Analisis Diskriptif Data ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

commit to user seperti mesin jahit, obras, konveksi, cap, pewarna, kompor listrik, dan lain-lain, 3 jika FPKBL mengadakan pameran biasanya Disperindag memberikan subsidi baik insidental maupun semi permanen. Selain Disperindag, Dinas Pariwisata juga bekerjasama dengan FPKBL diantara kerjasamanya dalam bentuk pariwisata, guide, dan memberikan anggaran rutin per tahunnya sebesar Rp 6-7 Juta. Sedangkan instansi-instansi yang lain, diantaranya seperti koperasi bekerjasama dalam hal memberi tambahan modal, selain koperasi hotel dan travel juga bekerjasama dalam hal promo tour, dan lain-lain.

D. Analisis Diskriptif Data

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden dari hasil kuesioner dalam penelitian ini, diperoleh data-data tentang pengusaha batik di Kota Surakarta yang mengambil studi kasus di Kampung Batik Laweyan. Data-data tersebut antara lain mengenai keuntungan, modal, tenaga kerja, bahan baku, dan penjualan dari pengusaha batik itu sendiri ditambah dengan data tentang kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, guna memperjelas deskripsi mengenai industri batik di kota Surakarta. Data-data yang ditampilkan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut: commit to user Sebelumnya dapat digunakan beberapa tahap dalam menyusun tabel atau distribusi frekuensi yaitu sebagai berikut Djarwanto,1994 : 1. Menentukan jumlah kelas Digunakan dengan pedoman Sturges dengan rumus sebagai berikut : k = 1 + 3.3 log n Dimana: k = jumlah kelas n = jumlah sampel Maka dalam penelitian keuntungan pengusaha industri batik di Kecamatan Laweyan Surakarta didapatkan jumlah kelas yaitu : k = 1 + 3.3 log 100 = 7,6 = 8 dibulatkan Jadi, terdapat 8 kelas dalam penelitian ini. 2. Menentukan interval kelas Selaras dengan pendekatan Sturges, maka interval kelas ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Ci = k R Ci = interval kelas R = range selisih antara data terbesar dan data terkecil k = jumlah kelas commit to user Data-data di luar kategori diatas dimana merupakan data tambahan dalam menggambarkan kondisi dan deskripsi keuntungan pengusaha batik yang tidak dimasukkan dalam variabel penelitian ini disusun tanpa adanya kelas yang sudah ditetapkan melainkan sesuai dengan kriterianya masing-masing. Data-data tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Yang dimaksud umur disini yaitu umur responden pada saat penelitian dilakukan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini : Tabel 4.9 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Umur Kelas Kelompok Umur dalam tahun Frekuensi Persentase 1. 31 10 10 2. 32 – 35 10 10 3. 36 – 39 12 12 4. 40 – 43 9 9 5. 44 – 47 9 9 6. 48 – 51 15 15 7. 52 – 55 27 27 8. 56 8 8 Jumlah 100 100 Dari table 4.9 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden penelitian ini jumlah responden terbanyak berusia 53 – 56 tahun yaitu sebesar 27 sebanyak 27 responden. Jumlah responden dengan usia 31 tahun sebesar 10 sebanyak 10. Jumlah responden dengan usia 32 - 35 commit to user tahun sebesar 10 sebanyak 10. Jumlah responden dengan usia 36 – 40 tahun sebesar 12 sebanyak 12. Jumlah responden dengan usia 41 – 44 tahun sebesar 9 sebanyak 9. Jumlah responden dengan usia 45 – 48 tahun sebesar 9 sebanyak 9. Jumlah responden dengan usia 49 – 52 tahun sebesar 15 sebanyak 15. Jumlah responden dengan usia 53 – 56 tahun sebesar 27 sebanyak27. Sedangkan responden dengan usia diatas 57 tahun memiliki prosentase paling sedikit, yaitu sebesar 8 sebanyak 8 responden, jika dilihat secara keseluruhan, semua responden dalam penelitian ini mayoritas berusia diatas 31 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menjadi pengusaha batik diperlukan kematangan usaha dan pengalaman yang cukup sehingga dalam menjalankan usaha Batik di Kecamatan Laweyan para pengusaha akan dapat mengatasi semua permasalahan dengan bijaksana. 