2. Setelah menjalani punksi dura
3. Nyeri kepala muncul dalam 5 hari pertama setelah menjalani punksi dura
4. Nyeri kepala teratasi:
a. Secara spontan dalam 1 minggu
b. Dalam 48 jam setelah terapi efektif untuk kebocoran CSF biasanya
epidural blood patch EBP IHS, 2004. Gejala-gejala lainnya bisa pada bagian okular seperti fotofobia dan diplopia
atau extraocular muscle paralysis EOMP dan keluhan auditori pendengaran seperti tinitus dan hiperakusis Ghaleb, 2010. Adapun sensasi nyeri pada PDPH ini
bisa meliputi sensasi tegang, tarikan, dan getaran Ballantyne, 2008. Semua gejala, kecuali PDPH akan membaik dalam waktu 6 jam Lomax dan Qureshi, 2008.
Cerebral venous thrombosis CVT mempunyai beberapa penyebab pada pasien-pasien obstetrik dan perlu segera diatasi, ketika sakit kepala atau gejala dan
tanda neurologis yang lain Laverse et al., 2013.
2.2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Insidensi
Wanita, khususnya masa kehamilan, terutama setelah melahirkan, dianggap meningkatkan resiko terjadinya PDPH. Insidensi PDPH tertinggi berkisar antara
umur 18 dan 30 tahun. Dan jarang terjadi pada anak dibawah 13 tahun serta dewasa diatas 60 tahun. Pasien dengan indeks massa tubuh IMT yang rendah akan
meningkatkan insidensi terjadinya PDPH Ghaleb, 2010. Dari salah satu literatur, insidensi dari PDPH terdapat 70 dari grup yang
berumur 18-30 tahun, dan 30 dari grup yang berumur 31-45 tahun. Pada pasien kebidanan dan kandungan, 50 dari jumlah tersebut pernah mengalami PDPH. 80
dari total pasien yang mengalami PDPH timbul dalam 24 jam setelah dilakukan operasi Singh et al., 2010.
Wanita yang obesitas mempunyai insidensi PDPH yang rendah. Keadaan ini bisa dikarenakan peningkatan pada tekanan intra-abdomen yang berperan menutup
perforasi pada dura dan mengurangi kehilangan CSF. Wanita muda cenderung
Universitas Sumatera Utara
mempunyai resiko PDPH yang lebih tinggi sebab mempunyai elastisitas serat dura yang baik dibanding dengan dewasa tua. Pasien dengan sakit kepala sebelum
menjalani punksi lumbal dan mempunyai riwayat PDPH juga meningkatkan resiko Ghaleb, 2010.
Kurangnya tidur atau kerja malam secara kontinu pada para klinisi dapat meningkatkan insidensi dari kecelakaan pada punksi dura, para klinisi perlu istirahat
yang cukup ketika hendak melakukan anestesi spinal Tsui dan Finucane, 2008. Penyebab komplikasi dari anestesi termasuk dalam human error kesalahan
pada klinisi. Human error sendiri biasanya terjadi karena kurangnya pelatihan kemampuan , kelelahan, kurangnya pengalaman dan persiapan yang kurang dari
pasien, lingkungan dan peralatan. Kurangnya persiapan kegagalan alat termasuk yang paling signifikan menyebabkan komplikasi, misalnya gagalnya sistem pembantu
pernafasan, suplai gas, dan malafungsi pada pompa infus Hardman, 2007. Dalam perbandingan anestesi spinal dan umum, anestesi spinal menyebabkan
kehilangan darah lebih sedikit dari anestesi umum. Tekanan darah maksimum dan denyut jantung saat operasi lebih rendah dalam anestesi spinal. Dari pengalaman para
klinisi, pasien yang menjalani operasi dengan anestesi spinal mempunyai efek samping yang lebih rendah dari anestesi umum Attari et al., 2011.
2.3. Diagnosa Banding