karaginan yang ditambahkan, maka nilai tensile strength kuat tarik dan persen pemanjangan edible film tersebut juga semakin tinggi. Peningkatan konsentrasi
tepung karaginan juga menyebabkan meningkatnya transparansi film yang dihasilkan.
Komponen penyusun edible film yang cukup besar adalah plasticizer. Plasticizer
secara umum dapat meningkatkan permeabilitas film terhadap gas, uap air dan zat terlarut. Penambahan plasticizer juga dapat meningkatkan elastisitas
dan daya kohesi film. Larotonda 2007 menyebutkan bahwa plasticizer yang umumnya ditambahkan pada edible film adalah poliol gliserol, sorbitol, polietilen
glikol 400, mono-, di-, atau oligosakarida, lipida dan turunannya. Pengaruh berbagai plasticizer pada edible film tepung Quercus suber
dengan penambahan tepung kappa karaginan telah diteliti oleh Larotonda 2007. Plasticizer
yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu plasticizer hidrofilik dan hidrofobik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa plasticizer hidrofilik memiliki
nilai tensile strength kuat tarik, persen pemanjangan dan transparansi yang lebih tinggi dibandingkan plasticizer hidrofobik. Larotonda 2007 menyatakan bahwa
gliserol merupakan plasticizer hidrofilik yang paling cocok diaplikasikan pada edible film
tepung Quercus suber dengan penambahan tepung kappa karaginan.
2.4 Aplikasi Edible Film dalam Bidang Pangan
Aplikasi edible film pada produk pangan didasarkan pada sifat-sifat proteksi dari pengemas tersebut, dalam hal ini adalah memperpanjang umur
simpan melalui pencegahan reaksi-reaksi deteriorasi produk pangan Arpah 1997. Bahan yang sering ditambahkan pada edible film antara lain antimikroba,
antioksidan, flavor, pewarna, dan plasticizer. Edible film telah lama digunakan sebagai bahan pengemas pada produk
pangan seperti daging, ayam, dan hasil perikanan. Edible film juga mampu menghambat kehilangan senyawa-senyawa volatil dan mencegah kontaminasi bau
dari luar pada produk daging, ayam atau perikanan. Ismudiyati 2003 telah melakukan penelitian mengenai kemampuan
edible coating kappa karaginan semi refined pada fillet ikan patin. Penelitiannya
menunjukkan bahwa pemberian edible coating dapat menghambat pertumbuhan
mikroba pada fillet ikan patin. Fillet ikan patin yang diberi coating mengandung total mikroba sebanyak 1,5 x 10
6
kolg sedangkan fillet ikan patin tanpa coating mengandung total bakteri sebanyak 2 x 10
7
kolg pada hari penyimpanan ke-10. Edible film
juga mampu menghambat pertumbuhan kapang pada produk pangan. Penelitian Honesty 2003 menunjukkan bahwa aplikasi edible film
kitosan pada dodol rumput laut dapat mencegah pertumbuhan kapang sampai hari ke-15 tidak ditemukan kapang. Pada produk dodol rumput laut yang dikemas
menggunakan kertas ditemukan kapang sebanyak 6 x 10
2
kolg pada hari ke-15.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanan pada bulan November 2010 hingga April 2011. Bahan baku rumput laut Kappaphycus alvarezii berasal dari petani rumput laut di
Pulau Panjang Kabupaten Serang. Penelitian dilakukan di beberapa laboratorium antara lain laboratorium program studi THP Laboratorium Preservasi dan
Pengolahan Hasil Perairan, Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia Hasil Perairan, Laboratorium Organoleptik serta Laboratorium Bahan Baku Hasil
Perairan, laboratorium program studi Ilmu Pangan Laboratorium Pengolahan dan Biokimia Pangan dan Gizi, Laboratorium Balai Pengujian Ekspor Impor
Jakarta dan Laboratorium Geologi Kuarter PPGL.
3.2 Bahan dan Alat