Diagnosa Banding Penatalaksanaan 1. Terapi Non-farmakologi

mempunyai resiko PDPH yang lebih tinggi sebab mempunyai elastisitas serat dura yang baik dibanding dengan dewasa tua. Pasien dengan sakit kepala sebelum menjalani punksi lumbal dan mempunyai riwayat PDPH juga meningkatkan resiko Ghaleb, 2010. Kurangnya tidur atau kerja malam secara kontinu pada para klinisi dapat meningkatkan insidensi dari kecelakaan pada punksi dura, para klinisi perlu istirahat yang cukup ketika hendak melakukan anestesi spinal Tsui dan Finucane, 2008. Penyebab komplikasi dari anestesi termasuk dalam human error kesalahan pada klinisi. Human error sendiri biasanya terjadi karena kurangnya pelatihan kemampuan , kelelahan, kurangnya pengalaman dan persiapan yang kurang dari pasien, lingkungan dan peralatan. Kurangnya persiapan kegagalan alat termasuk yang paling signifikan menyebabkan komplikasi, misalnya gagalnya sistem pembantu pernafasan, suplai gas, dan malafungsi pada pompa infus Hardman, 2007. Dalam perbandingan anestesi spinal dan umum, anestesi spinal menyebabkan kehilangan darah lebih sedikit dari anestesi umum. Tekanan darah maksimum dan denyut jantung saat operasi lebih rendah dalam anestesi spinal. Dari pengalaman para klinisi, pasien yang menjalani operasi dengan anestesi spinal mempunyai efek samping yang lebih rendah dari anestesi umum Attari et al., 2011.

2.3. Diagnosa Banding

Diagnosa dari PDPH sering jelas dari riwayat dari punksi dural dan adanya sakit kepala yang berat. Bagaimanapun, perlu dipertimbangkan diagnosa alternatif seperti intrakranial patologis yang serius yang gejalanya dapat mirip dengan PDPH. Contohnya meningitis viral, kemikal, dan bakterial; hemoragik intrakranial;trombosis vena serebral, tumor intrakranial;sakit kepala non-spesifik; apopleksi pituitari; infark serebral, hernia unkal;sakit kepala sinus, migrain; pre-eklampsia, dan obat-obatan kafein, amfetamin. Para klinisi juga perlu ingat bahwa hipotensi intrakranial bisa berlanjut ke hemoragik intrakranial dari bocornya penghubung vena dural, Universitas Sumatera Utara sertaketerlambatan diagnosis dan terapi akan berbahaya Turnbull dan Shepherd, 2003. Abses spinal, hematom spinal, lesi massa intrakranial, aneurisma serebral, edema serebral, sindrom miofasial, araknoiditis yang disebabkan oleh steroid intratekal, sindroma neurologik transien, unspecific postdural puncture lumbalgia, toksisitas neural dan sindroma arteri spinal anterior juga bisa dipertimbangkan menjadi diagnosa banding untuk PDPH Ghaleb, 2010. 2.4. Penatalaksanaan 2.4.1. Terapi Non-farmakologi Pasien yang mengalami PDPH akan memperlihatkan respon emosional seperti sedih, menangis sampai marah dan panik.Pasien obstetrik yang kurang beruntung akan mengalami komplikasi ini, tetapi mereka akan merasa lebih baik dan senang karena dapat melihat bayi yang baru dilahirkan mereka. Sangatlah penting untuk memberikan penjelasan kepada pasien secara menyeluruh alasan terjadinya nyeri kepala tersebut, kapan serangan tersebut terjadi, dan pilihan terapi yang bisa diberikan. Pemeriksaan ulang secara reguler penting untuk memantau keadaan pasien dan terapi secepatnya Turnbull dan Shepherd, 2003. Terapi suportif seperti rehidrasi, asetaminofen parasetamol, OAINS obat anti-inflamasi non steroid, opioid dan antiemetik bisa mengurangi gejala, tetapi tidak meredakan sepenuhnya.Pasien harus istirahat dalam posisi yang paling nyaman. Posisi telungkup bisa meningkatkan tekanan intra-abdomen yang ditransmisikan ke rongga epidural dan dapat mengurangi gejala nyeri kepala. Tetapi saat didemonstrasikan oleh para klinisi, posisi ini tidak mengurangi gejala PDPH Turnbull dan Shepherd, 2003.Dalam studi konservatif, terapi seperti rehidrasi dan istirahat yang cukup mempunyai sejarah yang tidak begitu efektif Apfel et al., 2010. Follow-up dan evaluasi secara teliti pada pasien PDPH adalah tindakan yang penting dari bagian obstetrik dan anestesi. Nyeri kepala persisten, nyeri kepala postural, perubahan sensorium, adanya defisit fokal neurologik dan kejang adalah Universitas Sumatera Utara semua gejala yang memerlukan investigasi lebih lanjut seperti neuro-radiological imaging Nath dan Subrahmanyam, 2011. 2.4.2.Terapi Farmakologi Tujuan dari penatalaksanaan PDPH adalah: i menggantikan CSF yang hilang; ii menutup daerah tusukan; dan iii mengatasi vasodilatasi serebral Turnbull dan Shepherd, 2003.

a. Kafein