiwa bangsa Indonesia.25

Sesuai dengan jiwa kepribadian bangsa Indonesia, koperasi Indonesia harus menyadari bahwa dalam dirinya terdapat kepribadian sebagai pencerminan kehidupan yang dipengaruhi oleh keadaan, tempat tinggal, lingkungan waktu,

24 Ibid.


(40)

dengan suatu ciri khas adanya unsur Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kegotongroyongan dalam arti bekerja sama, saling bantu-membantu, kekeluargaan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Dengan menganut asas kekeluargaan telah mencerminkan adanya kesadaran dari budi hati nurani manusia untuk mengerjakan segala sesuatu dalam koperasi oleh semua untuk semua, di bawah pimpinan pengurus serta pemilikan dari para anggota atas dasar keadilan dan kebenaran serta keberanian berkorban bagi kepentingan bersama.26 Asas kekeluargaan tersebut memiliki suatu

karakteristik khas bangsa Indonesia, yaitu kerjasama atau kegotongroyongan. Di dalam kerjasama atau kegotongroyongan tersebut tercermin bahwa di dalam koperasi telah terdapat kesadaran dan keinsyafan semangat kerjasama dan tanggung jawab bersama terhadap akibat dari karya, yang dalam hal bertitik berat pada kepentingan kebahagiaan bersama, ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Dengan demikian maka kedudukan koperasi akan semakin kuat dan pelaksanaan kerjanya akan semakin lancar karena para anggotanya dukung-mendukung dan dengan penuh kegairahan kerja serta tanggung jawab berjuang mencapai tujuan koperasi.27

Asas kekeluargaan ini merupakan faham yang dinamis, artinya timbul dari semangat yang tinggi untuk secara bekerjasama dan tanggung jawab bersama berjuang mensukseskan tercapainya segala sesuatu yang menjadi cita-cita dan tujuan bersama dan berjuang secara manunggal untuk mengatasi risiko yang

26 G. Kartasapoetra, A. G. Kartasapoetra , Bambang S., dan A. Setiady, Koperasi Indoesia, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hal. 18.


(41)

diderita koperasinya sebagai akibat usahanya untuk kepentingan bersama. Dengan kata lain, koperasi dalam menjalankan kegiatan usahanya melibatkan seluruh anggota yang ada secara gotong-royong seperti lazimnya dalam kegiatan suatu keluarga, sehingga berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Semangat kebersamaan itu tidak hanya dalam bentuk gotong royong sama-sama ikut bertanggung jawab atas kegiatan usaha koperasi, tetapi juga dalam bentuk ikut memiliki modal bersama.28

Landasan hukum koperasi di Indonesia sangat kuat dikarenakan koperasi ini telah mendapat tempat yang pasti. Dasar hukum koperasi di Indonesia terbaru diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Koperasi. Di samping itu khusus pada koperasi simpan pinjam terdapat landasan hukum yang diatur dalan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.

28 R.T. Sutantya, Op. Cit. hal 39.


(42)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA NON BANK

Lembaga keuangan non bank adalah semua badan yang melakukan kegiatan di bidang keuangan, yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkan dalam masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan.29

29

Athreezno, Makalah Lembaga Keuangan Bukan Bank,

Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan RP No. KEP-38/MK/1V/1972, Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) adalah semua lembaga (badan) yang melakukan kegiatan dalam bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga, kemudian menyalurkan kepada masyarakat terutama untuk membiayai investasi perusahaan-perusahaan.

Keberadaan lembaga keuangan non bank ini diantaranya yaitu untuk mendorong perkembangan pasar modal, membantu permodalan perusahaan-perusahaan ekonomi lemah. Selain itu juga memiliki peranan dalam perekonomian yaitu guna membantu dunia usaha dalam meningkatkan produktivitas barang/jasa, mempelancar distribusi barang, mendorong terbukanya lapangan pekerjaan.


(43)

Salah satu bentuk dari lembaga non bank ini yaitu koperasi simpan pinjam. Seperti telah dijelaskan bahwa koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dengan menghimpun dana dari masyarakat dan meminjamkan kembali kepada anggota atau masyarakat. Adapun landasan dari koperasi yaitu terdiri dari landasan Idiil yaitu Pancasila, landasan struktural yaitu Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, landasan operasional yaitu Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Koperasi, dan landasan mental yaitu kesetiakawanan dan kesadaran.

A. Tata Cara Pendirian Koperasi

Dalam mendirikan koperasi pemerintah telah bertekad untuk melakukan langkah dan kebijaksanaan yang strategis, agar perekonomian nasional dapat semakin tumbuh dan berkembang secara wajar dan proposional. Pendirian suatu koperasi haruslah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Berdasarkan UU Perkoperasian Pasal 7 dikatakan bahwa dalam pendirian koperasi primer didirikan oleh paling sedikit 20 (dua puluh) orang perseorangan dengan memisahkan sebagian kekayaan pendiri atau anggota sebagai modal awal koperasi primer. Sedangkan dalam mendirikan koperasi sekunder harus didirikan paling sedikit oleh 3 (tiga) koperasi primer.

