Beberapa tentang Konvensi Hak Asasi Manusia Internasional

9. Human Rights in the Administration of Justice Protection of Person Subjected to Detention or Imprisonment Hak Asasi Manusia dalam Administrasi Peradilan Perlindungan Orang Dikenakan Penahanan atau Pemenjaraan 10. Sosial Welfare, Progress and Development Sosial Kesejahteraan, Kemajuan dan Pembangunan 11. Promotion and Protection of Human Rights Promosi dan Perlindungan Hak Asasi Manusia 12. Marriage perkawinan 13. Right to Health hak atas kesehatan 14. Right to Work and to Fair Conditions of Employment Hak untuk Bekerja dan ke Fair Kondisi Kerja 15. Freedom of Association Kebebasan Berserikat 16. Slavery, Slavery-Like Practices and Forced Labour Perbudakan, Perbudakan - suka Praktek dan Kerja Paksa 17. Rights of Migrants hak migran 18. Nationality, Satelessness, Asylum and Refugees Kebangsaan, Satelessness, Suaka dan Pengungsi 19. War Crimes and Crimes Against Humanity, Including Genocide Kejahatan Perang dan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, Termasuk Genosida 20. Humanitarian Law Hukum Humaniter.

C. Beberapa tentang Konvensi Hak Asasi Manusia Internasional

Dalam kerangka hukum HAM internasional, khususnya pendekatan secara tradisional, negara masih merupakan komponen utama yang terlibat dalam proses ratifikasi dan atau adopsi terhadap perjanjian-perjanjian HAM internasional. Oleh karenanya melekat tanggungjawab di dalamnya, bahwa negara adalah subyek yang harus memastikan pemenuhan dan perlindungan HAM terhadap warga Negara. Dalam konteks ini, UN Treaty Bodies melalui beragam perjanjian internasional yang mengikat negara-negara pihak, telah mengadopsi tiga kewajiban negara, yakni: Pertama, kewajiban untuk melindungi obligation to protect, kedua, kewajiban untuk memajukan obligation to promote, dan ketiga, kewajiban untuk memenuhi obligation to fulfill. Universitas Sumatera Utara 1. Kewajiban untuk melindungi HAM: negara dalam hal ini pemerintah harus memberikan jaminan perlindungan dan mencegah segala bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia, baik yang dilakukan oleh negara maupun pelaku dari unsur non-negara, di antaranya massa intoleran, milisi dan atau perusahaan. Contoh: negara melalui aparatur keamanan memberikan perlindungan terhadap setiap warga negara untuk tidak disiksa, tidak ditangkap dan ditahan secara sewenang-wenang, dll. 2. Kewajiban untuk menghormati dan memajukan HAM: Negara harus mengeluarkan regulasi, kebijakan ataupun peraturan yang tidak bertentangan dengan nilai, norma dan aturan hukum HAM. Contoh: negara tidak mengeluarkan atau memelihara kebijakan yang diskriminatif, semisal peraturan daerah yang melarang dan mengharamkan agama atau aliran tertentu, dll. 3. Kewajiban untuk memenuhi HAM: negara harus melakukan tindakan nyata, yakni dengan mengalokasikan anggaran, menyusun program, dan membuat kebijakan-kebijakan dalam konteks menjamin pemenuhan hak asasi manusia setiap warga negara dapat berjalan dengan baik tanpa gangguan dan ancaman dari pihak manapun. Contoh: negara memberikan atau menyediakan pemulihan reparasi bagi setiap warga negara yang menjadi korban atau keluarga korban dari sebuah peristiwa pelanggaran HAM berat. 82 PBB akhirnya mengeluarkan sebuah perjanjian sebagai usaha untuk mencegah dan menghukum kejahatan ini. Konvensi tentang Pencegahan dan 82 Chrisbiantoro, Op.Cit, hal 2 Universitas Sumatera Utara Penghukuman Kejahatan Genosida, dicetuskan pada tanggal 9 Desember 1948, menyatakan bahwa genosida adalah sebuah kejahatan internasional, yang wajib dicegah dan pelakunya wajib dihukum. Pengadilan bagi pelaku genosida dapat dilakukan di Negara di mana genosida itu terjadi, atau dalam sebuah pengadilan internasional Jadi disinilah pertama kali konsep sebuah pengadilan pidana internasional terbentuk. Dibutuhkan waktu 50 tahun dan ratusan ribu korban kezaliman dan peperangan, sampai akhirnya sebuah kesepakatan tentang mahkamah pidana terbentuk di Roma pada tahun 1998 Konvensi ini juga mengkriminalisasi konspirasi untuk melakukan genosida, langsung dan hasutan public untuk melakukan genosida, percobaan genosida, dan keterlibatan dalam genosida. Negara-negara penanda tangan dapat meminta wewenang Dewan Keamanan menggunakan kekuatan militer untuk menghentikan genosida yang terjadi di negara lain. Karena kebanyakan negara telah meratifikasi Konvensi ini, dan hukumnya telah diterapkan di pengadilan internasional dan domestik, maka Konvensi Genosida sudah dianggap menjadi bagian dari hukum kebiasaan internasional. 