Langkah –langkah Analisis Faktor

j. Residuals Residuals adalah selisih antara korelasi yang terobservasi berdasarkan input correlation matrix dan korelasi hasil reproduksi yang diestimasi dari matriks faktor. k. Scree Plot Scree Plot adalah sebuah plot dari eigenvalue untuk menentukan banyaknya faktor.

2.10 Langkah –langkah Analisis Faktor

Langkah-langkah dalam analisis faktor adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah meliputi beberapa kegiatan. Pertama, tujuan analisis faktor harus diidentifikasi. Variabel yang akan digunakan dalam analisis faktor harus dispesifikasi berdasarkan penelitian sebelumnya, teori dan pertimbangan subjektif dari peneliti. Pengukuran variabel berdasarkan skala interval dan ratio. Besarnya sampel harus tepat, sebagai petunjuk umum besarnya sampel paling sedikit empat atau lima kali banyaknya variabel.

2. Membentuk matriks korelasi

Proses analisis didasarkan pada suatu matriks korelasi antar variabel. Agar analisis faktor menjadi tepat, variabel-variabel yang dikumpulkan harus berkorelasi, dilakukan perhitungan matriks korelasi ∑ pxp . Matriks korelasi digunakan sebagai input analisis faktor. Table 2.1 Korelasi antar variabel X 1 X 2 X 3 … X p X 1 1 X 2 1 X 3 1 … … … … 1 X p … 1

3. Menentukan metode analisis faktor

a. Menghitung nilai karakteristik nilai eigen Perhitungan nilai karakteristik nilai eigen, dimana perhitungan ini berdasarkan persamaan karakteristik : Det A – λl = 0 2.8 Dengan : A = matriks korelasi λ = nilai eigen l = matriks identitas Nilai eigen adalah jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor Anton Howard, 2000 b. Menghitung vektor karakteristik eigenvector Penentuan vektor karakteristik eigenvector yang bersesuaian dengan nilai karakteristik nilai eigen, yaitu dengan persamaan : Ax = λx 2.9 Dengan : X = eigenvector Anton Howard, 2000

4. Menentukan banyaknya faktor

Ada beberapa prosedur yang dapat dipergunakan dalam menentukan banyaknya faktor yaitu: a. Penentuan berdasarkan Nilai Eigen Pada pendekatan ini, hanya faktor dengan nilai eigen lebih besar dari satu yang dipertahankan. Nilai eigen merepresentasikan besarnya sumbangan dari faktor terhadap varians seluruh variabel aslinya. Hanya faktor dengan varians lebih besar dari satu yang dimasukkan dalam model. Faktor dengan varians lebih kecil dari satu tidak lebih dari variabel asli, sebab variabel yang dibakukan distandarisasi yang berarti rata-ratanya nol dan variansinya satu. b. Penentuan berdasarkan Scree Plot Scree Plot merupakan plot dari nilai eigen terhadap banyaknya faktor dalam ekstraksinya. Bentuk plot yang dihasilkan digunakan untuk menentukan banyaknya faktor. Biasanya plot akan berbeda antara slope tegak faktor, dengan nilai eigen yang besar dan makin kecil pada sisa faktor yang tidak perlu diekstraksi. c. Penentuan berdasarkan Persentase Varians Dalam pendekatan ini, banyaknya faktor yang diekstraksi ditentukan berdasarkan persentasi komulatif varians mencapai tingkat yang memuaskan peneliti. Tingkat persentase komulatif yang memuaskan peneliti tergantung kepada permasalahnnya. Sebagai petunjuk umum bahwa ekstraksi faktor dihentikan kalau kumulatif persentase varians sudah mencapai paling sedikit 60 atau 75 dari seluruh varians variabel asli. Menghitung matriks faktor loading Matriks loading factor Λ diperoleh dengan mengkalikan matriks eigenvector V dengan akar dari matriks eigenvalue L atau dalam persamaan matematis ditulis : Λ = V x √L 2.10

