Pengertian Penyelesaian Sengketa Alternatif

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF

A. Pengertian Penyelesaian Sengketa Alternatif

Suatu konflik atau sengketa tidak akan selesai sampai konflik atau sengketa tersebut terselesaikan. Sebenarnya penyelesaian sengketa secara damailah yang diinginkan, dimana bertujuan untuk mencegah dan menghindarkan kekerasan atau peperangan dalam suatu persengketaan antar individu, kelompok, organisasi, lembaga bahkan antar negara sekalipun. Namun dengan cara perdamaian haruslah dengan hati yang lapang menerima segala kesepakatan yang disetujui dan dengan cara damai haruslah adil dimana yang berhak mendapatkan dialah yang berhak mendapatkan, dan yang tidak berhak mendapatkan haruslah menerima kalau hal yang dipermasalahkan bukan menjadi haknya. 26 Penyelesaian sengketa sifatnya adalah segera, karena jika tidak segera ditanggapi dengan tanggap maka permasalahan atau sengketa akan semakin memuncak dan masalah bisa menjadi semakin besar dan mengakibatkan adanya kekerasan diantara kedua belah pihak tersebut. Perselisihan dan sengketa diantara dua pihak yang melakukan hubungan kerjasama mungkin saja terjadi. Terjadinya perselisihan dan sengketa ini sering kali disebabkan apabila salah satu pihak tidak menjalankan kesepakatan yang telah dibuat dengan baik ataupun karena ada pihak yang wanprestasi, sehingga merugikan pihak lainnya. Secara umum pengertian 26 Cara Penyelesaian Sengketa, http:yuarta.blogspot.com201103cara-cara- penyelesaian-sengketa.html diakses pada tanggal 2 September 2014. penyelesaian sengketa adalah rangkaian proses untuk menyesaikan suatu sengketa dengan suatu cara atau metode yang digunakan untuk mencari akar permasalahan dan juga untuk mencari solusi atas permasalahan yang telah menjadi sengketa. Metode yang digunakan dalam menyelesaikan sengketa ini biasanya bisa berbentuk penyelesaian sengketa secara melalui lembaga peradilan maupun melalui lembaga alternatif penyelesaian sengketa. Seiring dengan reformasi di lembaga-lembaga peradilan yang tidak lain untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan yang ada, untuk memaksimalkan proses penyelesaian sengketa, maka dikembangkan alternatif penyelesaian sengketa alternative dispute resolution yang merupakan pengembangan budaya dari masyarakat dalam upaya-upaya penyelesaian konflik, yang kemudian diatur tentang pengembangan kelembagaannya melalui landasan hukum yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dalam undang-undang tersebut tidak mengatur bagaimana jika kesepakatan alternative dispute resolution tersebut ternyata kemudian hari diingkari oleh salah satu pihak. Ketentuan dalam undang-undang tersebut ditujukan untuk mengatur penyelesaian sengketa di luar forum pengadilan dengan memberikan kemungkinan dan hak bagi para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan persengketaan atau perselisihan atau perbedaan pendapat diantara para pihak dalam forum yang lebih sesuai dengan maksud para pihak. Suatu forum diharapkan mengakomodir kepentingan para pihak yang bersengketa. Sebagaimana judulnya yang lebih menekankan pada arbitrase dapat dilihat bahwa pada dasarnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 telah banyak mengatur mengenai ketentuan arbitrase sedangkan ketentuan mengenai alternatif penyelesaian sengketa selain arbitrase itu sendiri hanya diatur dalam satu pasal yaitu Pasal 6. 27 Model penyelesaian konflik melalui alternative dispute resolution di Indonesia bukan hal yang baru lagi karena sudah membudaya dan lama dipraktekkan oleh masyarakat dalam penyelesaian sengketa. Pada masyarakat Amerika Serikat, banyak sekali pengusaha yang lebih memilih menyelesaikan sengketa kontrak di luar pengadilan. Alternatif dispute resolution yang jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti penyelesaian sengketa alternatif adalah suatu proses penyelesaian sengketa non litigasi dimana para pihak yang bersengketa dapat membantu aatau dilibatkan dalam penyelesaian persengketaan tersebut atau melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral. 28 Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa mengartikannya sebagai lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penialaian ahli Pasal 1 Ayat 10. Undang-undang ini juga menjelaskan mengenai penyelesaian sengketa atau beda pendapat antara hubungan hukum tertentu yang secara tegas menyatakan bahwa semua sengketa atau beda pendapat yang timbul atau yang mungkin timbul dari hubungan hukum tersebut akan diselesaikan dengan cara arbitrase atau melalui penyelesaian 27 Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis: Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2001, hlm.1 28 Joni Emerzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 38 sengketa alternatif, hanya sayangnya undang-undang ini tidak mengatur secara rinci dan tegas tentang bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa kecuali mengenai arbitrase. 29 Pada dasarnya alternatif dispute resolution keberadaan telah diakui sejak tahun 1970 yaitu dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, penjelasan Pasal 3 undang-undang ini menyatakan penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui wasit arbiter tetap diperbolehkan, selain itu Pasal 14 ayat 2 undang-undang ini juga menyatakan bahwa ketentuan dalam ayat 1 tidak menutup kemungkinan untuk usaha penyelesaian perdata secara perdamaian. 30

B. Jenis-Jenis Penyelesaian Sengketa Alternatif