Gejala Klinis Diagnosis TINJAUAN PUSTAKA

kerusakan dari target organ seperti mata, otak, jantung, dan ginjal. Juga belum nampak kelainan fungsi dari alat-alat tersebut yang sifatnya berbahaya. b. Hipertensi Maligna Disebut juga accelerated hypertension, adalah hipertensi berat yang disertai kelainan khas pada retina, ginjal, dan kelainan serebral. Pada retina terjadi kerusakan sel endotelial yang akan menimbulkan obliterasi atau robeknya retina. 17 Apabila diagnosis hipertensi maligna ditegakkan, pengobatan harus segera dilakukan. Diupayakan tekanan darah sistolik mencapai 120-139 mmHg. Hal ini perlu dilakukan karena insidensi terjadinya perdarahan otak atau payah jantung pada hipertensi maligna sangat besar. 14 c. Hipertensi ensefalopati Merupakan komplikasi hipertensi maligna yang ditandai dengan gangguan pada otak. Secara klinis bermanifestasi dengan sakit kepala yang hebat, nausea, dan muntah. Tanda gangguan serebral seperti kejang ataupun koma, dapat terjadi apabila tekanan darah tidak segera diturunkan. Keadaan ini biasanya timbul apabila tekanan diastolik melebihi 140 mmHg. Hipertensi berat yang diikuti tanda-tanda payah jantung, perdarahan otak, perdarahan pasca operasi merupakan keadaan kedaruratan hipertensi yang memerlukan penanganan secara seksama. 14

2.3 Gejala Klinis

Hipertensi seringkali muncul tanpa gejala hingga menimbulkan komplikasi lanjut yang berbahaya. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi Universitas Sumatera Utara yaitu sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, perasaan berputar serasa ingin jatuh, berdebar atau detak jantung terasa cepat, dan telinga berdengung. 14 Pada survei hipertensi di Indonesia oleh Sugiri, dkk 1995, tercatat gejala- gejala sebagai berikut : pusing, mudah marah, telinga berdengung, sesak nafas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang serta sukar tidur merupakan gejala yang banyak dijumpai. Gejala lain akibat komplikasi hipertensi, seperti gangguan penglihatan, gangguan saraf neurology, gejala gagal jantung, dan gejala lain akibat gangguan fungsi ginjal sering dijumpai. 13

2.4 Diagnosis

Seperti lazimnya pada penyakit lain, diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan data anamnese, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan penunjang. Pada 70-80 kasus hipertensi esensial didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga, walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosis hipertensi esensial. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. 14 Pada wanita, keterangan mengenai hipertensi pada kehamilan, riwayat persalinan, pengggunaan pil kontrasepsi, diperlukan dalam anamnesis. Selain itu, data mengenai penyakit penyerta yang timbul bersamaan seperti diabetes melitus kencing manis, gangguan hyperthyroid, rematik, gangguan ginjal, serta faktor resiko terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, stres, dan data obesitas kegemukan perlu diberitahukan kepada dokter yang memeriksa. 13,14 Universitas Sumatera Utara Pemeriksaan yang lebih teliti, perlu dilakukan pada organ target, untuk menilai komplikasi hipertensi. Identifikasi pembesaran jantung, tanda payah jantung, pemeriksaan funduskopi, tanda gangguan neurologi dapat membantu menegakkan diagnosis komplikasi akibat hipertensi. Pemeriksaan fisik lain secara rutin perlu dilakukan untuk mendapatkan tanda kelainan lain yang mungkin ada hubungan dengan hipertensi. 13,14

2.5 Komplikasi