sosial remaja yaitu belajar berprilaku yang dapat diterima secara sosial, meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis, mulai cenderung memilih karier tertentu, otonomi dan
keterikan. Dalam hal ini remaja belajar beprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial, menjadi orang yang mampu bermasyarakat dan dapat di terima secara sosial serta
peran orang tua memberikan kesempatan remaja mampu membuat keputusanyang pantas dan memebrikan pendamping tatkala remaja masih memiliki pengetahuan
terbatas untuk itu secara bertahap memperoleh kemampuan untuk membuat keputusan yang dewasa sendiri.
2.3.3 Aspek-Aspek Perkembangan Sosial
Symsu 2009:122 kematangan sosial dalam pencapaiannya, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kememampuan
memperoleh anak melalui berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungan, baik orang tua, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya.
Sehingga diharapkan nantinya dapat memperoleh perkembangan sosial secara matang, dalam arti memiliki penyesuaian sosial yang tepat.
Menurut Desmita
2010:210 dalam
perkembangan psikososialnya,
perkembangan psikososial masa Remaja mencakup : 1
Perkembangan Individu dan Identitas Tugas utama dalam perkembangan kepribadian yaitu Pembentukan identitas yang
diharapkan perkembangan kepribadian tercapai pada akhir remaja. Tugas pembentukan identitas ini telah memepunyai akar-akarnya pada masa anak-anak,
namun pada masa remaja ia menerima dimensi baru karena berhadapan dengan
perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan relasional. Misal anak mendefinisikan kembali „siapakah‟ ia saat ini dan akan menjadi „siapakah‟ atau menjadi „apakah‟ ia
pada masa yang akan datang. Perkembangan identitas selama masa remaja ini juga sangat penting karena ia memberikan landasan bagi perkembangan psikososial dan
relasi interpersonal pada masa dewasa. Menurut Josselson dalam Desmita 2010:211 Proses pencarian identitas, proses
dimana seseorang remaja mengembangakan suatu identitas personal atau of self yang unik, yang berbeda dan terpisah dari orang lain. Santrock 2002:58 Perkembangan
identitas dengan gaya-gaya pengasuhan orang tua dengan gaya pengasuhan demokratis yang mendorong remaja untuk berpratisipasi dalam pengambilan
keputusan keluarga akan mempercepat pencapaian identitas. Orang tua dengan gaya pengasuhan otokratis yang mengendalikan remaja tanpa memberi remaja satu peluang
untuk mengemukakan pendapat akan menghambat pencapaian identitas. Orang tua dengan gaya pengasuhan permisif, yang memberi bimbingan terbatas kepada remaja
dan mengizinkan
mereka mengambil
keputusan-keputusan sendiri
akan meningkatkan kebingungan identitas.
Dari berbagai pendapat diatas perkembangan indentitas sangatlah penting pada perkembangan anak-anak menju ke perkembnagan remaja karena memberikan
landasan bagi perkembangan psikososial dan relasi interpersonal pada masa dewasa. Perkembangan identitas dengan gaya-gaya pengasuhan orang tua dengan gaya
pengasuhan demokratis yang mendorong remaja untuk berpratisipasi dalam pengambilan keputusan keluarga akan mempercepat pencapaian identitas.
2 Perkembangan Hubungan dengan Orang Tua Desmita 2010:217-218 Perkembangan remaja mempunyai pengaruh besar
terhadap relasi orang tua dengan remaja, relasinya remaja dengan orang tua ialah perjuangan untuk memperoleh otonomi, baik secara fisik dan psikologis. Menurut
Lamborn dan Steinberg dalam Desmita 2010:218 Menunjukkan bahwa perjuangan remaja untuk meraih otonomi tampaknya berhasil dengan sangat baik dalam
lingkungan keluarga yang stimulant memebrikan dorongan dan kesempatan bagi remaja untuk memperoleh kebebasan emosional. Sebaliknya, remaja yang tetap
tergantung secara emosional pada orang tuanya mungkin dirinya selalu merasa enak, mereka terlihat kurang kompeten, kuang percaya diri, kurang berhasil dalam belajar
dan bekerja dibandingkan dengan remaja yang mencapai kebebasan emosional. Santrock 2002:41 Menjelaskan bahwa Attachment yang kokoh dengan orang
tua dapat menyangga remaja dari kecemasan dan potensi perasaan depresi atau tekanan emosional yang berkitan dengan transisi dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Perkembangan hubungan dengan orang tua berpengaruh besar dalam
perkembangan sosialnya. Orang tua Berperan untuk memebrikan dorongan dan kesempatan bagi remaja untuk memperoleh kebebasan emosional. Sebaliknya, remaja
yang tetap tergantung secara emosional pada orang tuanya dalam dirinya selalu merasa enak, mereka terlihat kurang kompeten. Dalam hal ini orang tua juga dapat
menjangga remaja dari kecemasan dan potensi perasaan depresi atau tekanan emosional yang berkitan dengan transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa.
