13
secara lestari berbasis masyarakat; 2 memperkuat pengendalian dan pengawasan dalam pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan; 3 meningkatkan upaya
konservasi laut, pesisir, dan pulau kecil serta merehabilitasi ekosistem yang rusak; 4 mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah
pesisir, laut, perairan tawar, dan pulau-pulau kecil; 5 mengembangkan upaya mitigasi lingkungan laut dan pesisir; dan 6 memperkuat kapasitas instrumen
pendukung pembangunan kelautan yang meliputi iptek, sumber daya manusia, kelembagaan, dan peraturan perundang-undangan.
2.2.1 Keberlanjutan ekonomi
Dimensi ekonomis dari pembangunan berkelanjutan mempresentasikan permintaan terhadap sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan dimana manfaat
dari pembangunan wilayah pesisir seharusnya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal sekitar program terutama yang termasuk ekonomi lemah. Menurut
Serageldin 1994 tujuan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan memiliki hubungan dengan tujuan lingkungan. Keberhasilan dan keberlanjutan
pembangunan tidak akan tercapai apabila tidak didukung oleh kondisi lingkungan hidup yang mendukung pembangunan ekonomi dan sosial.
Pembangunan akan terhambat apabila kondisi sosial ekonomi masyarakat penuh dengan ketidakpastian. Disamping itu pembangunan ekonomi tanpa
memperhatikan efesiensi penggunaan sumberdaya dan kelestarian alam akan menyebabkan degradasi alam yang tidak dapat pulih kembali, sehingga usaha
yang dapat dilakukan adalah dengan efesiensi penggunaan sumberdaya alam dan juga memberikan penilaian terhadap lingkungan dengan mengevaluasi dampak
lingkungan yang ditimbulkannya karena bagaimanapun proses pembangunan yang berjalan sedikit ataupun banyak akan menimbulkan eksternalitas negatif dimana
masyarakat yang akan merasakan akibat dari kerusakan tersebut. Masyarakatlah yang menanggung beban berupa biaya–biaya sosial yang harus ditanggung baik
oleh masyarakat saat ini maupun generasi yang akan datang.
14
Hal yang terpenting adalah bagaimana pemahaman mengenai pembangunan dimulai dari pendekatan kepada berhasil atau tidaknya
pembangunan itu mengurangi kemiskinan. Bagaimana pertumbuhan ekonomi berperan dan bagaimana proses pertumbuhan itu dipengaruhi oleh semakin
berkurangnya sumberdaya dan makin meningkatnya biaya lingkungan. Harus menjadi pertimbangan global adalah bagaimana menemukan cara yang efektif
sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat sekaligus memecahkan masalah kemiskinan tanpa membahayakan lingkungan atau menurunkan kualitas
sumberdaya alam untuk generasi yang akan datang. Menurut Fauzi 2006 sumber daya alam tidak terbatas sebagai faktor input saja karena proses produksi juga
akan menghasilkan output misalnya limbah yang kemudian menjadi faktor input bagi kelangsungan dan ketersediaan sumber daya alam. Gambar dibawah ini
menunjukkan keterkaitan antara sumber daya alam dan aktivitas ekonomi.
Gambar 2 Keterkaitan antara sumber daya alam dan aktivitas ekonomi Fauzi 2006
Sumber daya alam menghasilkan barang dan jasa untuk proses industri yang berbasis sumber daya alam maupun yang langsung dikonsumsi oleh rumah
tangga. Dari proses industri, dihasilkan barang dan jasa yang kemudian dapat
Sumber daya Alam dan Lingkungan
Produksi Konsumsi
Limbah
Residual
15
digunakan oleh rumah tangga untuk konsumsi. Dimana kegiatan produksi oleh industri dan konsumsi oleh rumah tangga menghasilkan limbah waste yang
kemudian dapat didaur ulang. Proses daur ulang ini ada yang langsung kembali ke alam dan lingkungan misalnya, proses pemurnian kembali air atau udara, juga
ada yang kembali ke industri. Dari limbah ini sebagian komponen ada yang tidak dapat didaur ulang, dan menjadi residual yang akan kembali ke lingkungan
tergantung dari kemampuan kapasitas penyerapan atau asimilasi. Sementara itu, dilema saat ini dari sistem manusia dan sistem alam pada
dasarnya adalah proses berubahnya postulat dunia kosong empty world dimana dunia dengan jumlah penduduk dan artefaknya yang sedikit namun penuh dengan
sumberdaya alam natural capital, dengan demikian fokus pembangunan adalah pada pertumbuhan dan ekspansi, kompetisi bebas cutthroat competition, dan
siklus limbah terbuka open waste cycles menuju postulat dunia penuh full world
di mana kebutuhan manusia adalah untuk perbaikan kualitas dari hubungan antara unsur pembangunan, aliansi kerjasama, dan aliran tertutup daur limbah
Constanza et al. 2000 diacu dalam Adrianto 2004. Pertumbuhan dari postulat dunia kosong ke dunia penuh menyadarkan kita
bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki keterbatasan hingga suatu titik di mana ekonomi menuju kondisi stabil steady state economy. Seoptimis apapun
teknologi yang mampu dihasilkan, sudut pandang bahwa ekonomi bukan tak terbatas merupakan pandangan yang penting dalam koridor keberlanjutan
sustainability coridors. Lingkungan dan ekonomi harus dipandang sebagai sebuah integrasi dan berinteraksi aktif satu sama lain serta tidak terpisah seperti
yang terjadi selama ini sehingga seringkali pembangunan ekonomi dan lingkungan menjadi sangat diametrik satu sama lain.
16
Gambar 3 menyajikan secara diagram postulat dunia kosong dan dunia penuh dalam paradigma lingkungan kontemporer.
Gambar 3 Postulat dunia kosong dan dunia penuh Adrianto 2004
2.2.2 Keberlanjutan Lingkungan