Kemudian Pasal 8 menjelaskan bahwa koperasi harus mempunyai tempat kedudukan dengan alamat yang lengkap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditentukan dalam Anggaran Dasar yang mana tempat kedudukan tersebut sekaligus sebagai kantor pusat Koperasi. Sehingga dalam surat menyurat,


(44)

pengumuman yang diterbitkan oleh koperasi, barang cetakan, dan akta dalam hal koperasi koperasi menjadi pihak harus menyebutkan nama dan alamat lengkap koperasi. Lalu dalam Pasal 9 dikatakan bahwa pendirian koperasi harus dilakukan dengan Akta Pendirian Koperasi yang dibuat oleh Notaris dalan bahasa Indonesia. apabila di suatu kecamatan tidak ada Notaris, maka Akta Pendirian Koperasi dapat dibuat oleh Camat yang telah disahkan sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi oleh Menteri. Perlu ditekankan bahwa Notaris yang membuat Akta Pendirian Koperasi adalah Notaris yang terdaftar pada kementerian yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang Koperasi.

UU Perkoperasian juga menjelaskan bahwa Akta Pendirian Koperasi memuat Anggaran Dasar yang berkaitan dengan pendirian koperasi yang mana membuat keterangan sekurang-kurangnya:

a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan pekerjaan pendiri perseorangan atau nama, tempat kedudukan, dan alamat lengkap, serta nomor dan tanggal pengesahan badan hukum Koperasi pendiri bagi Koperasi Sekunder, dan

b. Susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan pekerjaan Pengawas dan Pengurus yang pertama kali diangkat.

Permohonan Akta Pendirian Koperasi ini diajukan secara tertulis oleh para pendiri secara bersama-sama atau kuasanya kepada Menteri untuk mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum. Dalam pembuatan Akta Pendirian Koperasi, seorang pendiri dapat diwakili oleh pendiri lain berdasarkan surat kuasa.


(45)

Kemudian koperasi akan memperoleh pengesahan sebagai badan hukum setelah Akta Pendirian Koperasi disahkan oleh Menteri.

Dalam hal koperasi telah disahkan, anggotanya berkurang dari jumlah sebagaimana yang diwajibkan dalam Undang-undang, maka dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut, koperasi yang bersangkutan wajib memenuhi jumlah minimal keanggotaan. Apabila jumlah minimum tersebut tidak terpenuhi sampai tenggang waktunya, maka anggota koperasi bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau kerugian yang terjadi dan koperasi tersebut wajib dibubarkan oleh Menteri.

Mendirikan koperasi penting untuk memperhatikan beberapa hal yaitu: a. Harus mengetahui persoalan-persoalan pokok tentang koperasi pada

umumnya.

b. Adanya konsep yang kuat sebagai antisipasi penerimaan anggota-anggota baru secara suka rela dan terbuka.

c. Megembangkan koperasi dengan ketekunan dan kesabaran, karena tidak mugkin bila koperasi mencapai tujuannya dalam jangka pendek.

d. Pembinaan koperasi di Indonesia sebagian memang tanggung jawab pemerintah, namun penekanan kemandirian pada koperasi itu sendiri harus secepatnya bisa diwujudkan.

Secara umum, untuk mendirikan koperasi, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:


(46)

1. Mengadakan pertemuan pendahuluan diantara orang-orang yang ingin mendirikan koperasi.

2. Mengadakan penelitian terhadap lingkungan yang menjadi tempat kerja koperasi.

3. Mengadakan hubungan dengan kantor departemen koperasi setempat. 4. Membentuk panitia pendirian koperasi yang bertugas mempersiapkan

anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. 5. Mengadakan rapat untuk :

- Memilih pengurus - Memilih pengawas

- Menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

6. Mengajukan permohonan status badan hukum koperasi dengan melampirkan petikan berita acara rapat pembentukan koperasi, serta daftar nama anggota pengurus dan pengawas.

B. Tata Cara Pembubaran Koperasi

Ada pendirian berarti ada pula pembubaran. Sama halnya dengan koperasi pun dapat dilakukan pembubaran. Berdasarkan Bab XIII UU Perkoperasian pembubaran koperasi dapat dilakukan berdasarkan:


(47)

a. Keputusan Rapat Anggota;

b. Jangka waktu berdirinya telah berakhir; dan/atau c. Keputusan Menteri.

