III.B. Definisi Operasional 1. Perilaku Tweet War
Perilaku tweet war adalah perilaku agresi verbal yang biasa ditunjukkan seseorang dalam interaksinya dalam jejaring sosial twitter, berupa makian,
umpatan, ejekan, debat, kata-kata kotor, ancaman, julukan yang tidak sesuai dan lain-lain yang dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk
menyakiti dan menyerang orang lain. Variabel ini diukur dengan menggunakan dimensi-dimensi agresi yang
dikemukakan oleh Krahe 2005 yaitu kualitas respon, kesegeraan, visibilitas, hasutan, arah sasaran, tipe kerusakan, durasi akibat, dan unit-
unit sosial yang terlibat. Seluruh aitem yang disusun didasarkan pula pada karakteristik interaksi twitter. Total skor yang dihasilkan skala perilaku
tweet war menggambarkan tingkat perilaku tweet war individu. Semakin tinggi total skor pada skala perilaku tweet war menunjukkan bahwa
individu memiliki tingkat perilaku tweet war yang tinggi, dan semakin rendah total skor menunjukkan bahwa individu tidak melakukan perilaku
tweet war.
2. Penolakan Sosial
Penolakan sosial adalah perasaan seseorang bahwa ia mengalami penolakan atau pengasingan dari orang lain. Variabel ini diukur dengan
menggunakan dimensi-dimensi penolakan sosial yang dikemukakan oleh Leary 2004 yaitu status belongingness, evaluative valence, disasosiasi,
dan comparative vs noncomparative judgement. Total skor yang dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
skala penolakan sosial menggambarkan tingkat penilaian individu terhadap penolakan dari lingkungannya. Semakin tinggi total skor pada skala
penolakan sosial menunjukkan bahwa individu memiliki tingkat penolakan sosial yang tinggi, dan semakin rendah total skor menunjukkan bahwa
individu tidak merasa mengalami penolakan sosial.
3. Tendensi Atribusi Bermusuhan
Tendensi atribusi bermusuhan adalah kecenderungan individu mengartikan perilaku orang lain memiliki niat bermusuhan terhadap dirinya. Variabel
ini diukur dengan menggunakan dimensi-dimensi tendensi atribusi bermusuhan yang dikemukakan oleh Krahe dan Moller 2004 berupa
mempersepsikan adanya bermusuhan, kemarahan, dan keinginan membalas. Total skor yang dihasilkan skala tendensi atribusi bermusuhan
menggambarkan kedenderungan individu mengartikan sesuatu memiliki niat bermusuhan. Semakin tinggi total skor pada skala tendensi atribusi
bermusuhan menunjukkan bahwa individu memiliki kecenderungan atribusi bermusuhan yang tinggi, dan semakin rendah total skor
menunjukkan bahwa individu tidak melakukan atribusi bermusuhan.
III.C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel III.C.1. Populasi dan sampel
Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu
sifat yang sama. Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan penduduk
Universitas Sumatera Utara
yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus memiliki paling sedikit satu sifat yang sama Hadi, 2000.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna Twitter yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pengguna twitter dengan usia 10-40 tahun yang masuk dalam kategori remaja dan dewasa awal, hal ini dikarenakan pengguna sosial media yang
terbanyak adalah dari usia remaja dan dewasa awal Papalia dkk, 2008. 2. Pengguna twitter aktif membuka atau membuat tweet di akun twitter-nya
minimal sekali dalam seminggu, dan mengerti cara mengoperasikan akun twitter-nya dengan baik
Namun karena keterbatasan peneliti dan luasnya keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi, yang disebut
dengan sampel. Mengenai jumlah sampel penelitian Azwar 2010 menyatakan tidak ada batasan berapa jumlah ideal yang seharusnya dalam suatu penelitian.
Statistika menganggap bahwa sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Namun secara metodologis besar kecilnya sampel yang representatif
harus diacukan pada heterogenitas populasi. Semakin heterogen populasi maka semakin banyak sampel yang harus diambil. Dalam penelitian ini, peneliti
memutuskan untuk menggunakan sampel sebanyak 477.
III.C.2. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel disebut sebagai “sampling” merupakan tindakan yang sangat penting bagi suatu penelitian sebab kekeliruan dalam mengambil sampel
akan membawa kesimpulan yang salah terhadap objek yang ingin dipelajari
Universitas Sumatera Utara
Suparmoko, 1999. Teknik sampling adalah proses pemilihan beberapa objek atau unsur dalam populasi untuk digunakan sebagai sampel yang akan diteliti
sifat-sifatnya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
incidental sampling yang berarti setiap anggota populasi tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk dapat terpilih menjadi anggota sampel dimana
pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada faktor kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian Hadi,
2000. Menurut Hadi 2000 kelebihan teknik incidental adalah kemudahan di
dalam menemukan sampel, menghemat waktu, tenaga, biaya, dan adanya keterandalan subjektifitas peneliti yaitu kemampuan peneliti untuk melihat bahwa
subjek yang dipilih sudah sesuai dengan karakteristik subjek penelitian yang telah ditetapkan. Kelemahan teknik ini adalah tidak dapat memberikan taraf keyakinan
yang tinggi
sehingga sulit
untuk menarik
kesimpulan ataupun
menggeneralisasikannya ke populasi lain. Selain itu keterandalan subjektifitas peneliti juga memiliki rasio kemungkinan terjadinya bias dalam pemilihan
sampel.
III.D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat ukur berupa
skala psikologi. Hadi 2000
mengemukakan bahwa skala psikologi mendasarkan diri pada laporan-laporan
Universitas Sumatera Utara
pribadi self report. Selain itu skala psikologi memiliki kelebihan dengan asumsi sebagai berikut :
1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya. 2. Apa yang dikatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya. 3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sama dengan
apa yang dimaksud peneliti. Penelitian ini menggunakan tiga buah skala psikologi yaitu: skala
penolakan sosial, skala tendensi atribusi bermusuhan, dan skala perilaku tweet war.
1. Skala Penolakan Sosial