Pengertian dan Tujuan Penyusutan Aktiva Tetap

25 d. Perolehan aktiva tetap dengan saham obligasi Aktiva tetap tersebut harus dicatat sebesar harga pasar saham. Bila harga pasar saham tidak diketahui, maka harganya ditetapkan sebesar harga pasar dari aktiva yang diperoleh. e. Perolehan aktiva tetap dengan cara pemberian Dalam hal ini perolehan aktiva tetap yang diserahkan oleh pihak lain donasi maka perusahaan harus mencatatnya sebesar harga pasar yang wajar dari aktiva tetap tersebut. Bila dalam hal ini ada dikeluarkan biaya tertentu, maka biaya tersebut haruslah dikurangkan ke nilai Modal Donasi. f. Perolehan aktiva tetap dengan dibuat sendiri dibangun sendiri Dalam hal ini harga perolehannya adalah seluruh pengorbanan yang dikeluarkan dalam proses pembangunan itu. Bila dalam pembuatan itu terjadi pengeluaran biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan kalau dibeli dari pihak luar, maka kelebihan tersebut dibebankan dalam periode terjadinya, tetapi bila terjadi penghematan tersebut tidak boleh dinyatakan sebagai laba, melainkan tetap dianggap sebagai penghematan.

C. Pengertian dan Tujuan Penyusutan Aktiva Tetap

Bersamaan dengan berlalunya waktu, semua aktiva tetap kecuali tanah akan kehilangan kemampuan menghasilkan jasa. Dengan demikian harga perolehan aktiva ini harus dipindahkan ke perkiraan biaya secara teratur selama umur manfaatnya diharapkan. Biaya yang timbul akibat penggunaan aktiva tetap tidak boleh dibebankan langsung ke dalam periode akuntansi bersangkutan, tetapi harus Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 26 dialokasikan selama periode pemakaian aktiva tersebut. Alokasi biaya yang ditaksir karena berkurangnya kemampuan aktiva dalam suatu jangka waktu tertentu dalam akuntansi disebut dengan penyusutan atau depresiasi. Menurut Niswonger, Fess, Warren 1996:432, ”Penyusutan merupakan penurunan manfaat aktiva tetap secara periodik.” Defenisi diatas mengemukakan bahwa bersamaan dengan berlalunya waktu, semua aktiva tetap kecuali tanah akan kehilangan kemampuannya menghasilkan jasa. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dan keterbelakangan teknologi. Dan harga perolehan aktiva semacam ini harus dipindahkan ke perkiraan beban secara teratur selama umur manfaatnya yang diharapkan. Menurut Earl K. Stice, James D. Stice, K. Fred Skousen 2005:104 “Penyusutan adalah alokasi yang sistematis dari harga perolehan aktiva selama periode-periode berbeda yang memperoleh manfaat dari penggunaan suatu aktiva.” Dari defenisi diatas menjelaskan akumulasi penyusutan bukanlah dana penggantian aktiva, melainkan jumlah seluruh harga perolehan aktiva yang telah dipergunakan selama periode-periode sebelumnya. Nilai buku harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan aktiva adalah harga perolehan aktiva yang tersisa yang akan diakumulasikan pada periode-periode yang akan datang tetapi bukan merupakan suatu perkiraan harga yang berlaku dari aktiva tersebut. Atau istilah penyusutan digunakan untuk menunjukkan alokasi harga perolehan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 27 aktiva tetap berwujud yang dapat diganti, seperti gedung, mesin, peralatan, dan lain-lain. Cara pengalokasian harga perolehan aktiva aktiva dikenal dengan istilah- istilah sebagai berikut: 1. Depreciation penyusutan 2. Depletion deplesi 3. Amortization amortisasi Ad 1. Depreciation penyusutan Istilah penyusutan digunakan sebagai alokasi periodik biaya atas aktiva tetap yang digunakan oleh manusia berulang kali untuk pendapatan periodik yang dihasilkan. Ad 2. Depletion deplesi Istilah deplesi digunakan sebagai alokasi periodik dari biaya sumber daya alam, seperti cadangan minyak dan kayu, terhadap pendapatan periodik yang dihasilkan. Aktiva ini tidak