5. Melakukan rotasi terhadap faktor

Sebuah ouput penting dari analisis faktor adalah matriks faktor atau disebut juga sebagai matriks faktor pola. Matriks faktor mengandung koefsien yang digunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan distandarisasi dinyatakan dalam faktor. Koefsien-koefsien tersebut atau faktor loading merupakan korelasi antara faktor dengan variabelnya. Sebuah koefsien dengan nilai absolute yang besar mengindikasikan bahwa faktor dan variabel berkorelasi kuat. Koefsien tersebut bisa digunakan untuk menginterpretasi faktor. Dalam merotasi faktor, diharapkan setiap faktor memiliki loading faktor atau koefsien yang tidak nol, atau signifikan hanya untuk beberapa variabel, atau diharapkan setiap variabel memiliki faktor loadings signifikan hanya dengan sedikit faktor, atau kalau mungkin dengan sebuah faktor. Rotasi tidak berpengaruh terhadap komunalitas dan persentase total varians yang dijelaskan. Namun demikian, rotasi berpengaruh terhadap persentase varians dari setiap faktor. Beberapa metode rotasi yang bisa digunakan adalah orthogonal rotation , varimax rotation , dan oblique rotation . Orthogonal rotation adalah kalau sumbu dipertahankan tegak lurus sesamanya bersudut 90 derajat. Yang paling banyak digunakan adalah varimax rotation, yaitu rotasi orthogonal dengan meminimumkan banyaknya variabel yang memiliki loadings tinggi pada sebuah faktor, sehingga lebih mudah menginterpretasi faktor. Rotasi orthogonal menghasilkan faktor-faktor yang tidak berkorelasi. Oblique rotation adalah jika sumbu-sumbu tidak dipertahankan harus tegak lurus sesamanya bersudut 90 derajat dan faktor-faktor berkorelasi. Kadang-kadang mentoleransi korelasi antar faktor-faktor bisa menyederhanakan matriks pola faktor. Oblique rotation harus dipergunakan kalau faktor dalam populasi berkorelasi sangat kuat.

6. Membuat interpretasi hasil rotasi terhadap faktor

Interpretasi dipermudah dengan mengidentifikasi variabel yang loadingnya besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian dapat diinterpretasikan menurut variabel-variabel yang memiliki loading tinggi dengan faktor tersebut. Cara lain yang bias digunakan adalah melalui pivot variabel dengan faktor loading sebagai koordinat. Variabel yang berada pada akhir sebuah sumbu adalah variabel yang memiliki loading tinggi hanya pada faktor yang bersangkutan, sehingga bias digunakan untuk mengiterpretasi faktor. Variabel yang berada di dekat titik origin memiliki loading yang rendah terhadap kedua faktor. Variabel yang tidak berada di dekat sumbu mengindikasi bahwa variabel tersebut berkorelasi dengan kedua faktor. Jika sebuah faktor tidak bias secara jelas didefinisikan dalam batas variabel awalnya, maka disebut faktor umum.

7. Menentukan ketepatan model model fit

Langkah terakhir dalam analisis faktor adalah menentukan ketepatan model model fit. Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis faktor adalah korelasi terobservasi dapat menjadi atribut dari faktor atau komponen. Untuk itu, korelasi terobservasi dapat direproduksi melalui estimasi korelasi antara variabel terhadap faktor. Selisih antara korelasi dari data observasi dengan korelasi reproduksi dapat digunakan dengan mengukur ketepatan model. Selisih tersebut sebagai residuals. Jika banyak residual yang besar residual 0.05, berarti model faktor yang dihasilkan tidak tepat sehingga model perlu dipertimbangkan kembali.

BAB 3 PEMBAHASAN DAN HASIL

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FMIPA USU yang sedang menyelesaikan skripsi. Jumlah mahasiswa yang menyelesaikan skripsi untuk tahun ajaran 2015 adalah 354 orang data diperoleh dari Direktori USU Tabel 3.1 Daftar jumlah mahasiswa yang menyelesaikan tugas skripsi Tahun 2015 No Jurusan Jumlah Mahasiswa 1 Biologi Reguler S1 57 2 Kimia Reguler S1 53 3 Matematika Reguler S1 68 4 Fisika Reguler S1 76 5 Matematika Ekstensi S1 35 6 Kimia Ekstensi S1 39 7 Fisika Ekstensi S1 26 Total 354 Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 78 responden. Langkah – langkah dalam penentuan sampel, tahap pertama adalah menentukan banyaknya jumlah sampel dari seluruh populasi yang telah diketahui dan kemudian tentukan tingkat presisi yang ditetapkan yaitu 10 dengan rumus slovin sebagai berikut : n = n = n = = 77, 97 n = 78 responden Jadi, jumlah sampel adalah 78 responden