Ad. a. Pembubaran berdasarkan keputusan rapat anggota

Pertama, usul pembubaran koperasi diajukan kepada Rapat Anggota oleh Pengawas atau Pengurus yang mewakili paling sedikit 1/5 (satu perlima) jumlah anggota. Usul tersebut kemudian akan diputuskan dalam Rapat Anggota dengan ketentuan harus memenuhi jumlah anggota minimal yaitu 500 (lima ratus) orang untuk dapat menyelenggarakan Rapat Anggota melalui delegasi anggota. Pada Rapat Anggota, Pengurus bertindak sebagai kuasa Rapat Anggota pembubaran Koperasi apabila Rapat Anggota tidak menunjuk pihak yang lain. Setelah pembubaran koperasi ditetapkan dalam keputusan Rapat Anggota, selanjutnya hasil pembubaran koperasi oleh Rapat Anggota diberitahukan secara tertulis oleh kuasa Rapat Anggota kepada Menteri dan semua Kreditor.

Ad. b. Pembubaran berdasarkan jangka waktu berdirinya telah berakhir

Pembubaran koperasi karena jangka waktu berdirinya ditentukan di dalam Anggaran Dasar koperasi bahwa koperasi tersebut telah berakhir. Dalam hal ini menteri dapat memperpanjang jangka waktu berdirinya koperasi atas permohonan pengurus setelah ditputuskan dalam Rapat Anggota. Permohonan perpanjangan jangka waktu berdirinya koperasi diajukan dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sebelum jangka waktu berdirinya koperasi berakhir.


(48)

Keputusan Menteri atas permohonan perpanjangan jangka waktu berdirinya koperasi diberikan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan diterima. Apabila dalam jangka waktu pemberian keputusan Menteri tersebut tidak terpenuhi, keputusan Rapat Anggota mengenai perpanjangan jangka waktu berdirinya koperasi dianggap sah.

Ad. c. Pembubaran berdasarkan keputusan Menteri

Selain pembubaran koperasi dikarenakan keputusan dalam Rapat Anggota maupun karena berakhirnya jangka waktunya, pembubaran koperasi juga dapat terjadi dikarenakan keputusan Menteri. Pembubaran koperasi berdasarkan keputusan Menteri terjadi apabila:

a. Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; dan/atau

b. Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya selama 2 (dua) tahun berturut-turut.

Setelah adanya keputusan terhadap pembubaran suatu koperasi, maka selanjutnya akan dibentuk tim penyelesai untuk penyelesaian terhadap pembubaran koperasi. Tim penyelesai untuk penyelesaian terhadap pembubaran berdasarkan Rapat Anggota dan berakhir jangka waktu berdirinya ditunjuk oleh kuasa Rapat Anggota. Sedangkan tim penyelesai untuk penyelesaian terhadap pembubaran berdasarkan keputusan pemerintah ditunjuk oleh Menteri.


(49)

Selama dalam proses penyelesaian terhadap pembubaran, koperasi tersebut tetap ada dengan status “Koperasi dalam Penyelesaian” dan selama dalam proses penyelesaian terhadap pembubaran, koperasi tidak boleh melakukan perbuatan hukum, kecuali untuk memperlancar proses penyelesaian. Tim penyelesaian ini mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Melakukan pencatatan dan penyusunan informasi tentang kekayaan dan kewajiban koperasi;

b. Memanggil pengawas, pengurus, karyawan, anggota, dan pihak lain yang diperlukan, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama;

c. Menyelesaikan hak dan kewajiban keuangan terhadap pihak ketiga; d. Membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggota;

e. Melaksanakan tindakan lain yang perlu dilakukan dalam penyelesaian kekayaan;

f. Membuat berita acara penyelesaian dan laporan kepada Menteri; dan/atau g. Mengajukan permohonan untuk diumumkan dalam Berita Negara

Republik Indonesia.

C. Hubungan Hukum Anggota Koperasi dan Perangkat Organisasi

Struktur organisasi koperasi dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan ideologi dan strategi pengembangan untuk memperoleh strategic competitiveness sehingga setiap koperasi boleh jadi mempunyai bentuk yang berbeda secara


(50)

fungsional karena menyesuaikan dengan strategi yang sedang dikembangkan tetapis secara basic ideologi terutama terkait dengan perangkat organisasi koperasi menunjukkan kesamaan.

Ropke dalam bukunya The Economic Theory of Cooveratives mengidentifikasi ciri-ciri organisasi koperasi sebagai berikut30

a. Terdapat sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok atas dasar sekurang-kurangnya satu kepentingan atau tujuan yang sama, yang disebut sebagai kelompok koperasi.

:

b. Terdapat anggota koperasi yang bergabung dalam kelompok usaha untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka sendiri, yang disebut sebagai swadaya dari kelompok koperasi.

c. Anggota yang bergabung dalam koperasi memanfaatkan koperasi secara bersama, yang disebut sebagai perusahaan koperasi.

d. Koperasi sebagai perusahaan mempunyai tugas untuk menunjang kepentingan para anggota kelompok koperasi, dengan cara menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh anggota dalam kegiatan ekonominya.