digunakan berulang-ulang karena sifat alamiahnya menjadi hasil produksi. Ad 3. Amortization amortisasi Istilah amortisasi digunakan sebagai alokasi periodik dari aktiva tidak berwujud terhadap pendapatan periodik yang dihasilkan. Istilah amortisasi juga digunakan pada aktiva keuangan dan kewajiban, misalnya: patent, copyright, goodwill, dan biaya yang ditangguhkan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 28 Menurut Warren, Reeve, Fess 2005:495 “Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kemampuan aktiva tetap untuk menyediakan manfaat bisa diidentifikasi sebagai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional”. Penyusutan Fisik physical depreciation terjadi dari kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena pengaruh cuaca. Penyusutan fungsional functional depreciation terjadi jika aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat seperti diharapkan. Sebagai contoh, PC yang dibuat tahun 1980-an tidak akan mampu menyediakan jasa internet. Kemajuan teknologi selama abad ini telah menyebabkan penyusutan fungsional menjadi sumber utama penyusutan. Dan menurut Niswonger, Fess, Warren 1996:432 mengemukakan: “Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan manfaat dapat dibagi dua kategori, yaitu penyusutan fisik, yang mencakup keusangan karena pemakaian dan keausan karena gerakan elemen-elemen, dan penyusutan fungsional, yang meliputi ketidaklayakan inadequancy dan ketinggalan zaman absolesience”. Dari definisi diatas mengemukakan bahwa suatu aktiva tetap dikatakan tidak layak lagi apabila kemampuannya untuk memenuhi permintaan peningkatan produksi tidak memadai lagi. Suatu aktiva tetap dikatakan ketinggalan zaman apabila aktiva tersebut menghasilkan barang yang tidak diminta lagi atau seperti sebuah mesin yang lebih baru dapat memproduksi barang dengan mutu yang lebih baik dan penghematan biaya dalam jumlah besar. Menurut Horngren, Harrison, Robinson dan Secokusumo 1997:506 untuk mengukur penyusutan dari suatu aktiva tetap, kita harus mengetahui: Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 29 1. Harga perolehan 2. Umur kegunaan 3. Perkiraan nilai sisa dari aktiva tersebut Harga perolehan adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli aktiva tersebut sampai aktiva itu dapat digunakan oleh perusahaan. Perkiraan umur kegunaan adalah periode dimana perusahaan dapat memanfaatkan aktiva tetap tersebut. Umur kegunaan biasanya ditetapkan dalam jumlah tahun, jumlah unit produksi, jumlah kilometer yang ditempuh, dan ukuran-ukuran yang lain. Misalkan penyusutan dari suatu bangunan dapat didasarkan pada umur kegunaan dari bangunan tersebut, sedangkan mesin penjilid buku, penyusutannya dapat didasarkan pada jumlah buku yang dijilid, sedangkan truk dapat disusutkan berdasarkan jumlah kilometer jarak yang telah ditempuh. Perusahaan memperkirakan dasar penyusutan tersebut dari pengalaman- pengalaman masa lalu, rata-rata pemakaian di industri dan lain-lain. Perkiraan nilai sisa yang nantinya akan kita sebut nilai sisa adalah nilai kas yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut pada akhir masa kegunaannya. Misalkan suatu perusahaan mengharapkan akan dapat menggunakan suatu jenis mesin selama tujuh tahun. Setelah itu, perusahaan berharap dapat menjual aktiva tetap tersebut sebagai besi tua. Nilai penjualan yang diharapkan oleh perusahaan itu dinamakan dengan nilai sisa. Dalam penyusutan, nilai sisa ini tidak dimasukkan dalam nilai aktiva tetap yang disusutkan, karena nilai sisa tersebut diharapkan akan didapat oleh perusahaan melalui hasil penjualan aktiva tetapnya setelah masa penggunaan aktiva tetap tersebut. Seluruh harga perolehan dari Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 30 suatu aktiva tetap akan disusutkan apabila nilai sisa yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut adalah nol. Selisih antara harga perolehan aktiva tetap dengan nilai sisa dinamakan harga perolehan yang dapat disusutkan. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi penyusutan, hanya harga perolehan yang dapat diketahui secara pasti, sedangkan umur kegunaan dan nilai sisa harus diperkirakan oleh perusahaan. Dengan demikian jumlah penyusutan merupakan jumlah perkiraan. Beban penyusutan biasanya dicatat pada setiap akhir periode pembukuan biasanya akhir tahun buku, akhir semester, akhir tahun, atau pada saat terjadinya transaksi tertentu yang menyangkut aktiva tetap seperti pada saat penjualan atau penarikan. Jurnal pembebanan biaya penyusutan adalah sebagai berikut: Biaya penyusutanRp. xxx Akumulasi penyusutanRp xxx Biaya penyusutan dapat diklasifikasikan ke dalam biaya overhead, biaya penjualan atau biaya umum dan biaya administrasi, tergantung pada penggunaan aktiva tetap itu. Perkiraan akumulasi penyusutan merupakan perkiraan lawan terhadap harga pokok aktiva tersebut. Pengurangan ini dimaksudkan untuk menghitung nilai buku aktiva tetap yang bersangkutan. Dalam menghitung besarnya beban penyusutan setiap periode tahun, ada beberapa metode yang dapat dipergunakan. Metode penyusutan yang lazim digunakan dalam praktek akuntansi seperti halnya menurut Ikatan Akuntan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 31 Indonesia 2004:17.3 menyatakan metode penyusutan dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut:

a. berdasarkan waktu i. Metode garis lurus straight-line method

ii. Metode pembebanan yang menurun: - metode jumlah-angka-tahun sum-of-the-years-digit method; - metode saldo-menurunsaldo-menurun-ganda decliningdouble- declining balance method.

b. berdasarkan penggunaan: i. Metode jam-jasa service-hours method;

ii. Metode jumlah unit produksi productive-output method. c. berdasarkan kriteria lainnya:

i. Metode berdasarkan jenis dan kelompok grup and composite method;

ii. Metode anuitas annuity method; iii.Sistem persediaan inventory systems. Ad a. Berdasarkan waktu Adapun metode penyusutan berdasarkan waktu dapat dibagi menjadi 2 dua yaitu: i. Metode Garis Lurus straight line method Metode penyusutan aktiva ini merupakan metode yang paling sederhana dan paling umum dipakai. Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa sebuah aktiva tetap menurun kegunaannya dengan tingkat yang konstan. Dalam metode garis lurus, beban penyusutan setiap tahunnya merupakan fungsi dari lewatnya waktu dan bukan fungsi penggunaan aktiva . Juga dalam metode penyusutan ini, beban penyusutan tiap periodenya adalah sama tanpa memperdulikan tingkat penggunaan aktiva yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung besarnya penyusutan menurut metode garis lurus adalah: Beban penyusutan= biaya akuisisi-nilai residu estimasi umur manfaat dalam tahun Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 32 Atau 100 , n= taksiran umur manfaat n Contoh: Tanggal 1 September 1999 perusahaan membeli sebuah mesin dengan harga Rp. 6.600.000,-. Diperkirakan nilai residu mesin ditaksir Rp. 600.000,- dan taksiran umur penggunaannya 5 tahun. Hitunglah penyusutan mesin tersebut. Diketahui: Biaya akuisisi= Rp. 6.600.000,- Nilai aktva n= 5 tahun, maka Beban penyusutan= Tahun 6.600.000 – 600.000 5 = Rp. 1.200.000,- Atau 100 : 5 = 20, maka tarif yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutannya adalah 20. Untuk melihat penyusutannya tiap tahun dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 1: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus Harga perolehan Beban penyusutan Akumulasi penyusutan Nilai buku 1999 6.600.000 - - 6.600.000 1999 412x1.200.000= 