3 Perkembangan dengan Teman Sebaya Desmita 2010:220 Hubungan teman sebaya anak dan remaja,belajar tentang
hubungan timbal balik yang simetris, anak memepelajari prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan melalui peristiwa pertentangan dengan teman sebaya mereka juga
mempelajari secara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam rangka memuluskan intergritasi dirinya dalam aktivitas teman sebaya
berkelanjutan. Santrock
2002:44 Berpendapat
bahwa kemajuan-kemajuan
dalam perkembangan kognitif selama pertengahan dan akhir masa anak-anak juga
memungkinkan anak-anak mengambil perspektif teman-teman sebaya dan kawan- kawan mereka lebih cepat dan pengetahuan sosial mereka tentang bagaimana
menciptakan dan mempertahankan kawan meningkat. Dari beberapa pendapat diatas bahwa perkembangan teman sebaya mempelajari
secara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya untuk memuluskan pencapaian dirinya dalam aktivitas teman sebaya berkelanjutan dalam perkembangan
kognitif menuju pertengahan dan akhir masa anak-anak. Agar anak lebih cepat dan pengetahuan sosial mereka tentang bagaimana menciptakan dan mempertahankan
kawan. 4 Perkembangan Seksualitas
Peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan seksual ini sangat dipengaruhi oleh factor-faktor perubahan-perubahan fisik selama priode pubertas. Terutama
kematangan organ-organ seksuala dan perubahan hormonal, mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual dalam diri remaja Desmita 2010:222.
Remaja mencoba mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, mulai dari melakukana aktivitas berpacaran, berkencan,
bercumbu sampai dengan melakukan kontak sosial Desmita 2010: 223. Menurut Xiaohe Whyte dalam Santrock 2002: 48 Nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan
agama manusia dari berbagai kebudayaan seringkali mengatur usia dimana berkencan dimulai, berapa banyak kebebasan dalam berkencan yang diperbolehkan, apakah
kencan harus diawasi oleh orang dewasa atau orang tua dan peran laki-laki dan perempuan dalam berkencan.
Perubahan-perubahan fisik kematangan pada organ-organ seksuala merupakan perkembangan seksual membuat perubahan dalam hormonal, mengakibatkan
munculnya dorongan-dorongan seksual dalam diri remaja dan akan berperilaku seksual melakukana aktivitas berpacaran, berkencan, bercumbu sampai dengan
melakukan kontak sosial. Dalam hal ini remaja harus diawasi oleh orang dewasa atau orang tua dan peran laki-laki dan perempuan dalam berkencan.
5 Perkembangan Proaktivitas Desmita 2010:226 Salah satu upaya penting yang harus dilakukan oleh sekolah
dalam mengembangkan sikap proaktif remaja adalah dengan melibatkan remaja secara aktif dala proses belajar, belajar tidak lagi dipahami sebagai kegiatan
menghafal atau mengingat melainkan suatu proses aktif untuk mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu menyerap berbagai pengalaman melalui
proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu, sehingga terjadi perubahan dalam diri individu tersebut.
Desmita 2010:225 Bahwa proaktivitas merupakan manusia memiliki kemampuan untuk mengambil inisiatif, manusia proaktif mampu mengambil inisiatif
dan memilih bertindak daripada ditindaki. Mengambil inisiatif bukan berarti mendesak menjengkelkan atau agresif melainkan cermat penuh kesadaran dan
sensitive terhadap sesuatu yang ada disekitarnya. 6 Perkembangan Resilinsi
Desmita 2010:228 Resilinsi adalah kemampuan atau kapasitas insane yang dimiliki sesorang, kelompok atau masyrakat yang memungkinkananya untuk
menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menhilangkan dampak mengubah kondisi kehidupan yang menyesarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk
diatasi. Remaja yang resilien dicirikan sebagai individu yang memiliki kompetensi secara sosial, dengan keterampilan-keterampilan hidup seperti: pemecahan masalah,
berpikir kritis, kemampuan mengambil inisiatif, kesadaran akan tujuan dan prediksi masa depan yang positif bagi dirinya sendiri, Desmita 2010:229.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini menggunakan aspek-aspek dalam Perkembangan sosial dari Desmita yang meliputi: perkembangan individu dan
identitas, perkembangan hubungan dengan orang tua, perkembngan dengan teman sebaya, perkembangan seksualitas, perkembangan proaktivitas, perkembangan
resilinsi dikarenakan aspek aspek menurut Desmita mencakup keseluruhan dan lebih terperinci.
2.3.4 Bentuk-bentuk Perkembangan Sosial dalam Tingkah Laku