Gaya Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan

35 4. Jika perusahaan ingin meraih apresiasi dari penyediaan jasa-jasa pegawai, perusahaan haruslah melakukan program komunikasi yang ekstensif dan terencana dengan baik. II.2. Gaya Kepemimpinan II.2.1. Pengertian Kepemimpinan Terdapat banyak definisi dan teori tentang kepemimpinan. Salah satunya menyatakan bahwa kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan Sutaro 2003 Selanjutnya Stoner 1994 mengatakan kepemimpinan adalah sebagai proses pengarahan dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan tugas para anggota kelompok. Begitu juga Robbins 1996 menyatakan Secara lebih luas definisi yang dapat mencakup semua pendekatan terhadap kepemimpinan adalah sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Gaya kepemimpinan adalah suatu gaya yang digunakan oleh seorang pemimpim untuk mempengaruhi bawahan Winardi 2000. Adapun gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah : gaya pemimpin yang otokratis yang didasarkan atas kekuatan pada tangan seseorang, gaya kepemimpinan demokratis hanya memberi perintah setelah mengadakan konsultasi terlebih dahulu dengan bawahan, gaya kepemimpinan laissez faire tidak pernah mengendalikan bawahannya sepenuhnya. 36 Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, maka kepemimpinan adalah aktivitas dan pola prilaku yang secara konsisten diterapkan dalam bekerja dengan dan melalui orang lain. Agar kepemimpinan menjadi efektif maka pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan organisasi harus diberikan oleh pemimpin. Menurut Reksohadiprodjo dan Handoko 2001 : ‘Tanpa kepemimpinan suatu organisasi adalah kumpulan orang–orang dan mesin-mesin yang tidak teratur. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi membujuk orang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias. Ini merupakan faktor manusiawi yang mengikat sebagai suatu kelompok bersama dan memotivasi mereka dalam pencapaian tujuan.” Kegiatan-kegiatan manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengambilan keputusan merupakan kepompong yang tidur tidak aktif, sampai pemimpin cepat bertindak untuk menumbuhkan motivasi setiap orang dan mengarahkan mereka mencapai tujuan. Kepemimpinan merubah sesuatu yang potensial menjadi kenyataan. Ini adalah kegiatan pokok yang memberikan sukses bagi semua hal yang potensial, yaitu suatu organisasi dan anggota-anggotanya. Keadaan ini menggambarkan suatu kenyataan bahwa kepemimpinan sangat diperlukan jika suatu organisasi atau perusahaan ingin sukses. Selain itu organisasi atau perusahaan memiliki perbedaan dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana aspek kepemimpinan dapat bekerja secara efektif. 37 Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai dan pencapaian tujuan perusahaan. Pemilihan gaya kepemimpinan yang benar dan tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan perorangan maupun tujuan organisasiperusahaan. Dengan gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dapat mengakibatkan pencapaian tujuan organisasi akan terbengkalai dan pengarahan terhadap pegawai akan menjadi tidak jelas, dimana hal ini dapat mengakibatkan ketidak puasan pada anggota dan pegawai. Terdapat tiga tipe utama teori jalur tujuan kepemimpinan Robbins, 1996 yaitu: 1. Kepemimpinan direktif, Kepemimpinan direktif adalah dimana bawahan tahu senyatanya apa yang diharapkan darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin. Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan. 2. Kepemimpinan suportif, Kepemimpinan suportif adalah kepemimpinan model ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap bawahannya. 3. Kepemimpinan partisipatif, Kepemimpinan partisipatif adalah gaya kepemimpinan ini pemimpin berusaha meminta dan mempergunakan saran-saran dari bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada padanya. 38 Menurut teori Path Goal ini macam-macam gaya kepemimpinan tersebut dapat terjadi dan dipergunakan sesuai kepentingan oleh pemimpin yang sama dalam situasi yang berbeda. Dalam kajian lain terdapat tiga model gaya kepemimpinan yaitu otocratic, democratic dan laissez-faire yang mana ketiga model gaya kepemimpinan ini masing- masing memiliki kelebihan dan kekurangan. 39 Tabel II.1. Model Gaya Kepemimpinan Otokratis Demokratis Laissez – Faire 1. Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin. 2. Teknik – teknik dan langkah – langkah kegiatan adidikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah – langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkat yang luas. 3. Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama setiap anggota. 4. Pemimpin cenderung menjadi “ pribadi “ dalam pujian dan kecamannya terhadap anggota mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya. 1. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan pemimpin 2. Kegiatan – kegiatan didiskusikan langkah – langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat dan bila dibutuhkan petunjuk – petunjuk teknis, pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang akan dipilih. 3. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pmbagian tugas ditentukan oleh kelompok. 4. Pemimpin adalah objektif atau fact- minded dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan. 1. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan partisipasi minimal dari pemimpin. 2. Bahan – bahan yang bermacam – macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada saat ditanya. Dia tidak mengambil bagian dalam diskusi kerja. 3. Sama sekali tidak partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas. 4. Kadang – kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian. Sumber : Robbins 1996 40 Terdapat alternatif lain gaya kepemimpinan yang lain dalam usaha untuk dapat menguasai dan mempengaruhi serta memotivasi orang lain, maka diperlukan suatu keputusan untuk mengambil gaya kepemimpinan seperti apa yang paling sesuai bagi kebutuhan pegawai dan organisasi yang harus disesuaikan dengan budaya perusahaan. Selanjutnya Arip dan Tanjung 2003 mengatakan adapun bentuk-bentuk gaya kepemimpinan lain pada prinsipnya sama dan dapat diadopsi adalah : 1. Democratic Leadership Democratic Leadership adalah suatu gaya kepemimpinan yang menitik beratkan pada kemampuan untuk menciptakan moral dan kemampuan untuk menciptakan kepercayaan. 2. Dictorial atau Autocratic Leadership Dictorial atau Autocratic Leadership adalah gaya kepemimpinan yang menitik beratkan pada kesanggupan untuk memaksakan keinginan yang mampu mengumpulkan pengikut-pengikut untuk kepentingan pribadi atau golongan dengan kesediaan untuk menerima segala resiko. 3. Paternalistik Leadership Paternalistik Leadership yaitu bentuk antara gaya yang pertama democratic dan kedua dictorial diatas yang pada dasarnya kehendak pemimpin juga harus berlaku, namun dengan jalan atau melalui unsur-unsur demokratik. 41 4. Free Rein Leadership Free Rein Leadership ialah suatu gaya kepemimpinan yang 100 menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijaksanaan pengoperasian MSDM kepada bawahan dengan hanya berpegang pada ketentuan-ketentuan pokok yang ditetapkan oleh atasan mereka. Disini pimpinan hanya sekedar mengawasi dan menerima laporan kebijaksanaan pengoperasian yang telah dilaksanakan oleh bawahan. Hal terpenting dari gaya kepemimpinan adalah setiap pemimpin dalam menentukan gaya kepemimpinannya harus mampu disesuaikan dengan situasi, kondisi pada waktu dan tempat tertentu. Ini harus berlaku secara universal agar gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasiperusahaan menjadi efektif.

II.2.2. Ukuran-Ukuran Efektifitas Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin., dimana dalam penerapannya terdapat konsekuensi terhadap diri si pemimpin. Arip dan Tanjung 2003 yaitu : 1. Harus berani mengambil keputusan sendiri secara tegas dan tepat. 2. Berani menerima resiko sendiri. 3. Berani menerima tanggung jawab sendiri 42 Selanjutnya kepemimpinan dikatakan baik apabila memiliki tiga azas Kartono ,2000 sebagai berikut : 1. Kemanusiaan Kemanusiaan adalah mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan, pembimbingan manusia oleh manusia, untuk mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu demi tujuan-tujuan human. 2. Efisiensi Efisiensi adalah efisiensi teknis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber, materil dan manusia atas prinsip penghematan dan adanya nilai- nilai ekonomis serta azas-azas manajemen modern. 3. Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata menuju pada taraf kehidupan yang lebih tinggi. Jika seorang pemimpin memiliki ketiga azas di atas maka dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin memiliki kepemimpinan yang baik. Selanjutnya Thoha 2004 menyatakan dalam teori sifat traith theory, ada empat sifat umum kepemimpinan organisasi yang efektif yaitu : 1. Kecerdasan. 2. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. 3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi. 4. Sikap-sikap hubungan kemanusiaan. 43 Apa yang disebutkan di atas merupakan salah satu daftar dari sekian daftar sifat-sifat kepemimpinan organisasi yang amat penting. Dalam teori jalur tujuan Robbins ,1996 mengemukakan beberapa ciri yang dimiliki seorang pemimpin yang efektif antara lain : 1. Pemimpin direktif a. Membiarkan para bawahan tahu apa yang diharapkan dari bawahan b. Menjadwalkan kerja untuk dilakukan c. Memberi bimbingan khusus bagaimana menyelesaikan tugas 2. Pemimpin partisipasif a. Pemimpin yang berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan b. Ikut terlibat dalam permasalahan yang dihadapi para bawahan 3. Pemimpin suportif a. Bersifat ramah b. Menunjukan kepedulian akan kebutuhan bawahan c. Selalu memberikan pujian dan penghargaan kepada anggotanya Jika seorang pemimpin mampu mngkondisikan ketiga prilaku ini maka gaya kepemimpinan yang dimilikinya akan dapat menunjang suatu pencapaian produktivitas yang tinggi bagi bawahannya. 44 II.3. Produktivitas II.3.1. Pengertian Produktivitas