Kerangka pikir Perumusan Masalah Hipotesis Manfaat Penelitian

1.2 Kerangka pikir

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah : a. apakah sediaan sachet nata de coco dapat dijadikan sebagai bentuk sediaan baru yang aman dikonsumsi konsumen ? b. apakah perbedaan pori pada sediaan sachet nata de coco mempengaruhi disolusipelepasan obat ? c. apakah perbedaan waktu pemberian sediaan sachet nata de coco mempengaruhi iritasi lambung kelinci ? d. apakah sediaan sachet nata de coco dapat mencegah iritasi lambung ? sachet nata de coco sachet nata de coco + piroxicam - pori 1 - pori 2 - pH 1.2 - pH 7.4 Disolusi dan pelepasan pada cairan lambung buatan dan cairan usus buatan. Iritasi pada lambung kelinci secara makroskopis nata de coco pengeringan Jumlah luka pada lambung kumulatif Piroksikam terlepas

1.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitian adalah : a. Nata de coco dapat dijadikan sediaan obat baru berbentuk sachet. b. Terdapat perbedaan waktu pelepasan obat dengan adanya perbedaan jumlah pori pada sedian sachet nata de coco. c. Perbedaan waktu pemberian sediaan sachet dapat mempengaruhi iritasi terhadap lambung kelinci. d. Sediaan sachet nata de coco dapat mencegah iritasi lambung kelinci.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi dalam 2 aspek :

1.5.1. Tujuan Umum

a. Menemukan bentuk alternatif sebagai pembawa obat yang dapat diterima dan aman dikonsumsi konsumen. b. Memanfaatkan limbah air kelapa sehingga salah satu upaya mengurangi pencemaran lingkungan.

1.5.2. Tujuan khusus

a. Membuat sediaan sachet dari nata de coco yang aman untuk digunakan. b. Menguji kecepatan pelepasan obat dari sediaan sachet nata de coco. c. Menguji lama waktu pemberian sediaan sachet nata de coco terhadap iritasi lambung.

1.6 Manfaat Penelitian

a. Bila terbukti sediaan sachet nata de coco dapat bekerja lebih efektif dalam mencegah iritasi dan bertindak sebagai pencegah ulser, maka sediaan sachet nata de coco dapat dipertimbangkan penggunaannya pada pasien yang menderita penyakit ulser. b. Menunjang program pemerintah dalam pengembangan sediaan obat baru sehingga dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nata de coco

Nata de coco berasal dari Filipina. Hal ini bisa dipahami karena Filipina merupakan salah satu negara penghasil kelapa yang cukup besar di dunia. Filipina termasuk negara yang paling banyak mendapatkan devisanya dari produk kelapa. Sekitar dekade 60-an penduduk asli Filipina penduduk asli Filipina yang bernama Nata mulai memikirkan “nasib” jutaan ton air kelapa yang terbuang percuma dari pabrik penghasil kopra di kampung halamannya. Peluang ini digunakan untuk membuat suatu produk yang bermanfaat dan tercipta makanan segar bernama nata de coco. Kata coco berasal dari Cocos nucifera, nama latin dari kelapa. Sementara, di Indonesia pemanfaatan air kelapa belum maksimal, banyak yang terbuang percuma. Namun akhir-akhir ini sudah ada upaya untuk mengelola air kelapa menjadi nata de coco dan juga untuk berbagai produk seperti minuman ringan, jelli, aggur, cuka, etil asetat dan lain – lain Warisno, 2004. Sementara itu Nata juga dapat diartikan dari bahasa Spanyol yang berarti krim cream. Jadi, nata de coco adalah krim yang berasal dari air kelapa. Krim ini dibentuk oleh mikroorganisme Acetobacter xylinum melalui proses fermentasi. Mikroorganisme ini membentuk gel pada permukaan larutan yang mengandung gula. Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh dan berkembang membentuk nata de coco karena adanya kandungan air sebanyak 91,23 , protein 0,29 , lemak 0,15 , karbohidrat 7,27 , serta abu 1,06 di dalam air kelapa. Selain itu, terdapat juga nutrisi – nutrisi berupa sukrosa, dektrose, fruktose dan vitamin B kompleks yang terdiri dari asam nikotinat 0,01 ug, asam pantotenat 0,52 ug, biotin