Jika diperhatikan ciri-ciri tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa organisasi koperasi terdiri dari:

30Adipoetra,OrganisasidanManajemenkoperasi,adiputramiu89.blogspot.com/2012/2011/


(51)

a. Anggota koperasi, baik sebagai konsumen akhir maupun sebagai pengusaha yang memanfaatkan koperasi dalam kegiatan sosial ekonominya.

b. Badan usaha koperasi, sebagai satu kesatuan dari anggota, pengelola, dan pengawas koperasi yang berusaha meningkatkan kondisi sosial ekonomi anggotanya melalui perusahaan koperasi.

c. Organisasi koperasi, sebagai badan usaha yang bertindak sebagai perusahaan yang melayani anggota maupun bukan anggota.

Struktur organisasi koperasi di Indonesia dapat diurut berdasarkan perangkat organisasi koperasi. Berdasarkan UU Perkoperasian perangkat koperasi terdiri atas, yaitu rapat anggota, pengurus, pengawas dan pengelola.

a. Rapat Anggota

Anggota memiliki kekuasaan tertinggi dalam koperasi yang tercermin dalam forum Rapat Anggota, sering kali secara teknis disebut RAT (Rapat Anggota Tahunan). Rapat Anggota berwenang:

1. Menetapkan kebijakan umum koperasi; 2. Mengubah Anggaran Dasar;

3. Memilih, mengangkat, dan memberhentikan Pengawas dan Pengurus; 4. Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja


(52)

5. Menetapkan batas maksimum Pinjaman yang dapat dilakukan oleh Pengurus untuk dan atas nama Koperasi;

6. Meminta keterangan dan mengesahkan pertanggungjawaban Pengawas dan Pengurus dalam pelaksanaan tugas masing-masing;

7. Menetapkan pembagian Selisih Hasil Usaha;

8. Memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan, dan pembubaran Koperasi.

b. Pengurus

Pengurus dipilih dari dan oleh Anggota Koperasi, dan berperan mewakili anggota dalam menjalankan kegiatan organisasi maupun usaha koperasi. Pengurus dapat menunjuk manajer dan karyawan sebagai pengelola untuk menjalankan fungsi usaha sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, sebagaiman tercantum dalm UU Perkoperasian. Yang dimaksud dengan persorangan adalah mereka yang harus memenuhi persyaratan:

a. Mampu melaksanakan perbuatan hukum;

b. Memiliki kemampuan mengelola usaha koperasi;

c. Tidak pernah menjadi pengawas atau pengurus suatu koperasi atau komisaris atau direksi suatu perusahaan yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan koperasi atau perusahaan itu dinyatakan pailit; dan


(53)

d. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan koperasi, keuangan negara, dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan, dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkutan.

Adapun yang menjadi tugas dari pengurus koperasi yaiu: a. Mengelola koperasi berdasarkan Anggaran Dasar; b. Mendorong dan memajukan usaha Anggota;

c. Menyusun rancangan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi untuk diajukan kepada Rapat Anggota;

d. Menyusun laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanan tugas untuk diajukan kepada Rapat Anggota;

e. Menyusun rencana pendidikan, pelatihan, dan komunikasi Koperasi untuk diajukan kepada Rapat Anggota;

f. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib; g. Menyelenggarakan pembinaan karyawan secara efektif dan efisien;

h. Memelihara Buku Daftar Anggota, Buku Daftar Pengawas, Buku Daftar Pengurus, Buku Daftar Pemegang Sertifikat Modal Koperasi, dan risalah Rapat Anggota;

i. Melakukan upaya lain bagi kepentingan, kemanfaatan, dan kemajuan Koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan Rapat Anggota.


(54)

Selain itu Pengurus juga memiliki kewenangan untuk mewakili koperasi di dalam maupun diluar pengadilan. Namun, terdapat batasan terhadap kewenangan yang dimiliki oleh Pengurus yaitu apabila:

a. Terjadi perkara di depan pengadilan antara koperasi dan Pengurus yang bersangkutan; atau

b. Pengurus yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan koperasi.

Sekalipun Pengurus memiliki kewenangan dan tanggung jawab, namun pengurus koperasi tetap wajib terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Rapat Anggota dalam hal koperasi akan:

a. Mengalihkan aset atau kekayaan koperasi;

b. Menjadikan jaminan utang atas aset atau kekayaan Koperasi; c. Menerbitkan obligasi atau surat utang lainnya;

d. Mendirikan atau menjadi Anggota Koperasi Sekunder; dan/atau e. Memiliki dan mengelola perusahaan bukan Koperasi.

Pengurus dalam menjalankan tugasnya wajib menjalankannya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan usaha koperasi. Pengurus bertanggung jawab atas kepengurusan Koperasi untuk kepentingan dan pencapaian tujuan Koperasi Kepada Rapat Anggota. Setiap pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah menjalankan


(55)

tugasnya dan dapat digugat ke pengadilan oleh sejumlah Anggota yang mewakili paling sedikit 1/5 (satu perlima) Anggota atas nama Koperasi.

c. Pengawas

Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi dipilih dari dan oleh Anggota pada Rapat Anggota. Berdasarkan UU Perkoperasian, persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi pengawas yaitu:

a. Tidak pernah menjadi pengawas atau pengurus suatu koperasi atau komisaris atau direksi suatu perusahaan yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan koperasi atau perusahaan itu dinyatakan pailit; dan

b. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan koperasi, keuangan negara, dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan, dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.

