6 yang digambarkan dalam ikatan keluarga menjadi model intelektual dalam
menjalankan usaha. Berdasarkan uraian yang telah dibahas sebelumnya, maka penulis tertarik
untuk mengetahui apakah ikatan keluarga yang kuat dapat mendorong keberhasilan usaha, sehingga peneliti memutuskan untuk membuat penelitian
yang berjudul
“Pengaruh Ikatan Keluarga Terhadap Keberhasilan Usaha Keluarga Studi Kasus Pada Toko Jam di Jalan Surabaya Medan Dan
Sekitarnya”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Apakah ikatan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha keluarga pada usaha toko jam di jalan Surabaya Medan dan sekitarnya?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan didalam penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh ikatan keluarga terhadap keberhasilan usaha keluarga pada usaha toko jam di jalan
Surabaya Medan dan sekitarnya.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Bagi Wirausaha Sebagai sumber informasi untuk menjadi pertimbangan bagi para
wirausahawan dalam mendirikan usaha keluarga dan sebagai bahan masukan kepada wirausahawan mengenai bagaimana pentingnya menerapkan faktor-
faktor yang mendorong dalam keberhasilan usaha keluarga.
Universitas Sumatera Utara
7 2. Bagi Peneliti
Memberikan kontribusi bagi pemikiran untuk memperluas cakrawala berpikir ilmiah dalam bidang kewirausahaan, khususnya dalam menjalankan usaha.
3. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan refrensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam
mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikatan Keluarga 2.1.1 Pengertian Ikatan Keluarga
Ikatan keluarga merupakan suatu hubungan yang erat antara satu keluarga yang memiliki hubungan darah maupun hubungan perkawinan dalam suatu rumah
tangga, hubungan tersebut dapat terjadi dalam tempat yang sama ataupun dalam tempat yang berbeda.
Menurut Nasution 2001:20 ikatan keluarga adalah hubungan antara dua atau lebih anggota keluarga yang tergabung dalam hubungan darah, hubungan
perkawinan, dan berinteraksi satu sama lainnya di dalam suatu rumah tangga.Soekanto 2001 : 18 juga mengatakan bahwa ikatan keluarga adalah
anggota keluarga yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki hubungan perkawinan atau hubungan darah dalam satu rumah maupun berbeda rumah.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang dikatakan dengan ikatan keluarga adalah anggota keluarga yang terdiri dari dua orang atau
lebih dan memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Keluarga juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga inti
conjugal family
dan keluarga kerabat
consanguine family
.
1. Conjugal Family
Conjugal Family
didasarkan atas ikatan perkawinan dan terdiri dari suami,
istri, dan anak-anak mereka yang belum kawin.
2. Consanguine Family
Universitas Sumatera Utara
9
Consanguine Family
tidak didasarkan pada pertalian suami istri, melainkan pada pertalian darah atau ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat.
2.1.2 Manfaat Ikatan Keluarga
Manfaat keterkaitan anggota keluarga dalam bisnis menurut Longenecker
et a
l 2001:35: 1.
Memperkuat ikatan persaudaraan dalam bisnis keluarga, 2.
Perusahaan dapat menggunakan tema keluarga bersangkutan didalam periklanan dan membuatnya berbeda dari pesaing,
3. Anggota keluarga mau mengorbankan pendapatnya untuk keperluan
perusahaan, 4.
Motivasi anggota keluarga untuk kerja kuat dalam pengelolaan yang rapi dan baik.
2.1.3 Dimensi Ikatan Keluarga
Dimensi yang harus dibangun dalam ikatan keluarga dalam kaitannya dengan usaha keluarga memiliki beberapa dimensi. Nyomman 2011 : 47
mengatakan bahwa dimensi ikatan keluarga dalam kaitannya dengan usaha keluarga adalah : kepercayaan, komitmen dan kerjasama.
a. Kepercayaan
Usaha dibangun oleh kepercayaan
trust
. Itu kata orang bijak. Kepercayaan para pelanggan, pemasok, karyawan serta
stakeholder
lainnya bertalian satu sama lain. Dengan kata lain bahwa bisnis akan habis pada saat
kepercayaan sudah tidak ada lagi diantara para pihak dimaksud.
Universitas Sumatera Utara
10 Pada perusahaan keluarga,
trust
diantara para anggota keluarga sangatlah penting. Kepercayaan bahwa mereka saling menjaga dan berkomitmen terhadap
perusahaan, kepercayaan bahwa seluruh anggota keluarga telah menjalankan perannya masing-masing yang sering disebut
altruismtrust
menjadi modal utama dalam mengelola perusahaan.