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.10 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Tingkat Pendidikan Kelas Pendidikan Frekuensi Persentase 1. SD - - 2. SMP 8 8 3. SMA 23 23 4. DIPLOMA 25 25 5. S1 35 35 6. S2 10 10 Jumlah 100 100 commit to user Dari table 4.10 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden penelitian ini jumlah responden terbanyak telah menempuh tingkat pendidikan sampai S1 yaitu sebesar 35 sebanyak 35 responden. Jumlah responden dengan tingkat pendidikan samapai dengan SMA sebesar 23 sebanyak 23 responden. Jumlah responden dengan tingkat pendidikan sampai dengan Diploma atau sarjana muda sebesar 25 sebanyak 25 responden. Jumlah responden dengan tingkat pendidikan sampai dengan S2 sebesar 10 sebanyak 10 responden. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan sampai SMP memiliki prosentase paling sedikit, yaitu sebesar 8 sebanyak 8 responden. Hal ini menunjukkan bahwa rata – rata semua responden memiliki tingkat pendidikan formal yang mencukupi. Namun untuk terjun dalam usaha batik, pengalaman yang cukup dan ketrampilan lebih dibutuhkan daripada tingkat pendidikan formal. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi tidak mutlak diperlukan dalam kemajuan usaha batik ini. commit to user 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha Tabel 4.11 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Pengalaman Usaha Kelas Pengalaman Usaha tahun Frekuensi Persentase 1. 10 12 12 2. 10 – 15 28 28 3. 15 – 20 45 45 4. ≥ 20 15 15 Jumlah 100 100 Dari table 4.11 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden penelitian ini jumlah responden terbanyak telah memiliki pengalaman usaha antara 15 sampai dibawah 20 tahun yaitu sebesar 45 sebanyak 45 responden. Untuk responden yang memilki pengalaman usaha antara 10 tahun sampai dibawah 15 tahun yaitu sebesar 28 sebanyak 28 responden. Untuk responden yang memilki pengalaman usaha diatas 20 tahun yaitu sebesar 15 sebanyak 15 responden. Sedangkan jumlah responden dengan pengalaman dibawah 10 tahun memilki prosentase paling sedikit yaitu sebesar 12 sebanyak 12 responden. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha batik telah banyak mengenal potensi daerah, sumber daya dan kondisi pasar di Surakarta sehingga mengetahui pangsa pasar penjualan batik, semakin lama pengusaha batik menjalankan usahanya, maka pengusaha tersebut memiliki peluang yang lebih besar untuk maju dan berkembang, karena lebih memiliki pengalaman yang memadai di bidang usaha batik. commit to user 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Usaha Tabel 4.12 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Status Usaha Kelas Status Usaha Frekuensi Persentase 1. Usaha Utama 80 80 2. Usaha Sampingan 20 20 Jumlah 100 100 Dari table 4.12 diatas dapat dilihat bahwa dari 40 responden penelitian ini jumlah responden terbanyak yang menggunakan status usaha sebagai usaha utama sebesar 80 sebanyak 80 responden. Sedangkan yang menggunakan status usaha sebagai usaha sampingan memilik prosentase paling sedikit yaitu sebesar 20 sebanyak 20 responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggantungkan hidup di sektor industri batik. 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Tabel 4.13 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Jumlah Tenaga Kerja Kelas Tenaga Kerja orang Frekuensi Persentase 1. 4 18 18 2. 4 – 7 49 49 3. 8 – 11 10 10 4. 12 – 15 8 8 5. 16 – 19 10 10 6. ≥ 19 5 5 Jumlah 100 100 commit to user Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa mayoritas responden menggunakan tenaga kerja antara 4 sampai 7 orang yaitu sebesar 49 sebanyak 49 responden. Sedangkan penggunaan tenaga kerja lebih dari 20 orang memilki prosentase paling sedikit yaitu sebesar 5 sebanyak 5 responden. Penggunaan tenaga kerja antara 4 sampai dibawah 8 orang berdasarkan klasifikasi dari Badan Pusat Statistik BPS dapat digolongkan pada industri kecil menengah. Sehingga berdasarkan klasifikasi dari BPS usaha Batik di Kecamatan Laweyan termasuk golongan usaha indsutri kecil menengah. 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Upah Tenaga Kerja Tabel 4.14 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Upah Tenaga Kerja Kelas Upah Tenaga Kerja Rp Frekuensi Persentase 1. 