Saran Struktur kepengurusan GKI Berastagi

66

5.2 Saran

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam membuat tulisan ini. Untuk itu, penulis berharap agar peneliti selanjutnya dapat untuk semakin menyempurnakannya. Adapun beberapa saran yang penulis lampirkan adalah : 1. Pengunaan laptop ataupun smarthphone sebagai media yang memutar musik minus one di GKI berastagi harus lebih diperhatikan. Mulai dari baterai, tombol keyboard, hingga membuat suara- suara dari aplikasi lainnya tidak terdengar saat proses ibadah. 2. Dengan adanya orang yang dapat memainkan musik di GKI berastagi, ada baiknya untuk menggunakan musik langsung. 3. Masih banyak jemaat yang belum menyadari permasalahan- permasalahan yang terjadi dengan penggunaan musik minus one, namun saat penulis menanyakan hal- hal diatas, saat itu mereka baru sadar. Hal yang dimaksudkan adalah, agar penelitian selanjutnya lebih memperhatikan hal tersebut. 4. Penulis menyarankan agar gereja kecil maupun jauh dari perkotaan, yang sedang mengalami kekurangan pemusik agar juga memanfaatkan musik minus one. Namun dalam pengadaannya dibutuhkan biaya yang tak sedikit, sebab harus membeli perangkat- perangkat pemutar musik. Universitas Sumatera Utara 15 BAB II GAMBARAN UMUM GEREJA KRISTEN INDONESIA BERASTAGI Pada bab II ini, penulis akan memaparkan sejarah singkat GKI berastagi yang disertai dengan sejarah singkat GKI sumut. Hal ini dikarenakan proses pembangunan cabang gereja yang berasal dari GKI Sumut.

