8
nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami dataran tinggi Karo yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut bahasa Karo atau Cakap
Karo . Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan
perhiasan emas.
2.2 Landasan Teori
Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan, yang diharapkan dapat mendukung temuan di lapangan sehingga dapat memperkuat teori dan
keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah kajian dari Linguistik Historis Komparatif dan Perubahan bunyi. Penelitian ini merupakan beberapa perubahan bunyi bahasa Proto dalam
bahasa Karo, ini mengacu pada teori ilmu Linguistik Historis Komparatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa penelitian mengenai fonem-fonem bahasa Proto mengacu pada
Ilmu Sejarah Perbandingan Bahasa atau Linguistik Historis Komparatif Mbete, 1981: 7.
2.2.1 Linguistik Historis Komparatif
Linguistik Historis Komparatif merupakan suatu cabang ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang
terjadi dalam bidang waktu tersebut Keraf, 1991: 22. Linguistik Historis Komparatif pertama-tama merupakan suatu cabang ilmu bahasa yang membandingkan bahasa-bahasa
yang tidak memiliki data-data tertulis atau dapat pula dikatakan bahwa Linguistik Historis Komparatif adalah cabang ilmu bahasa yang lebih menekankan teknik dalam pra-sejarah
bahasa.
Pemilihan teori linguistik historis komparatif tentunya mempunyai beberapa alasan, pertama, pendekatan linguistik historis komparatif, khususnya di Eropah, Amerika, dan di
Universitas Sumatera Utara
9
Asia, sudah cukup mapan digunakan untuk merumuskan tentang adanya perubahan bunyi dalam bahasa Indo-Eropah IE dan bahasa-bahasa di kawasan Asia Tenggara.
Kedua, teori linguistik historis komparatif ini dibangun oleh para ahli sejarah perbandingan bahasa-bahasa Austronesia, di antaranya oleh Bynon 1979, Hock 1988 dan
Crowley 1992. Ketiga ahli itu pada prinsipnya memiliki pandangan yang sama terhadap kajian linguistik historis komparatif. Pandangan-pandangan itu terangkum pada uraian
berikut ini, dalam perubahan-perubahan bunyi, ada beberapa macam perubahan bunyi. Dalam bidang Kajian Historis Komparatif perubahan bunyi berdasarkan macam-maacam perubahan
bunyi berdasarkan tempat diantaranya perubahan metatesis, aferesis apheresis, sinkop syncope,
apokop apocope, protesis, epentesis, paragog, linear dan inovasi yang harus dilakukan dalam rangka sebuah kata. Maka langkah pertama adalah usaha menentukan kata-
kata mana yang dapat dipergunakan sebagai bahan perbandingan. Itu sebabnya dalam kajian Linguistik Historis Komparatif dipersoalkan pula kata-kata kerabat.
2.2.2 Macam-Macam Perubahan bunyi
Perubahan bunyi merupakan tipe perubahan bunyi yang lebih meneropong perubahan bunyi secara individual yaitu semata-mata mempersoalkan bunyi proto itu tanpa
mengaitkannya dengan fonem-fonem lain dalam lingkungan yang dimasukinya. Sebaliknya macam-macam perubahan bunyi didasarkan pada hubungan bunyi tertentu dengan fonem-
fonem lainnya dalam sebuah segmen, atau dalam lingkungan yang lebih luas. Perubahan- perubahan bunyi berdasarkan macam-macam perubahan bunyi berdasarkan tempat di
antaranya perubahan metatesis adalah suatu proses perubahan bunyi yang berujud pertukaran tempat dua fonem, aferesis apheresis adalah suatu proses perubahan bunyi antara bahasa
kerabat berupa penghilangan sebuah fonem pada awal sebuah kata, sinkop syncope adalah bila perubahan bunyi itu berujud penghilangan sebuah fonem di tengah kata, apokop
apocope adalah perubahan bunyi berupa penghilangan sebuah fonem pada akhir kata,
Universitas Sumatera Utara
10
protesis adalah suatu proses perubahan kata berupa penambahan sebuah fonem pada awal kata, epentesis adalah proses penambahan kata berupa penambahan sebuah fonem di tengah
kata, paragog adalah bila sebuah kata mengalami perubahan penambahan fonem pada akhir kata, linear adalah menurunkan bunyi yang sama dan inovasi adalah perubahan terjadi bila
suatu fonem proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang. Keraf, 1991: 85. Kedua permasalahan dalam penelitian ini, dibahas dengan teori yang dikemukakan
oleh Gorys Keraf.
2.3 Tinjauan Pustaka