Persepsi Mengenai Pendidikan Lingkungan Hidup

32 hari yang bertanggungjawab terhadap pelestarian lingkungan hidup. Dengan demikian cita-cita pembangunan berkelanjutan dapat terwujud. Pada dasarnya peluang mengikuti program Adiwiyata terbuka bagi seluruh sekolah di tanah air Indonesia. Mengingat keterbatasan yang ada dan kepentingan dari semua pihak terkait, maka dalam proses seleksi dan penilaian, Kementerian Negara Lingkungan Hidup dibantu oleh berbagai pihak, antara lain: Pemerintah Daerah setempat dalam hal ini dikoordinir oleh BPLHDBapedalda Propinsi, bekerja sama dengan Dinas Pendidikan setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, Akademisi dan pihak swasta lainnya. Tim Penilai Adiwiyata terdiri dari berbagai pemangku kepentingan yaitu: Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Departemen Pendidikan Nasional, LSM yang bergerak di bidang lingkungan, Jaringan Pendidikan Lingkungan, Perguruan Tinggi, Swasta dll. Sedangkan Dewan Pengesahan Adiwiyata terdiri dari Pakar Lingkungan, Pakar Pendidikan Lingkungan, wakil dari Perguruan Tinggi dan lain sebagainya.

2.2. Persepsi Mengenai Pendidikan Lingkungan Hidup

Dalam tesis yang dilakukan oleh Hermawan 2000 Pendidikan lingkungan hidup dewasa ini banyak dibicarakan orang, karena telah tampak adanya gejala dan kecenderungan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh ulah manusia misalnya pencemaran sumber daya air dan sungai sebagai akibat dari pembuangan limbah industri dan limbah rumah tangga serta banyak kasus lain yang sekarang 33 sudah menjadi fenomena umum. Pencemaran sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan hidup sebenarnya bukan saja terjadi akibat pembangunan yang kurang bijaksana, melainkan juga disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang amat pesat sehingga di beberapa tempat telah melampaui daya dukung lingkungan Harjosumantri, 1983. Banyak faktor yang menjadi penyebab menurunnya kualitas lingkungan. Diantaranya, yaitu rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan, sehingga mereka kurang respon untuk dapat menerima informasi yang bermanfaat bagi dirinya. Di samping itu, kebiasaan hidup masyarakat yang selalu membuang sampah di sembarangan tempat, sulit untuk diubah dan ketidakpedulian terhadap lingkungan yang mengakibatkan lingkungan menjadi kotor dan tercemar. Pencemaran lingkungan umumnya disebabkan oleh masyarakat di lingkungannya itu sendiri. Sebagai salah satu contoh, yaitu kurang baiknya persepsi ibu rumah tangga, dapat mempengaruhi perilaku mereka alam pemeliharaan kebersihan lingkungan, sehingga tindakannya mengakibatkan terjadinya tempat sarang nyamuk dan ini sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan terhadap pengaruh bahaya limbah rumah tangga. Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya limbah rumah tangga terhadap lingkungan, dengan ide-ide baru dan praktek baru, dan dengan pendidikan dapat ditanamkan berpikir kritis, kreatif dan rasional. Pendidikan menurut Undang-undang Repubilk Indonesia nomor 20 tahun 2003 Bab VI Pasal 13 menyatakan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana 34 untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Persepsi pada dasarnya menyangkut proses informasi pada diri seseorang dalam hubungannya dengan objek stimulus. Dengan demikian persepsi merupakan gambaran arti atau interprestasi yang bersifat subjektif, artinya persepsi sangat tegantung pada kemamapuan dan keadaan diri yang bersangkutan. Dalam kamus psikologi persepsi diartikan sebagai proses pengamatan seseorang terhadap segala sesuatu di lingkungannya dengan menggunakan indera yang dimilikinya, sehingga menjadi sadar terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan tersebut Dali, 1982. Gibson, et al 1996 mengatakan, persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan. Tinjauan terhadap konsep persepsi, khususnya untuk objek-objek lingkungan dapat dikaji melalui dua pendekatan, yaitu: 1 melalui pendekatan konvensional, 2 pendekatan ekologis terhadap lingkungan. Menurut Backler dalam Abdurahman 1987, hubungan manusia dengan lingkungan merupakan titik tolak dan merupakan sumber informasi, sehingga terlihat individu menjadi seorang pengambil keputusan. Dari hasil penelitian tersebut terbuka peluang untuk