83 Beberapa tentang Konvensi Hak Asasi Manusia Internasional yaitu: 84 1. Universal Declaration of Human Rights Pernyataan Hak Asasi Manusia Sedunia Sidang Umum PBB tanggal 10 Desember 1948 menghasilkan deklarasi yang dapat dikatakan sebagai pernyataan pertama dari masyarakat internasional tentang perlunya pengakuan dan jaminan akan hak asasi manusia ini. 83 Atikah Nuraini. et.al, Op.Cit, hal 14 84 Eddy utomo, Kewarganegaraan, melalui http:pknips. blogspot.co.id201503 konvensiinternasionaltentangham. html, diakses tanggal 29 Juli 2016 Universitas Sumatera Utara Deklarasi ini memang tidak mengikat negara anggota secara hukum, tetapi paling tidak sudah menunjukkan komitmen bersama dan sebagai seruan moral bagi bangsabangsa untuk menegakkan hak asasi manusia. Hak-hak yang diperjuangkan masih terbatas pada hak ekonomi, politik, sipil, dan sosial. Piagam ini merupakan hasil kompromi antara negara Barat yang memperjuangkan hakhak generasi pertama dengan negaranegara sosialis Timur yang memperjuangkan hak-hak generasi kedua. 2. International Convenant of Civil and Political Rights Perjanjian Internasional tentang Hak Sipil dan Politik dan International Convenant of Economic, Social, and Cultural Rights Perjanjian Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya tahun 1966 Secara aklamasi, kedua convenant perjanjian ini disetujui oleh negaranegara anggota PBB. Kedua perjanjian ini lebih bersifat mengikat bagi negara dalam memperoleh kesempatan untuk memilih salah satu atau keduaduanya. Negara yang menginginkan isi perjanjian ini berlaku di negaranya harus melakukan proses ratifikasi terlebih dahulu. Hakhak asasi manusia yang tercantum di dalam dua perjanjian PBB ini oleh sebagian besar umat manusia dianggap sudah bersifat universal. 3. Declaration on The Rights of Peoples to Peace Deklarasi Hak Bangsa atas Perdamaian tahun 1984 dan Declaration on The Rights to Development Deklarasi Hak atas Pembangunan tahun 1986 Kedua deklarasi ini dihasilkan oleh negaranegara Dunia Ketiga negara berkembang, yaitu Negara-negara di kawasan AsiaAfrika. Deklarasi ini Universitas Sumatera Utara adalah wujud upaya negaranegara Dunia Ketiga guna memperjuangkan hak asasi manusia generasi ketiga, yaitu hak atas perdamaian serta pembangunan. Dua tuntutan hak ini wajar karena Negara-negara Asia Afrika ialah negara bekas jajahan, negara baru yang menginginkan kemajuan seperti Negara lain. 4. African Charter on Human and Peoples Rights Banjul Charter Piagam ini dibuat oleh negaranegara Afrika yang tergabung dalam Persatuan Afrika OAU pada tahun 1981. Charter piagam ini merupakan usaha untuk merumuskan ciri khas bangsa Afrika dan menggabungkannya dengan hak politik dan ekonomi yang tercantum dalam dua perjanjian PBB. Mulai tahun 1987, diberlakukan beberapa hal penting yang mencakup hak dan kebebasan serta kewajiban. Inti dari Banjul Charter adalah penekanan pada hak-hak atas pembangunan dan terpenuhinya hak ekonomi, sosial, dan budaya. 5. Cairo Declaration on Human Rights in Islam Deklarasi ini dibuat oleh negaranegara anggota Organisasi Konferensi Islam OKI pada tahun 1990. Deklarasi ini menyatakan bahwa semua hak dan kebebasan yang terumuskan di dalamnya tunduk pada ketentuan Syariat Islam sebagai satu-satunya acuan. 6. Bangkok Declaration Deklarasi Bangkok diterima oleh negara-negara Asia pada bulan April tahun 1993. Dalam deklarasi ini tercermin keinginan dan kepentingan Negara-negara di kawasan itu. Deklarasi ini mempertegas beberapa prinsip tentang hak asasi manusia, antara lain, right to Development hak untuk Pembangunan, yaitu hak pembangunan sebagai hak asasi yang harus pula diakui semua negara ; Universitas Sumatera Utara nonselectivity dan objectivity, yaitu tidak boleh memilih hak asasi manusia dan menganggap satu lebih penting dari yang lain ; universality, yaitu HAM berlaku universal untuk semua manusia tanpa membedakan ras, agama, kelompok, etnik, dan kedudukan sosial ; indivisibility dan interdependence, yaitu hak asasi manusia tidak boleh dibagi-bagi atau dipilah-pilah. Semua hak asasi manusia saling berhubungan dan tergantung satu sama lainnya. 7. Vienna Declaration Deklarasi Wina 1993 Pada tahun 1993, telah ditandatangani suatu deklarasi di Wina, Austria. Deklarasi ini merupakan deklarasi universal dari Negara-negara yang tergabung dalam PBB. Deklarasi Wina merupakan kompromi antara pandangan Negara-negara Barat dan Negara-negara berkembang yang disetujui oleh lebih dari 170 negara. Deklarasi tersebut memunculkan apa yang dinamakan sebagai hak asasi generasi ketiga, yaitu hak pembangunan. Pada hakikatnya, Deklarasi Wina merupakan reevaluasi kedua terhadap deklarasi HAM dan suatu penyesuaian yang telah disetujui oleh hampir semua negara yang tergabung dalam PBB, termasuk Indonesia. Deklarasi Wina mencerminkan usaha untuk menjembatani jurang antara pemikiran Barat dan non Barat dengan berpegang teguh pada asas bahwa hak asasi bersifat universal. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN