BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil isolasi yang diperoleh dari 2000 gram biji buah pinang Areca catechu L merupakan pasta berwarna kuning kecoklatan, diperoleh sebanyak 31 mg,
Rf = 0,53 dengan eluen n-heksan:etil asetat 70:30 vv. 2. Berdasarkan hasil skrining fitokimia flavonoida terhadap pasta hasil isolasi
dari biji buah pinangAreca Catechu L, menunjukkan hasil positif senyawa flavonoida.
3. Hasil analisis dengan Spektrofotometri UV-Visible, Spektrofotometri Inframerah FT-IR dan Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton
1
H-NMR menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi dari biji buah pinang Areca catechu L diduga adalah senyawa flavonoida golongan flavonol.
5.2 Saran
Untuk lebih mendukung struktur senyawa flavonoida hasil isolasi, maka sebaiknya perlu dilakukan analisis Spektrometer Karbon
13
C-NMR, dan Spektrometer Massa MS.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biji Buah Pinang
2.1.1 Morfologi dan Manfaat Biji Buah Pinang
Tanaman pinang Areca catechu L di Indonesia sejak dulu telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya buah, yang digunakan untuk campuran makan sirih.
Tanaman pinang mudah tumbuh di Indonesia, biasanya ditanam di pekarangan rumah, taman, atau tumbuh di pinggir sungai dengan bentuknya yang indah. Biji pinang
disebut dengan betel nut dan ditanam secara luas di India, Sri Langka sampai ke Cina dan Philipina, di Malaysia dan Indonesia, juga diperoleh di Afrika sebelah Timur
Tanzania Bruneton, 1995. Bijinya dapat dikomsumsi dalam keadaan segar atau telah dididihkan dengan
air atau setelah dikeringkan Heyne,1987. Batang langsing tingginya sampai 25 meter dan besarnya lebih kurang 15 cm. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm
dengan tangkai daun pendek. Helaian daun panjang sampai 80 cm, anak daun 85 kali 5 cm, dengan ujung sobek dan bergigiSteenis, 2003.
2.1.2 Sistematika Biji Buah Pinang
Tanaman pinang diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: plantae Divisi
: spermatophyte Class
: monocotyledonae Ordo
: arecales Famili
: arecaceaepalmae Genus
: areca L Spesies
: Areca catechu L. Herbarium Medanese USU, 2016
Universitas Sumatera Utara
2.2 Senyawa Organik Bahan Alam
Pada hakekatnya kimia bahan alam merupakan pengetahuan yang telah dikenal sejak peradaban manusia tumbuh. Contoh yang dapat segera diketahui adalah pembuatan
bahan makanan, pewarnaan benda, obat-obatan atau stimulan, dan sebagainya Sastrohamidjojo, 1996.
Sejak kira-kira pertengahan abad ke 18, telah dapat dipisahkan beberapa senyawa organik dari mahluk hidup serta hasil produksinya. Seorang ahli kimia
Jerman, Karl Eilhelm Scheele 1742-1786 sangat terkenal dengan keahliannya dalam bidang ini, beliau telah berhasil memisahkan beberapa senyawa sederhana. Biogenesis
dari produk alami, meskipun pada mulanya berkaitan dengan kimia organik dan biokimia, menjadi berlainan karena mempunyai tujuan yang berlainan. Kimia organik
terutama mempelajari struktur, sifat-sifat kimia dan fisika, serta cara sintesisnya, baik secara alami ataupun in vitro dari zat-zat kimia tetapi cenderung untuk mengabaikan
sifat-sifat khusus dari bahan alam, misalnya tentang cara pembentukan dan peran biologisnya. Biokimia, berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang paling
banyak diajukan terutama tentang metabolisme primer, dan mengabaikan proses- proses sekunder misalnya tentang pembentukan alkaloid, terpena dan lain-lain
Manitto, 1981. Dengan meningkatnya jenis dan tipe senyawa yang ditemukan di dalam
berbagai bahan alam, berkembang juga sistem klasifikasi senyawa yang berasal dari bahan alam, tetapi biasanya ada 4 jenis klasifikasi yang digunakan untuk
membahasnya Nakanishi et al, 1974.
2.3 Senyawa Flavonoida