Dalam hubungannya dengan
trust
tersebut, para ahli perusahaan keluarga mengemukakan apa yang dikenal dengan
the cycle of trust
yang merupakan siklus saling percaya yang wajib dijaga dan dipelihara oleh seluruh anggota keluarga
dalam rangka menjaga harmonisasi hubungan antara perusahaan dan keluarga. Siklus tersebut berjalan seiring dengan tahapan-tahapan perusahaan. Ada
tiga kepercayaan yang wajib saling dijaga sesuai dengan siklusnya menurut Chairman, 2011 : 102:
1. Pertama, saling kepercayaan antar pribadi atau yang dikenal dengan
interpersonal trust,
2. Kedua, adanya kepercayaan kompetensi atau
competence trust,
3. Ketiga, dengan semakin besarnya perusahaan, semakin banyaknya pihak-
pihak yang bergabung dan berkepentingan terhadap perusahaan. Berdasarkan kutipan di atas maka dapat dipahami bahwa dalam menjalin
ikatan keluarga, maka yang harus dijaga dan dipelihara dalam usaha keluarga adalah adanya saling kepercayaan di antara anggota keluarga yang membangun
usaha bersama, adanya saling mencurigai dan tidak saling percaya akan mengakibatkan tidak berjalannya usaha dengan baik. Selain saling kepercayaan
yang perlu di tanam di antara ikatan keluarga adalah adanya kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
11 kompetensi yaitu meyakini dan mempercayai terhadap kemampuan antara satu
dengan yang lain dalam membangun usaha yang sedang dijalankan. Apalagi pada saat persoalan perusahaan semakin kompleks, maka setiap anggota keluarga yang
ikut dalam perusahaan dituntut memiliki kompetensi tertentu untuk dapat berkontribusi terhadap jalannya perusahaan.
Usaha yang dibangun dengan banyaknya anggota keluarga yang terlibat, maka seluruh anggota keluarga dan setiap elemen harus yakin bahwa sistem yang
ada di perusahaan telah berjalan dengan layak. Inilah yang dikenal dengan
system trust
. Keyakinan bahwa system telah berjalan dengan layak pada tahap ini sangatlah penting.
Perusahaan keluarga dituntut untuk memastikan siklus kepercayaan ini berjalan dengan baik agar terjadi harmonisasi di dalam keluarga dan juga dalam
hubungan antara keluarga dan perusahaan. Apabila tidak, maka dapat dipastikan bahwa keharmonisan keluarga akan terganggu dan perusahaan akan berada pada
ambang kehancuran. Mishra Mishra 2008 mengkonseptualisasikan aspek-aspek dari
kepercayaan sebagai berikut :
a. Reliability
Seseorang dikatakan
reliable
ketika berperilaku dalam cara yang seimbang dan konsisten. Bertanggung jawab melakukan apa yang dikatakan untuk
dilakukannya. Melakukan sesuatu ketika memiliki kemauan dan akan menunjukkannya ketika ada keinginan dan juga dapat diandalkan. Mengingat hal-
hal yang penting bagi orang lain dan menjadi sumber kenyamanan dan
Universitas Sumatera Utara
12 keseimbangan dalam kehidupan orang tersebut. Kepercayaan tanpa aspek ini
membuat orang lain tidak akan memberikan kesempatan kedua.
Reliability
memerlukan kata-kata dan tindakan. Adanya ketidakkonsistenan antara kata-kata dan tindakan menurunkan kepercayaan yang juga menyiratkan penjagaan
komitmen seseorang. Orang-orang akan lebih mungkin untuk mempercayai pemimpin yang
reliable
karena itu dapat mengurangi ketidakpastian akan perilaku pemimpin.
b.
Openness
Keterbukaan merupakan kemauan untuk jujur dan terbuka dalam berhubungan dengan orang lain. Individu akan lebih mau mempercayai perkataan
seseorang apabila mereka yakin bahwa orang tersebut berkatajujur. Adanya keterbukaan dari diri sendiri juga akan mendorong orang lain untuk lebih terbuka.
Jika seseorang itu jujur dengan tetangga, rekan kerja atau anggota keluarganya, maka orang lain akan lebih mau untuk terbuka kepadanya. Menjadi terbuka juga
termasuk berlaku wajar dan mau berbagi informasi atau pandangan. Pemimpin menunjukkan
openness
dengan berbagi informasi dan jujur terhadap satu sama lain. Minimalnya, menjadi terbuka berarti tidak berbohong kepada pihak lain.
Sedangkan dalam level terbesarnya,
openness
berarti penuh penyingkapan
disclosure.
Sifat kepercayaan dalam istilah
openness
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dikembangkan dibandingkan dengan kepercayaan berdasarkan
reliability
karena tidak hanya melibatkan perkataan akan kebenaran saja, tetapi juga pernyataan informasi mengenai maksud dan harapan seseorang, dan bagi
pemimpin hal ini dapat melibatkan informasi sensitif yang tinggi. Komunikasi
Universitas Sumatera Utara
13 yang jujur dan terbuka dapat mengurangi ketidakpastian dan ambiguitas karena
membuat tujuan, agenda dan sasaran lebih transparan.
Openness
sebagai konstruk dari kepercayaan merupakan pertumbuhan informasi. Informasi dibagikan untuk
dapat menyelesaikan pekerjaan atau bersifat pribadi diantara
trustee
dan
trustor.
c.
Competence
Individu tidak ingin mempercayai orang lain sampai orang tersebut dapat melakukan pekerjaan tersebut bahkan ketika sebelumnya orang tersebut
digambarkan sebagai seseorang yang
reliable
dan jujur. Pengalaman langsung dengan orang lain merupakan cara yang lebih meyakinkan untuk memperlihatkan
kompetensi yang dimiliki. Pemimpin menunjukkan kompetensi mereka dengan menemukan dan melebihi harapan kinerja dan memberikan hasil yang mendukung
tujuan dan sasaran strategi organisasi. Pengikut ingin tahu apakah mereka dapat bergantung pada pemimpin mereka untuk menjadi kompeten dalam
menyelesaikan masalah dan mengarahkan mereka kepada solusi. Pengikut akan lebih mungkin untuk merespon usaha yang dikembangkan oleh pemimpin apabila
mereka percaya bahwa pemimpin memiliki pengetahuan dan kemampuan yang penting untuk mengasah bakat dan kekuatan mereka.
Competene
mengacu pada kapabilitas dan keahlian individu untuk dapat tampil dalam tugas-tugas yang spesifik. Perasaan mampu atau kompeten merupakan
pusat dari kepercayaan dalam hubungan pemimpin dan pengikutnya karena pengikut tidak akan mungkin mengembangkan kepercayaan terhadap pemimpin,
kecuali jika mereka percaya bahwa pemimpin mampu melaksanakan peran kepimimpinan Whitener, Korsgaard Werner, 1998. Pemimpin juga
Universitas Sumatera Utara
14 dikarakteristikkan dengan bagaimana pengikutnya mempercayai mereka untuk
membuat keputusan yang kompeten. d.
Compassion
Memiliki
compassion
terhadap orang lain berarti harus mau mengesampingkan kepentingan pribadi untuk bisa menjadi benar-benar empati
terhadap orang lain. Yang juga berarti harus meletakkan kepentingan orang lain sama atau di atas kepentingan sendiri.
Compassion
memerlukan waktu yang lama untuk dapat ditunjukkan karena membutuhkan pemahaman atau empati terhadap
kebutuhan dan kepentingan orang lain.
Compassion
dari pemimpin juga dapat membangun
hubungan positif
dengan karyawannya.
Pemimpin yang
menunjukkan
compassion
lebih mungkin untuk meningkatkan hubungan yang membantu perkembangan individu dan pertumbuhan bersama. Seorang individu
yang memiliki
compassion
terhadap orang lain berarti ia harus memiliki kemauan untuk mengatur kepedulian diri sehingga bisa benar-benar berempati terhadap
orang lain. Percaya dalam hal
concern
berarti bahwa kepentingan diri tersebut seimbang dengan minat dalam kesejahteraan orang lain Mishra, 1996.
Maxwell 2002 mengindikasikan indikator-indikator kepercayaan, yaitu: 1.
Kejujuran, yaitu dengan adanya kejujuran anggota tim akan menciptakan rasa saling percaya.
2. Pemberian tugas, yaitu dengan pemberian tugas pada anggota tim berarti
telah memberikan
kepercayaan bahwa
anggota tim
mampu melaksanakannya.
Universitas Sumatera Utara
15 3.
Integritas, yaitu setiap anggota dianggap memiliki integritas atau bersikap sebenarnya
truthfulness
dalam bekerja.
d. Komitmen