Pasal 50 UU Perkoperasian menjelaskan bahwa seorang pengawas bertugas antara lain:

a. Mengusulkan calon Pengurus;

b. Memberi nasihat dan pengawas kepada pengurus;

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi yang dilakukan oleh pengurus; dan


(56)

Sedangkan wewenang Pengawas adalah:

a. Menetapkan penerimaan dan penolakan Anggota baru serta pemberhentian Anggota sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar;

b. Meminta dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dari pengurus dan pihak lain yang terkait;

c. Mendapatkan laporan berkala tentang perkembangan usaha dan kinerja Koperasi dari Pengurus;

d. Memberikan persetujuan atau bantuan kepada Pengurus dalam melakukan perbuatan hukum tertentu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar; dan e. Dapat memberhentikan Pengurus untuk sementara waktu dengan

menyebutkan alasannya.

Dalam menjalankan tugasnya, Pengawas wajib menjalankan tugasnya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Koperasi. Pengawas juga bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Rapat Anggota. Dalam menjalankan tugasnya dalam hal melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi yang dilakukan oleh pengurus, Pengawas dapat meminta bantuan kepada Akuntan Publik untuk melakukan jasa audit terhadap Koperasi. Penunjukan Akuntan Publik ini ditetapkan oleh Rapat Anggota.


(57)

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR YANG

MELAKUKAN PENYIMPANAN DANA PADA KOPERASI

PADAT KARYA

A. Peranan Pemerintah Dalam Melindungi Dana Koperasi

Koperasi umumnya diberikan status badan hukum sesuai dengan

undang-undang yang sudah ada atau sesuai dengan sistem yang sudah mantap digunakan di negara yang bersangkutan sebelum adanya perkumpulan koperasi. Tetapi dengan cepatnya pertumbuhan perkembangan koperasi dan menyadari adanya sifat-sifat yang khusus, yang dimiliki oleh koperasi tetapi tidak dimiliki oleh usaha perseorangan atau perseroan. Maka, dalam perkembangannya dikeluarkanlah undang-undang tentang perkoperasian demi menciptakan kepastiaan hukum terhadap badan usaha ini.31

31

Sikap pemerintah dalam pembangunan koperasi dapat di kelompokkan dalam 4 macam, yaitu;

1. Sikap pemerintah yang netral.

2. Sikap yang menghambat atau menghalang-halangi.


(58)

3. Sikap pemerintah yang membantu dan mendorong pertumbuhan dan

perkembangan gerakan koperasi.

4. Sikap pemerintah yang ingin menjadikan koperasi sebagai alat untuk

melaksanakan kebijaksanaan nasional.32

Pembangunan koperasi dalam Pembangunan Jangka Panjang Pertama telah menunjukkan berbagai keberhasilan yang sangat berarti, baik ditinjau dari

Sikap pemerintah yang positif atau aktif membantu pertumbuhan dalam pembangunan koperasi serta memberikan perlindungan kepada koperasi yang nyata. Sikap ini diperlihatkan pemerintah setelah kemerdekaan tahun 1945 dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (1) yang menyatakan “perekonomian

disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Berdasarkan

pasal 33 ini diperlihatkan bahwa dalam rangka pemberian perlindungan kepada koperasi, pemerintah dapat :

1. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya bisa diusahakan

oleh koperasi

2. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah yang telah

berhasil di usahakan oleh koperasi untuk tidak di usahakan oleh badan usaha lainnya.

Ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar inilah yang merupakan dasar atau landasan yang kuat bagi pemerintah untuk membantu, mendorong dan melindungi pertumbuhan pembangunan koperasi.

32 Ibid.


(59)

jumlah koperasi, jumlah anggota koperasi, maupun nilai usaha koperasi. Koperasi juga telah terlihat berperan aktif dalam kegiatan ekonomi rakyat dan sekaligus mulai dapat meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Keadaan tersebut tercermin, antara lain dari peningkatan jumlah dan ragam koperasi, jumlah dan ragam dalam bidang koperasi, jumlah simpanan anggota, jumlah modal usaha, serta jumlah nilai usaha koperasi.

Kemajuan pembangunan koperasi ini cukup menggembirakan karena telah menunjukkan bahwa koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat dan badan usaha semakin berperan aktif dan terlibat lebih luas dalam berbagai kegiatan ekonomi serta sekaligus telah meningkatkan kesejahteraan para anggotanya yang pada umumnya masih terbatas kemampuan ekonominya. Keadaan ini, antara lain merupakan hasil dari berbagai kebijaksanaan perkoperasian, kebijaksanaan makro dan sekaligus peran tersebut ditempuh melalui program pembinaan kelembagaan koperasi dan pelatihan magang, penyuluhan dan penerangan, pembinaan dan konsultasi, serta ditunjang pula dengan berbagai kegiatan penelitian perkoperasian serta kebijaksanaan makro, baik di bidang fiskal-moneter maupun sektor riil, berupa perkreditan, substitusi, atau proteksi.33

Namun perkembangan koperasi saat ini membuat banyak kalangan mencoba berbuat peruntungan dengan membuka koperasi-koperasi yang hanya bertujuan menguntungkan diri sendiri. Banyaknya koperasi saat ini membuat semakin ketatnya persaingan usaha ini yang dimana mungkin akan mendorong KSP (Koperasi Simpan Pinjam) untuk berinovasi dan berlomba menarik calon


(60)

anggota dengan memberikan tawaran produk investasi simpanan, serta pemberian bonus-bonus dan hadiah-hadiah menarik lainnya. Strateginya adalah memanfaatkan istilah status “calon anggota koperasi” padahal sasarannya sebenarnya lebih cenderung kepada masyarakat luas. Ketentuan perundangan yang dijadikan tempat berpijak adalah Pasal 18 PP no. 9 tahun 1995 yang menyebutkan bahwa: “(2) Calon anggota koperasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus menjadi anggota dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah melunasi simpanan pokok.” Pola pencarian calon nasabah seperti telah tersebut di atas, sebagai alasan pembenarnya lebih pada pertimbangan promosi sisi bisnis, sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh koperasi sesungguhnya sudah bergeser dan semakin jauh dari prinsip dan tujuan koperasi itu sendiri. Tujuan koperasi yang terutama seharusnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan para anggotanya. Penyimpangan yang lain yaitu KSP/USP membuka beberapa kantor cabang di kota-kota lain di luar domisili hukumnya, meskipun tanpa atau belum adanya ijin operasional dari instansi vertikal yang berwenang, maupun instansi setempat yang berwenang mengeluarkan perijinan dan melakukan pengawasan. Dalam praktiknya seringkali KSP (Koperasi Simpan Pinjam)/Unit Simpan Pinjam (USP) menghimpun dana dari masyarakat yang jelas-jelas notabene bukan anggota koperasi dalam bentuk deposito berjangka dengan memberikan bunga kepada anggotanya di atas bunga bank. 34

34 Nuli Rahayu, “Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota Koperasi”,


(61)

Faktor penyebab lain adalah tindakan penyelewengan oleh oknum pengelola/ pengurus koperasi akibat lemahnya pengawasan/ kontrol. Kemudahan dalam perijinan pendirian koperasi telah mendorong semakin banyaknya berdiri koperasi-koperasi, di satu sisi keadaan ini akan membantu perbaikan sektor usaha kecil, namun di sisi lain, semakin banyaknya berdiri koperasi tanpa proses perijinan yang selektif dan pengawasan yang ketat juga akan menimbulkan masalah, karena berpotensi penyimpangan. 35

1. Menjamin simpanan nasabah penyimpan.

Melihat begitu banyak permasalahan koperasi yang terjadi, pemerintah melakukan beberapa hal dalam melindungi dana-dana masyarakat yang ditanam di koperasi, dan hal itu ditunjukan melalui aspek yuridis dengan membentuk Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, LPS dibentuk sebagai suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.

Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS):

2. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannnya.

Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS):

35 Ibid


(62)

1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.

2. Melaksanakan penjaminan simpanan.

3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan.

4. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik.

5. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik. Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) :

1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.

2. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta.

3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.

4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank.

5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/ atau konfirmasi atas data tersebut pada angka 4.


(63)

7. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.

8. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan.

9. Menjatuhkan sanksi administratif. Dasar hukum LPS antara lain:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan Menjadi Undang-Undang. 3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan

4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2005 tentang Modal Awal Lembaga Penjamin Simpanan.


(64)

Paparan tentang LPS di atas menunjukkan bahwa secara yuridis pemerintah menjamin dana nasabah perbankan nasional. Koperasi sebagai salah satu pilar ekonomi diharapkan juga memiliki perlakuan yangsama. Peraturan perundang-undangan tentang Koperasi Simpan Pinjam, yaitu:

1. UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP No. 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi. 2. Kepmenkop No.351/Kep/M/XII/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.

Pada peraturan perundangan tersebut belum terdapat adanya pengaturan secara khusus mengenai perlindungan maupun jaminan penyelesaian bila terjadi penyimpangan terhadap dana anggota koperasi yang berakibat kerugian bagi anggota tersebut. Mengingat KSP tergolong bisnis pengelolaan uang yang penuh dengan risiko, maka untuk perkembangannya diperlukan aturan/kebijakan dari Pemerintah yang dapat memberikan perlindungan bagi dana anggota. Dalam beberapa kasus penyimpangan yang dilakukan oleh oknum pengurus KSP, akhirnya para anggotalah yang tetap dirugikan, apalagi dana miliknya tidak dapat kembali seutuhnya. Sedangkan asset koperasi sangat minim, bahkan jauh bila dibanding dengan akumulasi simpanan para nasabah.


(65)

B. Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota Koperasi di Padat Karya

Koperasi Serba Usaha Padat Karya (KOPAKAR) berdiri pada tahun 2009. Koperasi ini berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta azas kekeluargaan.36

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Rumah Tangga Koperasi Serba Usaha Padat Karya (KOPAKAR), koperasi ini melakukan kegiatan berdasarka prinsip-prinsip koperasi yaitu:

b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

e. Kemandirian

f. Melaksanakan pendidikan perkoprasian bagi anggota g. Kerjasama antar koperasi

Tujuan didirikan koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dan menjadi


(66)

gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tatanan perekonomia nasional.37

Keanggotaan dalam KOPAKAR, dijelaskan pada Bab IV Pasal 6 sampai Pasal 12 Anggaran Dasar KOPAKAR. Dan berdasarkan Pasal 13 Anggaran Dasar KOPAKAR dinyatakan bahwa rapat anggota adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Hal mengenai pengurus ada diatur dalam Pasal 21 Anggaran Dasar KOPAKAR. Dimana pengurus ini dipilih dalam Rapat Anggota. Didalam Pengurus terdapat 3 orang yaitu seorang ketua, sekertaris dan

Struktur organ dari KOPAKAR terdiri dari;

1. Pengurus Koperasi:

a. Ketua : Tuan Alexander Lumban Gaol b. Wakil Ketua : Tuan Tauler Silaban

c. Serketaris : Tuan Koko Fransisco Simorangkir d. Wakil Serketaris : Tuan Roles Panjaitan

e. Bendahara : Nona Rosida Sirait

2. Pengawas Koperasi

a. Ketua : Tuan Manaek Lumban Gaol b. Anggota : Tuan Zulfahmi Siregar c. Anggota : Tuan Saud Raja Gukguk

37 Ibid., Pasal 4.


(67)

bendahara.38

1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keijaksanaan dan pengelolaan Koperasi.

Pengawas juga dipilih dalam Rapat anggota. Pengawas dalam koperasi harus memenuhi syarat yang ditentukan berdasarkan Anggaran Dasar. Hal mengenai pengawas terdapat dalam BAB VII Pasal 26 sampai Pasal 31 dalam Anggaran Dasar KOPAKAR. Jumlah pengawas minimal 3 orang dan dipilih dalam masa jabatan 5 tahun. Adapun tugas dari Pengawas tersebut di dalam Pasal 28 diatur sebagai berikut:

2. Meneliti catatan dan pembukuan yang ada pada Koperasi 3. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan

4. Memberikan koreksi saran, teguran, dan peringatan kepada Pengurus.

5. Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.

6. Membuat laporan tertulis tentang hasil pelaksanaan tugas pengawas kepada Rapat Anggota

Dalam KOPAKAR terdapat pengurus yang membantu menjalankan koperasi. Dimana tugas dan kewajiban Pengurus ada diatur dalam Pasal 23 Anggaran Dasar KOPAKAR yaitu:

1) Menyelenggarakan dan mengendalikan usaha Koperasi

38 Ibid., Pasal 2 ayat (2)


(68)

2) Melakukan seluruh perbuatan hukum atas nama Koperasi 3) Mewakili Koperasi di dalam dan diluar pengadilan

4) Mengajukan rencana kerja, Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi.

5) Menyelenggarakan Rapat Anggota serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepengurusannya

6) Memutuskan penerimaan anggota baru, penolakan anggota serta pemberhentian anggota.

7) Membantu pelaksanaan tugas pengawas dengan memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti yang diperlukan 8) Memberikan penjelasan dan keterangan kepada anggota

mengenai jalannya organisasi dan usaha koperasi

9) Memelihara kerukunan diantara anggota dan mencegah segala hal yang menyebabkan perselisihan.

10)Menanggung kerugian Koperasi sebagai akibat karena kelalainnya, dengan ketentuan:

a. Jika kerugian yang timbul sebagai akibat kelalaian seseorang atau beberapa anggota pengurus, maka kerugian ditanggung oleh anggota Pengurus yang bersangkutan


(69)

b. Jika kerugian yang timbul sebagai akibat kebijaksanaan yang telah diputuskan dalam Rapat Penggurus, maka semua anggota Pengurus tanpa kecuali menanggung kerugian yang diderita Koperasi.

11)Menyusun ketentuan mengenai tugas dan tanggung jawab anggota Pengurus serta ketentuan mengenai pelayanan terhadap anggota.

12)Meminta jasa audit kepada Koperasi jasa audit dan/ atau Akuntan Publik yang biayanya ditanggung oleh Koperasi dan biaya audit tersebut dimasukkan dalam Anggaran Biaya Koperasi.