memanfaatkan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi dengan pendidikan lingkungan hidup sehingga dapat dikemukakan parameter persepsi sebagai salah satu parameter dalam pencapaian sekolah Adiwiyata sebagaimana dimaksudkan dalam tesis yang akan 35 dilakukan ini. 2.3. Partisipasi Siswa SMA sebagai Pemacu Pengelolaan Lingkungan Hidup Menuju Sekolah Adiwiyata Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syahdian 2000 mengenai adanya hubungan Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Dengan Partisipasi Siswa SMA Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Kota Tebing Tinggi menunjukkan bahwa kelompok usia remaja merupakan sumberdaya yang sangat potensial di masa mendatang jika dipersiapkan dengan baik melalui proses pendidikan. Berkaitan dengan pengetahuan tentang pelestarian lingkungan hidup dan kependudukan guna menjamin pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, pemerintah melaksanakan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup PKLH secara formal mulai tingkat SD sampai Perguruan Tinggi sejak tahun 1975. Namun masih banyak pelajar terlibat masalah kenakalan remaja. Lebih lanjut penelitian tersebut mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan dalam hal persepsi siswa tentang materi PKLH dengan partisipasinya di dalam pengelolaan lingkungan hidup, terdapat juga kaitan yang erat mengenai peran sekolah dalam menyampaikan materi PKLH dengan partisipasi siswa di dalam pengelolaan lingkungan hidup. Orang tua dalam hal ini juga merupakan pendukung dalam terjadinya partisipasi siswa di dalam pengelolaan 36 lingkungan hidup. Dinyatakan juga bahwa terdapat hubungan antara pelaksanaan PKLH dengan partisipasi siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup. Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa implikasi PKLH dalam kehidupan siswa mampu meningkatkan upaya pelestarian lingkungan hidup di wilayah sekolah secara mandiri. Kondisi sosial guru yang baik seperti pengalaman mengajar, kesejahteraan, terjalinnya komunikasi dengan orang tua siswa, pengarahan dan pengawasan kepala sekolahpimpinan sekolah, pengadaan literatur yang berhubungan dengan PKLH dan penataran PKLH menunjukkan pengaruh positip terhadap partisipasi siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup. Peran orang tua seperti memberi contoh, mengawasi pergaulan anak-anaknya, memberikan hadiahsanksi terhadap hasil perbuatan anaknya juga menimbulkan pengaruh positip terhadap partisipasi siswa didalam pengelolaan lingkungan hidup. Sementara itu implikasi pelaksanaan PKLH oleh siswa menyatakan bahwa keterlibatan siswa di dalam kegiatan 5K pada umumnya tingkat partisipasinya tinggi dengan kesadaran akan akibat buruk penggunaan narkoba sehingga murid berusaha untuk melakukan tindakan pencegahan dengan tingkat partisipasinya tinggi. Yang memprihatinkan siswa cendrung menganggap merokok adalah hal biasa, ini tergambar dan rendahnya tingkat kemauan siswa untuk mencegah kecanduan merokok pada dirinya sendiri partisipasinya rendah . Kegiatan keagamaan dan perawatan lingkungan sekolah, menjaga kebersihan diri dan pakaian, berperan mensosialisasikan bahaya narkotika, dan kesadaran membuang sampah ditempatnya serta mendiskusikan masalah 5K umumnya partisipasinya tinggi. Kegiatan membuat 37 catatan khusus tentang kebersihankesehatan belum dianggap penting dengan tingkat partisipasinya sedang. Implikasi pelaksanaan PKLH di lingkungan keluarga dan masyarakat menunjukkan bahwa partisipasi siswa menjaga kebersihan lingkungan rumah sangat tinggi, kegiatan gotong royong dan agama, penghijauan, mematuhi tata krama pergaulan, pembersihan parit, pemanfaatan waktu luang dan tanggung jawab partisipasinya tinggi, pencegahan kenakalan remaja partisipasi sedang. Dari hasil peneitian tersebut dapat diperoleh kecenderungan perilaku awal hubungan pelaksanaan pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup dengan partisipasi siswa SMA dalam pengelolaan lingkungan hidup sehingga dalam program pencapaian sekolah menuju sekolah Adiwiyata Nasional setidaknya dapat merujuk pada kecenderungan parameter yang dapat digunakan dalam penelitian dan metoda penelitian yang mungkin dilaksanakan sehingga bermanfaat bagi tesis ini.

2.4. Pelaksanaan Model Pengelolaan Sekolah berwawasan lingkungan Program Sekolah Adiwiyata Nasional