400.000 400.000 6.200.000 2000 1212x1.200.000=1.200.000 1.600.000 5.000.000 2001 1212x1.200.000=1.200.000 2.800.000 3.800.000 2002 1212x1.200.000=1.200.000 4.000.000 2.600.000 2003 1212x1.200.000=1.200.000 5.200.000 1.400.000 2004 812x1.200.000= 800.000 6.000.000 600.000 6.600.000 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 33 ii. Metode Pembebanan Yang Menurun Metode beban yang menurun seringkali disebut juga dengan metode penyusutan dipercepat untuk menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Secara umum ada metode beban menurun yang digunakan, yaitu: - Metode jumlah angka tahun sum-of-the-years-digit method Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan biaya awal – nilai sisa. Setiap pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut, misalnya umur ekonomis 5 tahun maka 5+4+3+2+1=15 15 sebagai penyebut, atau n n + 12. Dan jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang. Contoh: Seperti pada kasus terdahulu, harga perolehan Rp. 6.600.000,-. Nilai sisa Rp. 600.000,- dan umur penggunaan aktiva 5 tahun. Untuk menghitung penyusutan tiap tahunnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun Tahun Harga Perolehan Beban penyusutan Akumulasi penyusutan Nilai buku 1999 6.600.000 - - 6.600.000 1999 515x412x6.000.000 = 666.667 666.667 5.933.333 2000 515x412x6.000.000+ 415x412x6.000.000=1.866.667 2.533.334 4.066.666 2001 415x812x6.000.000+ 315x412x6.000.000=1.466.667 4.000.000 2.600.000 2002 315x812x6.000.000+ 215x412x6.000.000=1.066.667 5.066.667 1.533.333 2003 215x812x6.000.000+ 115x412x6.000.000= 666.667 5.733.334 866.666 2004 115x812x6.000.000= 266.667 6.000.000 600.000 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 34 Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa beban penyusutan pada periode awal taksiran umur mafaat tinggi dan periode selanjutnya menurun. Pandangan yang dianut metode ini adalah bahwa aktiva pada umur awalnya dianggap memberikan performance yang lebih besar pada perusahaan sehingga penyusutannya pada awal pemakaiannya besar. - Metode saldo menurun declining-balance method Metode ini sama halnya seperti metode jumlah angka tahun, dalam metode saldo menurun beban penyusutan secara periodik akan menurun selama taksiran umur aktiva. Hanya saja beban penyusutan dihitung dengan cara mengalikan suatu tarif persentase tertentu dengan nilai buku aktiva. Persentase tarif penyusutan dapat dihitung dengan rumus: r- Dimana: r ratio= tarif penyusutan S solvage value= nilai residu C cost= harga perolehan aktiva n= taksiran umur manfaat Contoh : Seperti kasus terdahulu, dimana: C = Rp. 6.600.000,- S = Rp. 600.000,- N = 5 tahun n C S Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 35 Maka r = 1 - = 1 - = 1 – 0,6191 = 38.09 Beban penyusutan tiap tahunnya dapat dilihat melalui tabel berikut: Tabel 3: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Tahun Harga Beban penyusutan Akumulasi Nilai buku perolehan penyusutan 1999 6.600.000 - - 6.600.000 1999 38.09x412x6.600.000= 837.980 837.980 5.762.020 2000 38.09x812x6.600.000= 1.675.960 2.513.940 4.086.060 38.09x412x4.086.060= 518.793 3.031.733 3.567.267 2001 38.09x812x4.086.060= 1.037.587 4.070.320 2.529.680 38.09x412x2.529.680= 321.185 4.391.505 2.208.495 2002 38.09x812x2.529.680= 642.370 5.033.875 1.566.125 38.09x412x1.566.125= 198.846 5.232.721 1.367.279 2003 38.09x812x1.566.125= 397.691 5.630.412 6.969.588 38.09x412x 969.588= 123.105 5.753.517 846.483 2004 38.09x812x 969.588= 246.211 6.000.000 600.000 - Metode saldo menurun ganda double – declining – balance method Metode saldo menurun ganda menghasilkan beban penyusutan secara periodik semakin menurun sepanjang umur manfaat aktiva. Beban penyusutan diperoleh dengan mengalikan tarif penyusutan yang tiap periodenya tetap dengan nilai buku aktiva yang semakin menurun. Sama seperti perhitungan untuk menentukan beban penyusutan menurut metode saldo menurun, dalam metode ini nilai residu juga tidak diperhitungkan. Cara yang paling umum dan mudah untuk mendapatkan beban penyusutan dengan metode saldo menurun ganda adalah dengan melipatgandakan tarif penyusutan garis lurus. Misalnya, umur aktiva ditaksir adalah 4 tahun, beban penyusutan dasar garis lurus adalah 100 : 4 = 25. Maka tarif penyusutan metode saldo menurun ganda adalah: 2x25 = 50. 