Komplikasi Epidemiologi Hipertensi 1. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi Orang Tempat

Pemeriksaan yang lebih teliti, perlu dilakukan pada organ target, untuk menilai komplikasi hipertensi. Identifikasi pembesaran jantung, tanda payah jantung, pemeriksaan funduskopi, tanda gangguan neurologi dapat membantu menegakkan diagnosis komplikasi akibat hipertensi. Pemeriksaan fisik lain secara rutin perlu dilakukan untuk mendapatkan tanda kelainan lain yang mungkin ada hubungan dengan hipertensi. 13,14

2.5 Komplikasi

Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat apabila terjadinya kenaikan tekanan darah yang mendadak tinggi. Beberapa negara mempunyai pola komplikasi yang berbeda-beda. Di Jepang, gangguan serebrovaskular lebih mencolok dibandingkan kelainan organ yang lain, sedangkan di Amerika dan Eropa komplikasi jantung lebih banyak ditemukan. Di Indonesia belum terdapat data mengenai hal ini, akan tetapi komplikasi serebrovaskular dan komplikasi jantung sering ditemukan. 14 Alat tubuh yang sering terserang hipertensi adalah mata, ginjal, jantung, dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Payah jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat di samping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan, akibat pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan yang lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara transient ischaemic attack. 13,14 Universitas Sumatera Utara 2.6. Epidemiologi Hipertensi 2.6.1. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi

a. Orang

Menurut Indonesian Society of Hypertension tahun 2007, secara umum prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang dewasa berumur lebih dari 50 tahun adalah antara 15 dan 20. Survei faktor resiko penyakit kardiovaskuler oleh WHO di Jakarta menunjukkan di Indonesia prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin dengan tekanan darah 16090 masing-masing pada pria adalah pada tahun 1988 sebesar 13,6, pada tahun 1993 sebesar 16,5, dan pada tahun 2000 sebesar 12,1. Sedangkan pada wanita prevalensi pada tahun 1988 mencapai 16, pada tahun 1993 sebesar 17, dan pada tahun 2000 sebesar 12,2. 8

b. Tempat

Prevalensi terendah hipertensi adalah pada suku Asmat di Lembah Balim Jaya 0,6 kemungkinan karena suku Asmat tinggal di daerah pegunungan dan pola hidup dan konsumsi pangan yang masih bersifat alami dan tertinggi pada suku Sunda di Sukabumi, Jawa Barat kemungkinan karena pola hidup masyarakat yang banyak mengonsumsi makanan cepat saji fast food. Dikawasan Jawa Bali sedikit lebih tinggi 17 dibandingkan dengan sumatera dan kawasan timur Indonesia. Menurut penelitian Susalit E. 1991 menunjukkan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Dalam laporannya menunjukkan prevalensi hipertensi pada masyarakat pinggiran 16 Universitas Sumatera Utara kota Jakarta sebesar 14,2, sedangkan prevalensi hipertensi di Sukabumi sebesar 28,6. 12 Penduduk yang tinggal di daerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengonsumsi garam lebih tinggi dibandingkan daerah pegunungan yang lebih banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan. 16

c. Waktu