BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad ke-20 adalah ”The Golden Age for Nutrition” atau Abad Emas bagi Pergizian Dunia karena ditemukannya hampir semua zat gizi makro dan mikro,
kebutuhan gizi manusia ditetapkan, hubungan antara gizi dan kesehatan didokumentasikan, serta dampak negatif dari masalah gizi kurang dan gizi lebih makin
diketahui dengan baik yang dikemukakan oleh Gabr pada tahun 2001Soekirman, 2005. Gabr juga mengatakan, bidang pertanian juga mencatat ”revolusi hijau” dan
teknologi rekayasa genetik yang berperan dalam peningkatan produksi dan kualitas pangan. Sejalan dengan itu, berbagai intervensi telah menjadi program nasional
dibanyak negara. Secara global, intervensi gizi berperan penting dalam upaya penurunan angka kematian bayi. Dibanyak negara berkembang, intervensi berhasil menurunkan
prevalensi KEP, kurang vitamin A, dan kurang yodium Soekirman, 2005. Di balik cerita sukses, abad ke-20 masih banyak terjadi masalah mengenai gizi.
Organisasi Pangan Dunia memperkirakan tahun 1999 sekitar 790 juta penduduk dunia kelaparan. Sekitar 30 persen penduduk dunia yang terdiri dari bayi, anak, remaja,
dewasa, dan manula menderita kurang gizi. Hampir setengahnya 49 kematian balita berkaitan dengan masalah gizi kurang. Dalam waktu yang sama, dunia maju
mengahadapi epidemi masalah kelebihan gizi dalam bentuk obesitas dan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi, stroke, dan diabetes Soekirman, 2005.
Angka kejadian obesitas pada anak yang semula sekitar 10-30 dari obesitas dewasa di negara-negara maju terus bertambah. Dalam tahun 2002, remaja dan dewasa
Universitas Sumatera Utara
25 mengalami obesitas dan 50 overweight dan prevalen pada anak belasan tahun berkisar antara 16-22. Data tentang anak atau remaja obesitas di Indonesia masih
belum ada, tetapi dari pengamatan sehari-hari mulai banyak ditemukan kasus obesitas Soetjiningsih, 2004.
Nutrisi yang baik pada masa remaja dapat melindungi fungsi pernapasan pada masa dewasa. Pada studi yang melibatkan 2.112 siswa tingkat atas di Amerika dan
Kanada dengan menyelesaikan daftar pertanyaan mengenai gejala pernapasan dan seberapa sering mereka mengonsumsi berbagai jenis makanan pada tahun sebelumnya,
dan peneliti juga menguji paru-paru dari seluruh siswa. Sebagian besar siswa yang melakukan diet dengan asupan buah rendah ternyata mengalami gejala bronchitis kronis
dibanding dengan siswa yang melakukan asupan tinggi 26,8 berbanding 19,8, asma juga cenderung lebih umum dikaitkan dengan asupan buah rendah
10,9 berbanding 8,6 Burn, 1999. Pada wanita mulai tampak berfungsi sistem reproduksi ditandai dengan
datangnya menstruasi pertama menarche. Penelitian yang dilakukan pada remaja putri di SDN II Mojokerto yang berusia antara 9-17 tahun dengan variabel asupan nutrisi
remaja putri dan usia menarche didapatkan 25 sudah mengalami menarche dan memiliki asupan nutrisi yang cukup baik, 75 belum menarche yang terdiri
dari 50 mempunyai asupan nutrisi yang cukup tetapi belum menarche, dan 25 memiliki asupan nutrisi yang kurang baik dan belum menarche Hetik, 2004.
Masa remaja merupakan masa kebutuhan akan gizi sangat diperlukan. Permasalahan yang sering dialami remaja adalah penanpilan diri, rasa tidak percaya diri
karena tubuh dinilai kurang atau tidak ideal, baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri. Pengetahuan status gizi didasarkan pada kenyataan bahwa status gizi yang
Universitas Sumatera Utara
cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan, setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan energi Syafiq, 2008.
Perilaku makan sehat harus didiskusikan dan didukung dengan perhatian khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi pada remaja. Berdasarkan latar belakang
di atas, maka peneliti tertarik untuk menulis Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ” Pengetahuan Remaja Putri tentang Nutrisi bagi Kesehatan di SMA Kemala
Bhayangkari 1 Medan Tahun 2009” .
B. Perumusan Masalah.