5 000 . 600 . 6 000 . 600 5 910 , Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 36 Contoh: Seperti kasus terdahulu, maka depresiasi untuk hal diatas adalah: Depresiasi = 2 x = 2 x = 40 Beban penyusutan tiap tahunnya dihitung melalui tabel berikut: Tabel 4: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda. Tahun Harga Beban penyusutan Akumulasi Nilai buku perolehan penyusutan 1999 6.600.000 - - 6.600.000 1999 40x412x6.600.000= 880.000 880.000 5.720.000 2000 40x812x6.600.000= 1.760.000 264.000 3.960.000 40x412x3.960.000= 528.000 3.168.000 3.432.000 2001 40x812x3.960.000= 1.056.000 4.224.000 2.376.000 40x412x2.376.000= 316.800 4.540.800 2.059.200 2002 40x812x2.376.000= 633.000 5.174.400 1.425.600 40x412x1.425.600= 190.080 5.364.480 1.235.520 2003 40x812x1.425.600= 380.160 5.744.640 855.360 40x412x 855.360= 399.168 6.143.808 456.192 2004 40x812x 855.360= 228.096 6.371.904 228.096 Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai residunya tidak sama dengan yang diperkirakan yaitu Rp. 600.000,-. Hal ini dapat dialihkan penggunaan metode saldo menurun ganda ke metode garis lurus atau metode jumlah angka tahun, karena jumlah nilai residualnya melebihi dari penyusutan yang dihitung. Tujuan diubahnya metode adalah untuk mencapai nilai residualnya yang sama seperti taksiran pada awal perolehan aktiva tetap bersangkutan. Perubahan metode ini tidak memerlukan jurnal koreksi. Ad b. Berdasarkan penggunaan Metode yang digunakan atas dasar penggunaan lebih memandang faktor berlalunya waktu daripada faktor penggunaan sebagai dasar penyusutan. Metode n 100 5 100 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 37 penyusutan berdasarkan faktor penggunaan memandang faktor teknis aktiva yang berhubungan dengan tingkat pemakaian aktiva tersebut. Penyusutan berdasarkan penggunaan dapat dibedakan menjadi 2 dua yaitu: i. Metode Jam Jasa service-hours method. Metode jam jasa didasarkan suatu anggapan bahwa pembelian aktiva tetap adalah merupakan pembelian sejumlah jam pemakaianpenggunaan jam kerja aktiva dikalikan dengan tarif penyusutan. Harga perolehan dikurangi dengan nilai residu jika ada dibagi dengan taksiran jam kerja produktif seluruhnya adalah merupakan tarif penyusutan. Dalam rumus dapat ditulis: Penyusutan perjam = Dimana: C cost= harga perolehan aktiva S solvage value= nilai reside N= taksiran total jam kerja Contoh: Seperti kasus terdahulu, harga perolehan mesin adalah Rp. 6.600.000,-, nilai residu Rp. 600.000,- bila estimasi umur pemakaiannya adalah 25.000 jam, maka penyusutan per jam dapat dihitung sebagai berikut: Penyusutan per jam = = Rp. 240, per jam Untuk penyusutan berdasarkan metode jam jasa dapat disajikan melalui tabel berikut: n S C − jam 000 . 25 000 . 600 000 . 600 . 6 − Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 38 Tabel 5: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Jam Jasa Tahun Jam Penyusutan Akumulasi Nilai Pemakaian Perhitungan Jumlah penyusutan Buku 1999 6.600.000 1999 4.000 4.000xRp. 240 Rp. 960.000 Rp. 960.000 5.640.000 2000 5.000 5.000xRp. 240 1.200.000 2.160.000 4.440.000 2001 6.000 6.000xRp. 240 1.440.000 3.600.000 3.000.000 2002 3.000 3.000xRp. 240 700.000 4.320.000 2.280.000 2003 7.000 7.000xRp. 240 1.680.000 6.000.000 600.000 25.000 6.600.000 ii. Metode Jumlah Unit Produksi Productive-Output Method Dengan metode ini beban penyusutan dihitung berdasarkan jumlah unit yang diproduksi dalam periode tersebut. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan membagi nilai perolehan dikurangi nilai residu jika ada dengan taksiran total unit yang diproduksi aktiva untuk periode tersebut. Rumus untuk menghitung penyusutan adalah: Penyusutan per unit = C = nilai perolehan aktiva S = nilai residu N = taksiran total unit produksi Jika dalam contoh kasus sebelumnya ditaksir bahwa mesin tersebut akan dapat menghasilkan 500.000 unit, maka penyusutan per unit produksi dihitung sebagai berikut: Penyusutan per unit = = = Rp. 12 n S C − n S C − 000 . 500 000 . 600 000 . 600 . 6 − Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 39 Misalkan selama tahun pertama mesin tersebut diharapkan akan menghasilkan produksi 75.000 unit, tahun kedua 125.000 unit, tahun ketiga 100.000 unit, tahun keempat 150.000 unit dan tahun kelima 50.000 unit, maka daftar penyusutan untuk mesin tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Jumlah Unit Produksi Tahun Harga Penyusutan Akumulasi Nilai perolehan Tarif peny Rp Nilai barang yang disusutkan Beban penyusutan penyusutan Buku 1999 6.600.000 6.600.000 1999 12 x 75.000 = 900.000 900.000 5.700.000 2000 12 x 125.000 = 1.500.000 2.400.000 4.200.000 2001 12 x 100.000 = 1.200.000 3.600.000 3.000.000 2002 12 x 150.000 = 1.800.000 5.400.000 1.200.000 2003 12 x 50.000 = 600.000 6.000.000 600.000 500.000 = 6.000.000 Metode jumlah unit produksi sebaiknya dipakai bila aktiva tetap tersebut kondisinya menjadi menurun karena banyaknya pemakaian dan bukannya karena untuk memproduksi suatu barang, semakin banyak barang yang dihasilkan, semakin besar penyusutan yang akan dibebankan. Ad c. Metode berdasarkan kriteria lainnya Dalam menentukan beban penyusutan dengan metode ini dapat dibedakan atas: i. Metode berdasarkan jenis group depreciation method Untuk menghitung penyusutannya terlebih dahulu harus ditentukan tarif rata-rata dari sekelompok aktiva tetap yang mempunyai jenis dan manfaat yang sama, sehingga biaya penyusutan adalah hasil kali antara tatif rata-rata tersebut setelah dikurangi nilai sisanya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 40 Contoh: Sepuluh buah peralatan sejenis mempunyai cost total Rp. 15.000.000,- ditaksir mempunyai masa manfaat rata-rata 5 tahun. Tiga buah peralatan tersebut akan berhenti dari operasinya pada akhir tahun k-4, dan empat buah pada akhir tahun ke-5, dan sisanya akhir tahun ke-6. Dengan menggunakan group depreciation method, berdasarkan rata-rata umur tersebut 20 dari cost akan dibebankan sebagai penyusutan, ikhtisar penyusutan dibuat tabel berikut: Tabel 7: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Berdasarkan Jenis Akhir Biaya Harga Perolehan Harga Perolehan Nilai tahun peny. 20 Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo Buku pertahun 2.000.000 2.000.000 2.000.000 1 400.000 2.000.000 400.000 400.000 1.600.000 2 400.000 2.000.000 400.000 800.000 1.200.000 3 400.000 2.000.000 400.000 1.200.000 800.000 4 400.000 600.000 1.400.000 600.000 400.000 1.000.000 400.000 5 280.000 800.000 600.000 800.000 280.000 480.000 120.000 6 120.000 600.000 - 600.000 120.000 - - Maka pada akhir tahun ke-1, 2, 3 dan 4 dicatat penyusutan sebagai berikut: Biaya penyusutan peralatan Rp. 400.000,- Akumulasi penyusutan peralatan Rp. 400.000,- Pada akhir tahun ke-5 dan ke-6 akan dicatat biaya penyusutan masing-masing sebesar Rp. 280.000,- dan Rp. 120.000,-. i. Metode berdasarkan kelompok composite depreciation method Jika dalam metode jenis aktiva yang dikelompokkan adalah sejenis, maka