13)Pengurus atau salah seorang yang ditujukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dapat melakukan tindakan hukum yang bersifat pengurusan dan pemilikan. Untuk melakukan perbuatan tertentu harus mendapat persetujuan tertulis dari Keputusan Rapat Pengurus dan Pengawas Koperasi yaitu dalam hal-hal sebagai berikut:

a. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Koperasi dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Khusus Koperasi


(1)

Maka hendaknya para setiap organ direksi dapat dengan lebih bijaksana menjalankan dana dari anggota sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak.Dan ketika terjadi kelalaian hendaknya direksi dari KOPAKAR dapat dengan berani menerapkan prinsip fiducary duty dalam penyelesaianya.

4. Melihat dengan mudahnya menjadi anggota koperasi saat ini, maka hendaknya masyarakat perlu lebih berhati-hati dalam memilih koperasi dalam menyimpan dananya.. Pilihlah koperasi yang sehat dan jelas dalam pembagian hasil usaha,sehingga tidak menimbulkan pelanggaran hukum.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti, 1997, Dinamika Koperasi, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djojohadikoesoemo, Margono R. M., 1940, Sepoeloeh Tahoen Koperasi, Batavia Centrum: Baai Poestaka.

Edilius, dan Sudarsono, 1993, Koperasi dalam Teori dan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Firdaus, M. Dan Agus Edhi Susanto,2002, Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan Praktek, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Fuady, Munir, 2000, “Hukum Perseroan Terbatas”, Jakarta: Ghalia.

Hariyanto, Gunawan, 2012, “Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota Koperasi”, Mizan.

Hadikusuma, R.T.Sutantya Rahardja, 2000, Hukum Koperasi Indonesia., PT. Rajawali Pers, Jakarta.

Ismail, Ahmad Marzuki, 2005, Jati Diri Koperasi, Kim Guan Press Enterprise SDN. BHD.


(3)

Lumbantobing, Juliana, Elvis F. Purba, dkk, 2002, Ekonomi Koperasi, Medan: Universitas HKBP Nomensen Fakultas Ekonomi.

Rakka, I. G. Gede, 1983, Pengantar Pengetahuan Koperasi, Jakarta: Departemen Koperasi

Roepke, Jochen, 2000, Ekonomi Koperasi Teori dan Manajemen, Jakarta: Salemba Empat.

Sitio, Arifin dan Tamba Halomoan, 2001, Koperasi, Teori, dan Praktik, Jakarta: Erlangga..

Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Suwandi, Ima, 1986, Koperasi Organisasi Ekonomi yang Berwatak Sosial, Ujung Pandang: Penerbit Bharata Karya Aksara.

B. Undang-undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penamin Simpanan


(4)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan menjadi Undang-Undang

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2005 tentang Modal Awal Lembaga Penjamin Simpanan.

Keputusan Menteri Koperasi Nomor 351/Kep/M/XII/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi

C. Lain-lain

Anggaran Dasar Koperasi Serba Usaha Padat Karya (KOPAKAR)

Athreezno, Makalah Lembaga Keuangan Bukan Bank,


(5)

Jananto, David, Pengertian Koperasi Simpan Pinjam,

Lisa, Bab II Landasan Teori,

Nasution, Bismar, “Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perseroan”

Prasetya, Andika, Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia,

Rahayu, Nuli, “Perlindungan Hukum Dana Simpanan Anggota Koperasi”,

Rayyan, Ibnu, 2011, Peran Badan Pengawas Dalam Pengawasan Koperasi

berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian, Skripsi.

Sari, Candra Nopita, Pengertian, Tujuan, dan Prinsip-Prinsip Koperasi


(6)

Tania, Jenis-Jenis Koperasi,

Widiastuti, 2009, Tanggung jawab penggurus koperasi simpan pinjam yang berbadan hukum terhadap penyimpanan dana, Jurnal Hukum., Vol VII.

Wikipedia Bahasa Indonesia, Koperasi,

Adipoetra,OrganisasidanManajemenkoperasi,adiputramiu89.blogspot.com/2012/ 2011/organisasi-dan-manajemen-koperasi.html,di unduh tanggal 18 desember 2013


Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Study Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya Di Medan)

0 20 94

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Studi Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya di Medan)

5 35 94

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Study Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya Di Medan)

0 1 8

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Study Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya Di Medan)

0 0 1

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Study Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya Di Medan)

0 0 13

Cover Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Studi Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya di Medan)

0 0 8

Abstract Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Studi Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya di Medan)

0 0 1

Chapter I Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Studi Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya di Medan)

0 0 13

Chapter II Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Studi Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya di Medan)

0 0 19

Reference Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Koperasi Yang Melakukan Penyimpanan Dana Pada Suatu Lembaga Non Bank (Studi Pada Koperasi Serba Usaha Padat Karya di Medan)

0 1 5