Memperbaiki agregat tanah THE GROWTH OF OIL PALM SEEDLINGS (Elaeis guineensis Jacq.) WITH THE APPLICATION OF DIFFERENT ARBUSCULAR MYCORRYZA FUNGI AND VARIOUS PHOSPHATE AND ORGANIC MATTER DOSAGES PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DEN

dari mekanisme transpor sepanjang hifa ke dalam akar tanaman waktu hidup akar yang dikolonisasi diperpanjang. Setiap jenis FMA mungkin berbeda-beda dalam kemampuannya membentuk hifa di dalam tanah, baik distribusi maupun kuantitas hifa tersebut. Di samping itu sudah dipastikan bahwa perkembangan infeksi FMA berhubungan dengan kemampuan FMA untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Namun belum diketahui secara pasti apakah pertumbuhan hifa eksternal adalah bersifat khusus, artinya tidak tergantung pada perkembangan infeksi di dalam akar Delvian, 2005. Smith dan Read 2008 menyatakan bahwa ketersediaan hara yang rendah mengakibatkan meningkatnya kolonisasi mikoriza pada akar tanaman dan produksi spora. Hal ini karena dengan rendahnya unsur hara maka aktivitas mikoriza semakin meningkat sedangkan ketersediaan hara yang tinggi dalam tanah dapat merubah simbiosis mutualistik antara mikoriza dengan tanaman inang menjadi bentuk parasitisme.

2.3 Pupuk Fosfat

Fosfat merupakan unsur hara essensial bagi pertumbuhan tanaman dan merupakan unsur yang kritis setelah N Hakim dkk., 1986. Peranan P dalam tanaman antara lain adalah dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi biji-bijian, dan memperkuat tubuh tanaman sehingga tidak mudah rebah Salisburry dan Ross, 1995. Unsur P diambil tanaman dalam bentuk ion orthofosfat primer dan sekunder H 2 PO 4 - atau HPO4 2- . Proporsi penyerapan kedua ion ini dipengaruhi pH area perakaran tanaman. Pada pH rendah, tanaman lebih banyak menyerap ion orthofosfat primer, tetapi pada pH yang lebih tinggi ion orthofosfat sekunder yang lebih banyak diserap tanaman Hanafiah, 2005. Fosfor tersedia di dalam tanah dapat berupa P tanah yang larut dalam air, dan ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Ketersediaan P maksimum dijumpai pada pH 5,5-7,0. Ketersediaan P akan menurun bila pH tanah lebih rendah dari 5,5 atau lebih tinggi dari 7,0. Tanah yang kekurangan fosfor tidak baik bagi tanaman. Gejala kekurangan P berupa tanaman akan berwarna hijau kelam dan sering warna kemerahan, daun bagian bawah lambat laun berubah menjadi kuning mengering hingga berwarna hitam, dan buahnya menjadi kerdil Sutrisno, 1989. Kekurangan unsur P mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat karena pembelahan sel terganggu, daun berwarna hijau tua atau coklat mulai dari ujung daun terutama pada bagian tanaman yang masih muda. Tanaman yang kekurang- an unsur P disebabkan oleh jumlah P tersedia dalam tanah sedikit, karena sebagian P terdapat dalam bentuk yang tidak dapat diserap oleh tanaman akibat terjadinya fiksasi oleh Al pada tanah masam atau Ca pada tanah alkalis Rosmarkam dan Yuwono, 2002. Menurut Hanafiah 2005, pemberian P yang cukup akan merangsang per- kembangan sistem perakaran tanaman tanaman, dan berperan dalam pembentukan biji dan buah. Menurut Novizan 2005, jika terjadi kekurangan P, tanaman menunjukkan gejala pertumbuhan sebagai berikut: a pertumbuhan lambat dan kerdil, b per- kembangan akar terhambat, c gejala pada daun sangat beragam, beberapa tanaman menunjukkan warna hijau tua mengkilap yang tidak normal, d pe- matangan buah terhambat, e perkembangan bentuk dan warna buah buruk, dan f biji berkembang secara tidak normal.

2.4 Bahan Organik

Bahan organik merupakan salah satu komponen tanah yang penting disamping air dan udara. Bahan organik dapat mengurangi kemampuan berkecambah dari spora baik pada media agar maupun media tanah tidak steril. Ketersediaan nitrogen dan P yang rendah akan mendorong pertumbuhan FMA. Akan tetapi kandungan bahan organik yang terlalu rendah atau tinggi menghambat per- tumbuhan FMA. Perkecambahan spora tidak hanya bergantung pada spesies dari FMA tetapi juga kandungan bahan organik di dalam tanah Islami dan Wani, 1995. Bahan organik merupakan salah satu komponen penting dalam menentukan jumlah spora FMA. Jumlah maksimum spora ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik 1-2 sedangkan pada tanah-tanah berbahan organik kurang dari 0,5 kandungan spora sangat rendah. Ameliorasi tanah dengan bahan organik sisa tanaman atau pupuk hijau merangsang perkembangbiakan FMA Anas, 1997 Efek jangka panjang dari aplikasi pupuk organik ke dalam tanah yaitu meningkat- nya kandungan humus tanah yang merupakan hasil akhir proses dekomposisi bahan organik. Humus memiliki peran dalam menyuburkan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah Sutanto, 2002. Secara umum, pupuk organik kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Kompos berfungsi memperbaiki struktur tanah, tekstur tanah, aerase dan peningkatan daya resap tanah terhadap air. Kompos juga berfungsi sebagai stimulan untuk meningkatkan kesehatan akar tanaman dan menyediakan makanan untuk mikroorganisme yang dapat menjaga tanah dalam kondisi sehat dan seimbang. Penggunaan kompos mampu mengatasi kelangkaan pupuk anorganik yang mahal Isroi, 2008. Pupuk organik kompos memiliki kandungan unsur hara yang terbilang lengkap karena mengandung unsur hara makro dan mikro, namun jumlahnya relatif kecil dan bervariasi tergantung dari bahan baku, proses pembuatan, bahan tambahan, tingkat kematangan dan cara penyimpanan. Kualitas kompos tersebut dapat ditingkatkan dengan penambahan mikroorganisme yang bersifat menguntungkan Simamora dan Salundik, 2006. Kompos dapat menjadi sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman. Di samping itu, kompos juga mampu meningkatkan penyerapan dan daya simpan air di dalam tanah. Simamora dan Salundik 2006 menyatakan bahwa kompos pada umumnya mengandung unsur hara kompleks makro dan mikro walaupun dalam jumlah sedikit, selain itu secara fisik kompos juga mampu menggemburkan tanah,

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Respon Morfologi dan Fisiologi Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Aplikasi Pupuk Magnesium Dan Nitrogen

3 97 84

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) Terhadap Pupuk Cair Super Bionik Pada Berbagai Jenis Media Tanam di Pembibitan Utama

0 30 78

Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan

1 58 50

Ketahanan Papan Komposit Dari Limbah Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Dan Plastik Polipropilen (PP) Terhadap Fungi Pelapuk Kayu(Pycnophorus sanguinius FR dan Schizophyllum commune FR)

2 61 68

Kemampuan AntiFungi Bakteri Endofit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Ganoderma boninenese Pat

5 53 66

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Perubahan Pola Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) Dengan Pemberian ZPT Atonik Pada Media Campuran Pasir Dengan Blotong Tebu Di Pre Nursery

4 33 67

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75