Karakteristik demografi responden Kecemasan anak usia sekolah pada kelompok intervensi dan

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik demografi responden

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden pada kelompok intervensi berusia 11 tahun 29,4 dan mayoritas responden pada kelompok kontrol berusia 9-10 tahun 47 . Hal ini sesuai dengan pernyataan Wong 2008, yang menyatakan periode usia pertengahan disebut dengan usia sekolah atau masa sekolah dengan rentang usia 6-12 tahun. Periode ini dimulai dengan masuknya anak kelingkungan sekolah, yang memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain. Dimana pada anak usia sekolah secara umum aktifitas fisik semakin tinggi, sehingga anak sangat rentan terkena penyakit yang bisa mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila anak dalam kondisi sakit, maka orang tua akan segera membawanya ke pelayanan kesehatan dan seringkali anak harus dirawat inap untuk proses penyembuhannya. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berjenis kelamin laki- laki yaitu 11 responden 64,3 dari kelompok kontrol dan 8 responden 47,1 dari kelompok intervensi. Hal ini disebabkan karena jumlah pasien anak usia sekolah yang menjalani rawat inap dan pemasangan infus di RSUD Dr.Pirngadi lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki. Wong 2008 menyatakan anak perempuan pada umumnya lebih adaptif terhadap stresor dibandingkan dengan anak laki-laki sehingga anak laki-laki lebih banyak yang dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan anak perempuan. Hurlock 2004 menyatakan jenis kelamin anak akan mempengaruhi aktivitas bermain anak. Anak laki-laki lebih banyak Universitas Sumatera Utara melakukan permainan yang menghabiskan energi dibandingkan anak perempuan, sehingga anak laki-laki lebih berisiko terkena penyakit atau cidera.

5.2.2 Kecemasan anak usia sekolah pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata responden pada kelompok intervensi tidak mengalami kecemasan. Terdapat 14 responden 82,4 yang tidak mengalami kecemasan, responden pada kelompok intervensi memiliki skor minimal yaitu 5 dan skor maksimal yaitu 13. Responden pada kelompok kontrol rata-rata mengalami kecemasan. Terdapat 13 responden 76,5 mengalami kecemasan, responden pada kelompok kontrol memiliki skor minimal 8 dan skor maksimal 15. Kecemasan anak terjadi karena adanya situasi yang mengancam yang menyertai perkembangan, perubahan dan pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukannya Kaplan Sadock, 2010 dalam Novarenta, 2013. Responden yang diberikan teknik guided imagery pada pemasangan infus rata-rata tidak mengalami kecemasan. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka guided imagery merupakan salah satu jenis teknik relaksasi yang telah menjadi terapi standar untuk mengurangi kecemasan berikan relaksasi pada orang dewasa atau anak-anak, dapat juga mengurangi nyeri kronis, tindakan prosedural yang menimbulkan nyeri, susah tidur, mencegah reaksi alergi dan menurunkan tekanan darah Synder, 2006. Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Perbandingan kecemasan responden kelompok intervensi dan