1.000.000 11 11 2. 1.000.000 2.500.000 16 16 3. 2.500.000 4.000.000 29 29 4. 4.000.000 5.500.000 20 20 5. 5.500.000 7.000.000 7 7 6. 7.000.000 9.500.000 6 6 7. 9.500.000 11.000.000 6 6 8. ≥ 11.000.000 5 5 Jumlah 100 100 Dari table 4.14 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden penelitian ini jumlah responden terbanyak memiliki budget untuk upah tenaga kerja 2.500.000 sampai dibawah 4.000.000 sebesar 29 sebanyak commit to user 29 responden, untuk budget upah tenaga kerja dibawah 1.000.000 sebesar 11 sebanyak 11 responden, untuk budget upah tenaga kerja antara 1.000.000 sampai di bawah 2.500.000 sebesar 15 sebanyak 15 responden, untuk budget upah tenaga kerja antara 4.000.000 sampai di bawah 5.500.000 sebesar 20 sebanyak 20 responden. untuk budget upah tenaga kerja antara 5.500.000 sampai di bawah 7.000.000 sebesar 7 sebanyak 7 responden. Untuk budget upah tenaga kerja 7.000.000 sampai di bawah 9.500.000 dan budget upah tenaga kerja 9.500.000 sampai di bawah 11.000.000 sebesar 6 sebanyak 6 responden. Sedangkan budget upah tenaga kerja diatas atau sama dengan 11.000.000 memilki prosentase yang paling sedikit yaitu sebesar 5 sebanyak 5 responden 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Biaya Bahan Baku Tabel 4.15 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Biaya Bahan Baku Kelas Biaya Bahan Baku Rp Frekuensi Persentase 1. 5.000.000 25 25 2. 5.000.000 10.000.000 38 38 3. 10.000.000 15.000.000 5 5 4. 15.000.000 20.000.000 15 15 5. 20.000.000 25.000.000 8 8 6. 25.000.000 30.000.000 2 2 7. 30.000.000 35.000.000 3 3 8. ≥ 35.000.000 4 4 Jumlah 100 100 Dari table 4.15 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden penelitian ini jumlah responden terbanyak yang mengeluarkan biaya untuk commit to user bahan baku dan yang lainnya adalah antara 5.000.000 sampai dibawah 10.000.000 sebesar 38 sebanyak 38 responden, untuk biaya bahan baku dan yang lainnya dibawah 5.000.000 sebesar 25 sebanyak 25 responden, untuk biaya bahan baku dan yang lainnya 10.000.000 sampai dibawah 15.000.000 sebesar 5 sebanyak 5 responden, untuk biaya bahan baku dan yang lainnya antara 15.000.000 sampai dibawah 20.000.000 sebesar 15 sebanyak 15 responden, untuk biaya bahan baku dan yang lainnya antara 20.000.000 sampai dibawah 25.000.000 sebesar 8 sebanyak 8 responden, untuk biaya bahan baku dan yang lainnya antara 30.000.000 sampai dibawah 35.000.000 sebesar 2 sebanyak 2 responden, untuk biaya bahan baku dan yang lainnya yang lebih dari atau sama dengan 35.000.000 sebesar 4 sebanyak 4 responden. Sedangkan untuk biaya bahan baku dan yang lainnya antara 25.000.000 sampai dibawah 30.000.000 memilki prosentase yang paling sedikit yaitu sebesar 2 sebanyak 2 responden. 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Modal Tabel 4.16 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Sumber Modal Kelas Sumber Modal Frekuensi Persentase 1. Bank Pemerintah 43 43 2. Bank Swasta 25 25 3. Koperasi 10 10 4. Sendiri 22 22 Jumlah 100 100 Dari table 4.16 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden penelitian ini jumlah responden terbanyak yang mendapatkan sumber commit to user modal untuk mendirikan usaha industri batik adalah berasal dari bank pemerintah sebesar 43 sebanyak 43 responden, untuk sumber modal yang berasal dari bank swasta sebesar 25 sebanyak 25 responden, untuk sumber modal yang berasal dari modal sendiri sebesar 22 sebanyak 22 responden, sedangkan untuk sumber modal yang dari koperasi memilki prosentase ynag paling sedikit yaitu sebesar 10 sebanyak 10 responden. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah dalam hal ini melalui bank pemerintah mempermudah pemberian modal terhadap para pengusaha Batik di Kecamatan Laweyan . 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Modal Tabel 4.17 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Jumlah Modal Kelas Modal Rp Frekuensi Persentase 1. 10 Juta 57 57 2. 10 Juta 13 Juta 7 7 3. 13 Juta 16 Juta 2 2 4. 16 Juta 19 Juta 6 6 5. 19 Juta 22 Juta 9 9 6. 22 Juta 25 Juta 3 3 7. 