Analisi Data, Membahasas tentang makna denotasi, konotasi, dan Penutup, Kesimpulan, dan Saran.

17 dilakukannya, juga maka untuk memperkenalkan konsep dan prinsip dasarnya. 18

B. Model Semiotik Roland Barthes

Roland barthes dikenal sebagai seorang pemikir strukturalis yang gigih mempraktikan model liguistik dan semiologi saussurean. 19 Menurut Barthes Bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu. Untuk menganalisis teks pada rubrik dalam majalah Aulia, penulis menggunakan analisis menurut metode Roland Barthes, denotasi, konotasi dan mitos. Pendekatan semiotik Roland Barthes secara khusus tertuju kepada sejenis tuturan atau speech yang disebut sebagai mitos. Menurut barthes, bahasa membutuhkan kondisis tertentu untuk dapat menjadi mitos, yaitu yang secara semiotis dicirikan oleh hadirnya sebuah tataran signifikasi yang disebut sebagai sistem semiologis tingkat kedua atau the second order semiological system, penanda-penanda berhubungan dengan petanda - petanda sedemikian sehingga memghasilkan tanda, selanjutnya tanda - tanda pada tataran pertama ini pada gilirannya hanya akan menjadi penanda - penanda yang berhubungan pula dengan petanda - petanda pada tataran kedua. Pada tataran signifikasi tataran kedua inilah mitos berada. Aspek material mitos, yakni penanda-penanda pada the second order semiological system itu, dapat disebut sebagai retorik atau konator-konator, 18 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, cet 1, hal. 6. 19 Alex Sobur, M.Si, “ Semiotika Komunikasi”,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, cet ke-4, hal. 63. 18 yang tersusun dari tanda-tanda pada sistem pertama, sementara petanda- petandanya sendiri dapat dinamakan sebagai fragmen ideologi. 20 Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca the reader. Konotasi, walaupun sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sastra merupakan contoh paling jelas sistem pemaknaan tataran kedua yang dibangun diatas bahasa sebagai sistem yang pertama. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam Mythologies nya secara tegas dibedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama. Melanjutkan studi Hjelmslev, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja. 1. Signifier atau Penanda 2. Signified atau Petanda 3. Denotative Sign atau Tanda Denotatif 4. Connotative Signifier atau Penanda Konotatif 5. Connotative Signified atau Petanda Konotatif

6. Connotative Sign Tanda Konotatif

Tabel 2.1 : Peta Tanda Roland Barthes Penjelasan gambar: dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif pada nomer 3 terdiri atas penanda pada nomer 1 dan petanda pada nomer 2. Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga 20 Kris Budiman, semiotika visual “konsep, isu, dan problem ikonisitas”, yogyakarta: jalasutra, 2011, cet- 1, hal. 38.