BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
McCaffery 1980 dalam Prasetyo, 2010 mendefenisikan bahwa nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut, dan
terjadi kapan saja seseorang mengalami nyeri tersebut. Menurut Kozier dan Erb 1983, nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh
persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan luka. International Association for Study of Pain 1979 dalam Prasetyo, 2010 mendefenisikan nyeri sebagai
suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat aktual atau potensial atau
yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan Nyeri adalah pengalaman merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan,
juga dari sudut emosi akibat dari kerusakan jaringan tubuh yang aktual maupun potensial WHO, 1986. Nyeri diartikan juga sebagai apapun yang
menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu tersebut mengatakannya Brunner Suddarth, 2000.
Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun sehingga sering sekali perasaan nyeri merupakan
alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan Luckman Sorrensen, 1993.
Universitas Sumatera Utara
Relieving Pain in America melaporkan bahwa pada tahun 2011, setidaknya 100 juta orang dewasa di Amerika mengalami nyeri kronis. Center for Disease
and Prevention CDC dan National Center for Health Statistics NCHS menyebutkan nyeri kronis tersebut umumnya disebabkan oleh: sakit kepala
berat atau migraine 16,1 , low back pain 28,1 , nyeri leher 15,1, nyeri lutut 19,5 , nyeri bahu 9,0, finger pain 7,6 dan nyeri
pinggang 7,1 . Jumlah masyarakat yang menderita nyeri kronis lebih banyak daripada jumlah yang menderita penyakit jantung, diabetes, dan
kanker Relieving Pain in America, 2011 Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan
beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan Brunner Suddarth, 2002. Nyeri dapat berasal dari setiap bagian dari tubuh manusia: kulit, otot,
ligamen, sendi, tulang nyeri nociceptive, jaringan terluka nyeri inflamasi, saraf nyeri neuropatik, organ internal nyeri viseral atau kombinasi dari
jenis rasa sakit nyeri campuran The British Pain Society, 2010. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu
penyakit manapun Brunner Suddarth, 2000 Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri
yang sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada individu Niven, 1994. Respon yang ditunjukkan oleh individu terhadap nyeri yang
dirasakannya disebut perilaku nyeri Brunner Suddarth, 2000. Individu memperlihatkan reaksi yang berbeda terhadap nyeri akut dan nyeri kronis
Niven, 1994. Respons individu terhadap stimulus nyeri disebut perilaku nyeri Field, 1986.
Universitas Sumatera Utara
Perilaku nyeri pada pasien nyeri akut berbeda dengan pasien nyeri kronis. Nyeri pada pasien dengan nyeri kronis lebih sulit dikontrol dari pada pasien
dengan nyeri akut. Nyeri kronis disebabkan oleh penyakit-penyakit kronis dan sering mengalami pembedahan yang menambah intensitas dan durasi
nyeri yang dialami pasien Chong, 1999 dalam Potter Perry, 2006. Nyeri kronik yang hebat mempengaruhi fungsi fisik dan mental individu, kualitas
hidup, dan produktivitas. Hal ini yang sering menyebabkan depresi dan peningkatan perilaku nyeri individu. Faktor kognitif dan perilaku memiliki
peran penting dalam mengontrol emosi dan perilaku individu saat mengalami nyeri.
Flor et al, 1993, dalam Potter Perry 2006 melaporkan bahwa klien yang memiliki nyeri kronik mengungkapkan lebih banyak pernyataan diri
negatif terkait nyeri dan memiliki keyakinan lebih bahwa mereka tidak berdaya daripada klien yang sehat. Nyeri menjadi bagian dari setiap aspek
kehidupan. Nyeri kronik merupakan penyebab utama ketidakmampuan fisik dan psikologis sehingga muncul masalah-masalah, seperti kehilangan
pekerjaan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang sederhana, disfungsi seksual, dan isolasi sosial dari keluarga dan teman-teman
Potter Perry,2006. Nyeri sering menghasilkan efek psikologis dan kognitif; ansietas, depresi
dan anger. Oleh karena itu, pendekatan biopsikososial adalah pengobatan yang tepat untuk mengurangi perilaku nyeri pasien kronis Relieving Pain in
America, 2011. Tujuan dari strategi biopsikososial adalah meningkatkan kemampuan individu untuk mengurangi intensitas nyeri dengan mengubah
Universitas Sumatera Utara
respon emosi, kognitif dan perilaku terhadap nyeri yang disebut dengan self control Ersek et al, 2004
Kontrol diri self-control merupakan komponen penting untuk menurunkan nyeri. Pada penelitian sebelumnya, telah didapati hasil bahwa
peningkatan self control mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan hal-hal yang buruk. Individu dengan kemampuan mengontrol diri
yang baik self-control tinggi menunjukkan perilaku dan ekspresi wajah yang menggambarkan rasa dapat mengontrol atau berwenang, self-control
merupakan respon bermanfaat yang menunjukkan kekuatan Kozier et al, 2010.
Dietrich 1987 dalam penelitiannya tentang “pengaruh Self-control dan kemampuan koping terhadap persepsi nyeri lansia” menyatakan bahwa self
control dan self-efficacy memiliki peran sentral dalam dunia kedokteran sebagai cara pengendalian nyeri kronis. Hasil penelitian Dietrich yaitu ada
hubungan yang signifikan antara kemampuan mengontrol diri self-control dan kemampuan koping terhadap persepsi terhadap nyeri pada lansia. Maka
peneliti merasa tertarik menyelidiki bagaimana tingkat self control dan perilaku nyeri pada pasien yang mengalami nyeri kronis. Sehingga peneliti
mengajukan judul penelitian “ Kontrol diri self-control dan perilaku nyeri pasien dengan nyeri kronis di RSUP H. Adam Malik Medan, mengingat
rumah sakit ini adalah rumah sakit rujukan sehingga banyak ditemukan kasus nyeri kronis.
Universitas Sumatera Utara
2. Pertanyaan Penelitian