25 Juta 28 Juta 7 7 8. ≥ 28 Juta 9 9 Jumlah 100 100 Dari table 4.17 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden penelitian ini jumlah responden terbanyak yang mempunyai modal selama sebulan adalah kurang dari 10 Juta sebesar 60 sebanyak 60 responden, untuk modal selama sebulan antara 13 Juta sampai dibawah 16 Juta commit to user sebesar 5 sebanyak 5 responden, untuk modal selama sebulan antara 16 Juta sampai dibawah 19 Juta sebesar 6 sebanyak 6 responden, untuk modal selama sebulan antara 19 Juta sampai dibawah 22 Juta dan 25 Juta sampai dibawah 28 Juta sebesar 10 sebanyak 10 responden, untuk modal selama sebulan antara 22 Juta sampai dibawah 25 Juta sebesar 3 sebanyak 3 responden, untuk modal selama sebulan diatas atau sama dengan 28 Juta sebesar 4 sebanyak 4 responden. Sedangkan untuk modal selama sebulan antara 10 Juta sampai dibawah 13 Juta memilki prosentase paling sedikit yaitu sebesar 2 sebanyak 2 responden. Jika dilihat secara umum, maka dapat dikatakan bahwa usaha Batik di Kecamatan Laweyan sebagian besar memiliki modal sebesar di bawah 20 juta, maka dapat disimpulkan bahwa usaha Batik di Kecamatan Laweyan merupakan usaha kecil. Sedang menurut kriteria Dinas Perindustrian dan Perdagangan Disperindag , industri kecil memiliki modal dibawah 5 juta, sementara industri menengah modalnya antara 5 sampai 200 juta, maka usaha Batik di Kecamatan Laweyan tersebut menurut ktiteria Disperindag berdasarkan jumlah modal dapat digolongkan pada sektor industri menengah. commit to user 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Tabel 4.18 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Penjualan Kelas Pendapatan Rp Frekuensi Persentase 1. 5 Juta 14 14 2. 5 Juta 8 Juta 24 24 3. 8 Juta 11 Juta 9 9 4. 11 Juta 14 Juta 12 12 5. 14 Juta 17 Juta 5 5 6. 17 Juta 20 Juta 2 2 7. 20 Juta 23 Juta 5 5 8. ≥ 23 Juta 29 29 Jumlah 100 100 Dari table 4.18 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden penelitian ini mayoritas responden mempunyai pendapatan selama sebulan adalah antara 5 Juta sampai dibawah 8 Juta sebesar 40 sebanyak 40 responden, untuk pendapatan selama sebulan di bawah 5 Juta sebesar 15 sebanyak 15 responden, untuk pendapatan selama sebulan antara 8 Juta sampai dibawah 11 Juta dan 14 Juta sampai dibawah 17 Juta sebesar 10 sebanyak 10 responden, untuk pendapatan selama sebulan antara 11 Juta sampai dibawah 14 Juta sebesar 6 sebanyak 6 responden, untuk pendapatan selama sebulan antara 17 Juta sampai dibawah 20 Juta dan antara 20 Juta sampai dibawah 23 Juta sebesar 7 sebanyak 7 responden. Sedangkan untuk pendapatan selama sebulan diatas atau sama dengan 23 Juta memilki prosentase paling sedikit yaitu sebesar 5 sebanyak 5 responden. commit to user Hal ini menunjukkan bahwa usaha Industri Batik di Kecamatan Laweyan termasuk usaha yang menguntungkan, sehingga sangat tepat apabila usaha batik tersebut dikembangkan. 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Keuntungan Tabel 4.19 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Keuntungan Kelas Keuntungan Rp Frekuensi Persentase 1. 3 Juta 50 50 2. 3 Juta 5 Juta 13 13 3. 5 Juta 7 Juta 17 17 4. 7 Juta 9 Juta 10 10 5. 9 Juta 11 Juta 5 5 6. ≥ 11 5 5 Jumlah 100 100 Dari table 4.19 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden penelitian ini mayoritas responden mempunyai keuntungan selama sebulan adalah dibawah 3 Juta sebesar 50 sebanyak 50 responden, untuk keuntungan selama sebulan antara 3 Juta sampai dibawah 5 Juta sebesar 13 sebanyak 13 responden, untuk keuntungan selama sebulan antara 5 Juta sampai di bawah 7 Juta sebesar 17 sebanyak 17 responden, untuk keuntungan selama sebulan antara 7 Juta sampai dibawah 9 Juta sebesar 10 sebanyak 10 responden, untuk keuntungan selama sebulan antara 9 Juta sampai dibawah 11 Juta dan lebih dari 11 Juta memilki prosentase paling sedikit yaitu sebesar 5 sebanyak 5 responden. commit to user Hal ini menunjukkan bahwa rata – rata usaha Industri Batik di Kecamatan Laweyan termasuk usaha kecil menengah karena rata – rata keuntungan yang diperoleh adalah dibawah 5 Juta.

E. Hasil dan Analisis Data 1.