2.1 Sejarah GKI Sumut

Gereja Kristen Indonesia Sumatera Utara atau dikenal sebagai GKI Sumut ialah suatu organisasi gereja Kristen Protestan diIndonesia yang didirikan untuk melayani wilayah Sumatera Utara. Gereja ini berhaluan Calvisis atau gereja reformasi. GKI Sumut sebelumnya bernama Gereja Gereformeerd Sumatera Utara, lahir dan berkembang sebagai hasil misi Gereja Gereformeerd Kwitang – Jakarta tahun 1877. Beberapa pendeta yang aktif melayani pada waktu itu adalah Pdt. Harrenstein, Pdt.Dr.J.H.Baving, Pdt.W.S.Wlersings. Kelompok pelayanan ini dimulai 1 Januari 1904 dan terus berkembang, hingga pada tahun 1913 meluas daerah pelayanannya di wilayah Sumatera Utara Bagian Utara dan Sumatera Barat. Saat itu di Medan terdapat 9 kepala keluarga kk, di Tapanuli 3 kepala keluarga, Sumatera Timur 14 kepala keluarga dan di Sumatera Barat 7 kepala keluarga. Pelayanan yang semakin berkembang ini, pada tanggal 16 Agustus 1915 dilembagakan tersendiri menjadi Perkumpulan Universitas Sumatera Utara 16 Gereformeerd Gereformeerd Vereniging dengan anggota lebih kurang 60 orang. Tanggal 16 Agustus inilah yang sekarang diperingati oleh GKI Sumut Medan sebagai Hari Ulang Tahun. Rapat Jemaat pertama kali dilaksanakan pada 24 Oktober 1915. Untuk pembinaan, Majelis Gereja Gereformeerd Kwitang Jakarta menugaskan Ds. W.S. de Haas sebagai Pendeta Utusan. Gereja ini pernah dipimpin oleh Pendeta. C. Mak yang melayani sejak tahun 1928 hingga tahun 1946. Ia menggantikan Pdt. W.S. Wiersings yang pindah pada 1928. Pada masa pendudukan Jepang 1942 - 1945, Pdt. C. Mak masuk Camp. Internir sebuah kamp militer di Belawan bersama tawanan orang-orang eropa di bawah kekuasaan Jepang. Di kamp ini banyak di antara mereka yang sakit atau meninggal karena kelaparan. Di antara mereka yang berhasil lolos dari kamp militer tersebut kembali pulang ke negaranya masing-masing, termasuk Pdt C Mak. Satu di antara anak bungsu dari Pendeta C Mak yakni Geert Mak berhasil menjadi seorang jurnalis di negeri Belanda. Ia kemudian menuliskan kisah keluarga dan sejarah hidup ayahnya di dalam buku yang berjudul My Father’s Century dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Abad Ayahku. Geert Mak sendiri merupakan penulis terkenal di eropa, buku karangannya yang lain In Europe menjadi buku best seller di eropa terjual sampai 400 ribu kopi. Di Sumatera Utara sendiri, pelayanan perkumpulan Gereformeerd terus berkembang dan atas persetujuan Gereja Gereformeerd Kwitang Jakarta, pada tanggal 12 Mei 1917 didewasakan dengan anggota berjumlah 130 orang dan 80 orang merupakan anggota Sidi. Dalam perkembangannya tanggal 15 Mei 1917 Majelis mengadakan Rapat bersama Jemaat untuk pemanggilan calon Pendeta, Universitas Sumatera Utara 17 yaitu Dr. Harrensteins dari Belanda. Karena kesulitan transportasi dan adanya kecamuk peperangan di Eropa, Dr. Harrensteins tiba di Jakarta pada 29 September 1918, dan kemudian tiba di Medan pada 10 Oktober 1918. Pentahbisan Dr. Harrensteins sebagai pendeta, dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 1918 dilayani oleh Pdt. Dr. A.A.L. Rutgers . Pelayanan yang dilakukan oleh Dr. Harrensteins mencakup wilayah Medan, Aceh, Tapanuli, Simalungun, KisaranAsahan, Sumatera Barat bahkan sampai Semenanjung Malaya. Mengingat pelayanan Pdt. Harrensteins sangat luas dan berat, maka pada tahun 1919 Majelis Gereja memanggil Bp. Dr. J.H. Bavink menjadi tenaga pembantu Pendeta. Namun Pdt. Dr. J.H. Bavink hanya bertugas hingga 1921, karena dipanggil untuk melayani Jemaat di Bandung. Akibatnya Pdt. Dr. Harrensteins kembali melayani sendiri hingga tahun 1923 dan kembali ke Belanda karena kesehatan Ibu Harrensteins tidak memungkinkan tinggal lebih lama di Indonesia. Pdt. Dr. Harrensteins digantikan oleh Ds WS Wiersinga yang diteguhkan tanggal 1 Juli 1923 dan dia melayani hingga 1928. Karena dia pindah, dirinya digantikan dengan Ds C Mak yang melayani sejak 1928 hinggal 1946. Namun pada tahun 1942-1945, dia masuk Camp Intenir. Pada tahun 1930 Gereja Gereformeerd Medan ini mengadakan pelayanan berbahasa Indonesia Jawa berkat kerjasama dengan kristen jawa Jakarta yang mengatas namakan Gereja Kristen Jawa Tengah. Untuk pelayanan tahun 1932 dibangun rumah ibadah yang terletak di Jalan HOS Cokrominoto Medan, dulunya disebut Jalan Percut. Dengan demikian Gereja Gereformeerd Medan melaksanakan pelayanan dengan bahasa Belanda dan bahasa Indonesia Jawa. Universitas Sumatera Utara 18 Tahun 1935, pelayanan meluas hingga ke Pematang Siantar. Tanggal 25 Desember 1938, diteguhkan 2 orang pendeta Indonesia, yakni Ds RS Cokro Susilo dan Ds Dhanu Pronoto di Medan. Perkembangan jemaat pada waktu itu di Pematang Siantar 81 orang dewasa, 51 orang anak-anak dan di Medan 91 orang dewasa dan 40 orang anak-anak. Pada masa tahun 1957, Gereja Gereformeerd Medan berbahasa Belanda ditutup dan pengelolaan diteruskan sepenuhnya oleh Gereja Gereformeerd Medan berbahasa Indonesia Jawa. Pelayanan dengan menjalin kerjasama dengan Ds KLF Le Grand yang diutus ke Medan tahun 1962 sebagai tenaga pengkaderan. Sejak tahun 1962 pelayanan kebaktian dilaksanakan di Jalan K.H.Zainul Arifin, dulunya disebut Jalan Palang Merah. Sejumlah gereja yang telah didewasakan adalah Jalan Gn. Simanuk-Manuk Pematang Siantar, Jalan Sinabung Pematang Siantar, Kwala Bingai, Stabat, Langkat, Nagarejo, Kecamatan Galang Deli Serdang, Tanjung Rejo Medan, Medan Timur dan Kotarih Deli Serdang, Berastagi. Setelah jemaatnya berkembang, maka pada 11 September 1969, Gereja ini dilembagakan menjadi satu sinode yang berdiri sendiri dengan nama Gereja Gereformeed Indonesia Sumatera Utara. Kemudian, pada Sinode tanggal 17-19 pada tahun 1974 diputuskan untuk berubah nama menjadi Gereja Kristen Indonesia Sumatera Utara GKI Sumut. Universitas Sumatera Utara 19 Gambar 2.1 Logo Gereja Kristen Indonesia GKI Sumber : hhtp:www.google.co.id Gereja GKI Sumut Medan merupakan salah satu gereja tertua di Medan yang dibangun pada masa penjajahan Belanda di Indonesia.