dalam metode ini aktiva yang dikelompokkan itu tidak sejenis, penyusutan dihitung dengan cara mencari rate terlebih dahulu. Penyusutan harus dicatat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 41 dalam perkiraan tersendiri untuk setiap aktiva. Jika terjadi penarikan salah satu aktiva yang dikelompokkan maka dijurnal dengan mengkredit perkiraan aktiva itu dan mendebet perkiraan akumulasi penyusutan sebesar perbedaan harga pokok dengan nilai residu. Untuk menghitung tarif rate tersebut diperlihatkan melalui contoh berikut: Tabel 8: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Berdasarkan Kelompok Peralatan Harga Nilai Jumlah Taksiran Penyusutan Perolehan Residu Dapat Umur Pertahun Disusutkan A 200.000 50.000 150.000 20 7.500 B 120.000 20.000 100.000 10 10.000 C 80.000 10.000 70.000 8 8.750 D 50.000 5.000 45.000 5 9.000 450.000 85.000 365.000 35.250 Tarif penyusutan dihitung sebagai berikut: Total Biaya Penyusutan Tarif penyusutan = x 100 Total harga perolehan 365.000 = x 100 450.000 = 81,11 Tarif penyusutan tersebut dikenakan terhadap total harga perolehan untuk memperoleh biaya penyusutan setiap tahunnya yaitu: 81,11 x Rp.450.000,- = Rp. 365.000,- Biaya Penyusutan dicatat sebagai berikut: Biaya penyusutan peralatan Rp. 365.000,- Akumulasi penyusutan peralatan Rp. 365.000,- Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 42 ii. Metode Anuitas anuity method Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang memberikan konstribusi selama umur teknisnya. Harga perolehannya dianggap sebagai present value yang didiskontokan dari jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Dalam metode ini, penyusutan dianggap sebagai angka bunga yang diperhitungkan atas harga pokok aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. Rumus untuk mencari beban penyusutan dengan metode anuitas adalah: penyusutan d = Dimana: C= Harga perolehan N=Present value S= Nilai residu N= Umur aktiva I= Bunga Contoh: Dalam contoh kasus sebelumnya, yaitu: C = Rp. 6.600.000,- S = Rp. 600.000,- N = 5 tahun I = 10 m PVIF NS C − Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 43 Maka penyusutannya adalah: d = d = d = Rp. 1.642.782,- Beban penyusutan pertahun adalah Rp. 1.642.782,-. Angka tersebut akan didistribusikan sebagai Implicit Interest Revenue dan penyusutan. Interest revenue adalah 10 dari nilai buku. Tabel 9: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Anuitas Tahun Penyusutan Implicit Akumulasi Akumulasi Nilai buku interest penyusutan penyusutan revenue 10 pertahun Rp. 6.600.000 1 Rp. 1.642.782 Rp. 600.000 Rp. 982.782 Rp. 982.782 5.617.218 2 1.642.782 561.721 1.081.061 2.063.843 4.536.157 3 1.642.782 453.615 1.189.167 3.253.010 3.346.990 4 1.642.782 334.699 1.308.083 4.561.093 2.038.907 5 1.642.782 203.890 1.438.392 5.999.985 600.000 1.642.782 Rp.2.213.925 Rp.5.999.485 iii. Sistem Persediaan inventory system Sistem persediaan adalah tipe sistem yang digunakan dalam situasi dimana jumlah aktiva itu besar dengan harga perolehan yang kecil-kecil, seperti peralatan untuk sebuah perusahaan industri atau perkakas untuk sebuah restauran. Metode ini cukup mudah dipakai tetapi tidak sistematis dan rasional karena ada unsur penafsiran yang dilakukan dalam perhitungan penyusutan, disamping itu juga sulit untuk menentukan nilai aktiva tersebut pada akhir periode. Dalam metode ini, penyusutan dihitung dengan menambahkan persediaan awal aktiva tetap yang 10 : 5 10 : 5 000 . 600 000 . 600 . 6 PVIF x PV − 7908 , 3 000 . 600 6209 . 000 . 600 . 6 x − Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 44 tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi dengan persediaan akhir aktiva tetap tersebut.

D. Kebijakan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap