Teori Stakeholder Stakeholder theory Intellectual Capital

3. Sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memberikan keuntungan bagi perusahaan. Berdasarkan pendekatan Resource-Based Theory dapat disimpulkan bahwa sumber daya yang dimiliki perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Salah satu sumber daya yang dimiliki perusahaan dari asset tidak berwujud yang diungkapkan adalah intellectual capital. Jadi, pengungkapan intellectual capital sebagai sebuah sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan, yang salah satunya dapat dilihat dari harga saham perusahaan.

2.1.2 Teori Stakeholder Stakeholder theory

Teori ini merupakan teori yang menjadi dasar utama dari penelitian di bidang IC. Guthrie et al. dalam Ulum, 2008 menyatakan bahwa “teori ini digunakan sebagai dasar utama untuk menjelaskan hubungan IC dengan kinerja perusahaan”. Teori tersebut menjelaskan alasan pengungkapan suatu informasi oleh perusahaan dalam laporan keuangan. Stakeholder theory menyatakan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkap informasi tentang kinerja lingkungan, sosial, dan intelektual mereka melebihi dan di atas permintaan wajibnya untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder. Sehingga memiliki kekuatan stakeholder untuk mempengaruhi manajemen korporasi. Hal tersebut merupakan fungsi dari tingkat pengendalian stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi. Universitas Sumatera Utara Ketika para stakeholder berupaya untuk mengendalikan sumber daya organisasi, maka orientasinya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kesejahteraan tersebut diwujudkan dengan semakin tingginya return yang dihasilkan oleh organisasi. Dalam konteks ini, para stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi. Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen.

2.1.3 Intellectual Capital

2.1.3.1 Definisi Intellectual Capital

Menurut Mavridis dalam Sirapanji dan Hatane, 2015. Intellectual Capital adalah “suatu aset tidak berwujud dengan kemampuan memberi nilai kepada perusahaan dan masyarakat meliputi paten, hak atas kekayaan intelektual, hak cipta dan waralaba”. Demikian pula definisi Martinez dan Garcia-Meca dalam Sirapanji dan Hatane, 2015 mengatakan “Intellectual Capital adalah pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan”. Sementara Heng dalam Sirapanji dan Hatane, 2015 mengartikan “modal intelektual sebagai aset berbasis pengetahuan dalam perusahaan yang menjadi basis kompetensi inti perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing”. Universitas Sumatera Utara Pulic 2000 menyatakan: “In the new economy the concept of intellectual capital is used as a synonym for those employees, who have the capability of transforming and incorporating knowledge into product and services that create value.” Pemahaman mengenai Intelektual Capital IC dalam pendapat ini dijelaskan bahwa dalam konsep ekonomi baru, IC digunakan sebagai sinonim dari karyawan yang memiliki kemampuan dalam transformasi dan koordiansi pengetahuan pada produk dan jasa yang mampu menciptakan sebuah nilai. Menurut Volkov dalam Sirapanji dan Hatane, 2015 bahwa “IC telah dipahami menjadi aset strategik yang penting untuk mencapai keunggulan kompetitif secara berkelanjutan”.

2.1.3.2 Komponen Intellectual Capital

Menurut Sawarjuwono dan Kadir 2003 IC terdiri dari 3 tiga komponen utama, yaitu: 1. Human Capital Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Brinker, 2000 Universitas Sumatera Utara dalam Sawarjuwono dan Kadir, 2003 memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu training programs, credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs, individual potential and personality. 2. Structural Capital atau Organizational Capital Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. 3. Relational Capital atau Customer Capital Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonisassociation network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational capital dapat Universitas Sumatera Utara muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut.

2.1.3.3 Value Added Intellectual Coefficient VAIC

TM VAIC TM merupakan metode yang dikembangkan oleh Pulic 1998, didesain untuk menyajikan informasi mengenai value creation efficiency dari asset berwujud tangible asset dan aset tidak berwujud intangible asset yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added VA. VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai value creation Pulic, 1998. Selain itu VAIC™ juga merupakan alat manajemen pengendalian yang memungkinkan organisasi untuk memonitor dan mengukur kinerja intellectual capital dari suatu perusahaan Kammath, dalam Saleh, et al,. 2008. VA dihitung sebagai selisih antara output dan input Pulic, 1998. VA secara teknik merupakan penjumlahan, retained profit, interest expense, salaries dan wages, depreciation, dividend, minority share, dan tax untuk pemerintah. Oleh karena itu, VA diidefinisikan sebagai peningkatan pada nilai bersih perusahaan dikarenakan kegiatan operasi perusahaan. Menurut Tan et al., dalam Ulum et al, 2008, menyatakan bahwa “output OUT mempresentasikan revenue dan mencangkup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input IN mencangkup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue”. Menurut Tan et al dalam Ulum dkk 2008, hal penting di dalam model ini adalah bahwa “beban karyawan labour expenses Universitas Sumatera Utara tidak termasuk dalam IN dikarenakan peran aktifnya di dalam kegiatan value creation, sehingga tidak dihitung sebagai biaya cost”. Komponen utama dari VAIC TM yang dikembangkan Pulic 1998 tersebut dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu “physical capital VACA – Value Added Capital Employed, human capital VAHU – Value Added Human Capital, dan structural capital STVA – Structural Capital Value Added”. 1. Value Added Human Capital VAHU Value Added Human Capital mengindikasikan kemampuan tenaga kerja untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan dari dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tersebut. Semakin banyak value added dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan telah mengelola sumber daya manusia secara maksimal sehingga menghasilkan tenaga kerja berkualitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. 2. Value Added Capital Employed VACA Value Added of Capital Employed VACA menggambarkan seberapa banyak value added yang dihasilkan dari modal fisik yang digunakan. Perusahaan akan terlihat lebih baik dalam memanfaatkan CE Capital Employed-nya jika 1 unit dari CE menghasilkan return lebih besar daripada perusahaan lain. Kemampuan perusahaan dalam mengelola CE dengan baik merupakan bagian dari intellectual capital perusahaan tersebut. Universitas Sumatera Utara 3. Structural Capital Value Added STVA Structural Capital Value Added STVA menunjukkan kontribusi structural capital SC dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, SC dependen terhadap value creation Pulic, 1998. Artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC, yang hal ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional Pulic,1998.

2.1.4 Kemampulabaan