2.1.1 Gereja Kristen Indonesia Berastagi

Pada tahun 2005, GKI sinode Sumatera Utara berencana memperluas jemaatnya hingga ke daerah- daerah di sebagaian besar sumatera utara. Salah satu pertimbangan yang diputuskan pimpinan gereja adalah di kota berastagi. Dibawah cabang GKI mandala, akhirya sepakat membuka daerah baru didaerah tersebut. Bertempat di rumah Pnt A.R Sihotang untuk pertama kali ibadah dilakukan, diikuti oleh hanya 17 jemaat saja. Selanjutnya dalam ibadah- ibadah tersebut diadakan dirumah para Panatua maupun diaken didaerah tersebut. Melihat keadaan tersebut para Panatua, Diaken, dan jemaat mengadakan musyawarah dengan tujuan terealisasinya pembangunan Gereja Kristen Indonesia GKI di berastagi. Menindaklanjuti hasil musyawarah mereka, maka pada tanggal Universitas Sumatera Utara 20 5 November 2005, bertempat di rumah Bapak A.R .Sihotang, dan dihadiri oleh perwakilan dari GKI Mandala Medan , Maka diambil keputusan untuk membangun gereja didaerah tersebut. Pada Tanggal 14 Mei 2006 didirikanlah gereja yang beralamatkan di Jl. Kabanjahe, Gg berdikari, Berastagi. Gereja tersebut diberi nama Gereja Kristen Indonesia GKI Berastagi. Usai gereja tersebut dibangun, para Panatua maupun Diaken langsung berkumpul membahas Struktur kepengurusan gereja. Gereja Kristen Indonesia GKI merupakan gereja beraliran Calvinis yang dimana stuktur tertinggi gereja dipimpin oleh seorang ketua majelis. GKI berastagi menyepakati bahwa pergantian struktur kepengurusan gereja berubah setiap satu tahun sekali. Badan Pengurus harian BPK yang terdiri dari Ketua majelis, Sekretaris, dan Bendahara dipilih oleh seluruh umat gereja. Dengan bertambahnya waktu, GKI berastagi semakin berkembang, hal ini dapat dilihat dari jumlah jemaat yang semakin bertambah. Menurut data yang dipoleh dari bapak A. R sihotang, Saat ini jumlah jemaat GKI berastagi berjumlah +_ 400 orang. Hal ini mengalami pasang surut tiap tahunnya pasalnya adanya pemuda- pemudi yang hendak keluar kota dengan alasan pendidikan maupun mencari lapangan pekerjaan. \ Universitas Sumatera Utara 21

2.2 Struktur kepengurusan GKI Berastagi

Ket: Bagan Struktur kepengurusan GKI berastagi 2016

1. Tugas Khusus Pendeta Pnt.A. R Sihotang

Ketua Majelis Pnt. H Sinaga Sekretaris Dnk. R. Simamora Bendahara Pnt. O Simbolon Anggota Pnt. T.R Silalahi Anggota Pnt. R. A Sihaloho Anggota Pnt J T Malau Anggota Pnt. L R Br, tamba Anggota Dnk R Sihotang Anggota Dnk, S Sinaga Anggota Dnk. A F Ruginting Anggota Universitas Sumatera Utara 22 Pelayanan Firman dan Sakramen, Peneguhan Sidi, Pemberkatan Nikah, Pemakaman, Peneguhan Pejabat, dan Penggembalaan.

2. Tugas Khusus Penatua

2.1. Melaksanakan tugas Penggembalaan Jemaat secara terkoordinasi dan menjaga kemurnian pemberitaan Firman dan ajaran Gereja. 2.2. Wajib menjaga rahasia penggembalaan. 2.3. Wajib menjalankan dengan tertib tugas-tugas pelayanan seperti tercantum dalam jadwal pelayanan, pelaksanaan Tata Ibadah serta tugas- tugas secara keseluruhan Gereja, Sektor-sektor, Bagian Jemaat dan Pos Pelayanan. 2.4. Dalam menjaga kemurnian pemberitaan Firman Tuhan, maka para Penatua dapat memberikan pendapat, nasihat dan teguran kepada Pelayan Firman sekiranya dalam pemberitaan tersebut terbukti tidak sesuai dengan Firman dan ajaran Gereja yang dapat menggoyahkan iman jemaat dan keutuhan Gereja. Jika nasihat dan teguran dimaksud tidak dapat diterima Pelayan Firman yang bersangkutan, maka hal tersebut dapat dibicarakan dalam rapat Pelaksana Harian Majelis Jemaat, Sidang Majelis Jemaat atau diteruskan ke Majelis Sinode GKI. 2.5. Penatua dapat memberitakan Firman melalui khotbah-khotbah pada Kebaktian Keluarga, Kebaktian Penghiburan Kedukaan, Kebaktian Universitas Sumatera Utara 23 Pengucapan Syukur, Kebaktian Minggu di Gereja, Pemahaman Alkitab dan lain-lain yang pengaturannya dilaksanakan oleh Pelaksana Harian Majelis Jemaat. 2.6. Penatua menyertai Pendeta dalam Pelayanan Sakramen. 2.7. Penatua melaksanakan tugas khusus Pendeta apabila Pendeta berhalangan dan Majelis Jemaat melaporkannya kepada Majelis Sinode. 2.8. Penatua dapat mengajar katekisasi setelah mendapat penunjukan dari PendetaKetua Majelis Jemaat secara tertulis, danatau sudah mengikuti pembinaan pengajaran katekisasi. 2.9. Penatua aktif dalam pembinaan dan peningkatan pengetahuan Alkitab dan kegerejaan di lingkungan Pelayanan Kategorial dengan penunjukkan tertulis Pelaksana Harian Majelis Jemaat.

3. Tugas Khusus Diaken

Kepada Diaken dipercayakan secara khusus tugas Diakonia Sosial Pelayanan Kasih sebagai berikut : 3.1.Melayani orang sakit, orang jompo, anak yatim piatu, para janda, para duda, cacat fisik mental dan semua orang yang memerlukan perhatian dan pertolongan. Universitas Sumatera Utara 24 3.2.Mendata orang-orang tersebut dari wilayahnya masing-masing dan melaporkannya kepada Koordinator Sektor Pelayanan untuk diteruskan kepada Pelaksana Harian Majelis Jemaat supaya mendapat perhatian dan pelayanan lebih lanjut. 3.3.Wajib menjalankan dengan tertib tugas-tugas pelayanan seperti tercantum dalam jadwal pelayanan, pelaksanaan Tata Ibadah serta tugas-tugas secara keseluruhan Gereja, Sektor-sektor, Bajem dan Pos Pelayanan. 3.4. Diaken dapat memberitakan Firman melalui khotbah-khotbah pada Kebaktian Keluarga, Kebaktian Penghiburan Kedukaan, Kebaktian Pengucapan Syukur, Kebaktian Minggu di Gereja, Pemahaman Alkitab dan lain-lain yang pengaturannya dilaksanakan oleh Pelaksana Harian Majelis Jemaat. 3.5.Diaken menyertai Pendeta dalam Pelayanan Sakramen. GKI berastagi juga memiliki komisi, dimana komisi berfungsi sebagai sarana pendukung agar program gereja dapat mencakup kesegala aspek. Adapun komisi yang ada di GKI berastagi adalah. 1. Komisi Wanita Hal ini didasari oleh pentingnya wadah maupun sarana yang memfasilitasi kaum wanita agar dapat saling sharing atau mengadakan kegiatan seperti Universitas Sumatera Utara 25 memasak, olahraga, dll. Hal ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan sesama jemaat wanita. 2. Komisi Pria Hal ini merupakan bidang yang ditujukan untuk kaum pria yang berisikan sharing , maupun kegiatan- kegiatan positif. Hal ini juga bertujuan agar mempererat hubungan sesama jemaat pria. 3. Komisi Pemuda Komisi pemuda diadakan dengan tujuan agar para pemudapemudi GKI berastagi memiliki wadah positif dari gereja. Komisi pemuda merupakan komisi paling aktif. Hal ini dikarenakan 60 jemaat GKI berastagi merupakan orang- orang muda. Kegiatan komisi pemuda sendiri diantaranya: kebaktian setiap selasa malam, olahraga, latihan koor, dll. 4. Komisi Sekolah Minggu Sekolah minggu berarti waktu untuk anak-anak berkumpul digereja dan memuji Tuhan. Komisi ini merupakan bagian yang selalu ada di setiap gereja. Untuk itu GKI berastagi juga memiliki Komisi sekolah minggu dimana Ibadah sekolah minggu diadakan pukul 08.30 wib.

2.3 Waktu dan Tempat Penyajian Musik yang dipakai dalam Ibadah .