59 melihat nilai rata- rata mean NIM 6.93, maka dapat disimpulkan bahwa secara
statistik statistik nilai rata- rata NIM pada Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011- 2014 diatas 6, dan standar yang ditetapkan Bank
Indonesia minimal 6. Sementara untuk nilai standart deviasi sebesar 2.49 masih lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai mean-nya yaitu sebesar 6.93. Dengan
demikian simpangan data pada rasio NIM pada penelitian ini dapat dikatakan baik.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Didalam pengujian asumsi klasik, peneliti akan melakukan uji atas data-data yang telahdiperoleh yang disebut dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik
dilakukanuntuk melihat apakah data telah terdistribusi dengan normal dengan ujinormalitas, dan untuk melihat apakah penelitian tersebut terjadi
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi atau tidak.
4.2.2.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk
lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke
kanan. Dengan adanya tes normalitas, maka hasil penelitian kita bisa digeneralisasikan pada populasi. Dalam pandangan statistik itu sifat dan
karakteristik populasi adalah terdistribusi normal Situmorang dan Lutfi, 2014:114.
60 Ghozali, 2005:110 untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui uji statistikdan analisis grafik. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan uji statistik non parametric Kolmogorov-Smirnov K-S dan melalui analisis grafik, yaitu dengan melihat
pendekatan grafik histogram dan grafik normal probability plot. Hipotesis Nol H0 : Data terdistribusi secara normal
Hipotesis Altenatif Ha : Data tidak terdistribusi secara normal
• Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima,
• sedangkan jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak.
Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4. 2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual N
44 Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation
.61251970 Most Extreme Differences
Absolute .083
Positive .055
Negative -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .547
Asymp. Sig. 2-tailed .925
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dideskripsikan besarnya Kolmograv- Smirnov K-S adalah 0.547 dan signifikansi 0.925. Hal ini menunjukkan bahwa data
61 tersebut telah berdistribusi normal karena nilai signifikansinya atau Asymp. Sig.
2-tailed lebih besar dari 0.05 yakni 0.925 Selain uji Kolmograv – Smirnov, hasil uji normalitas juga dapat dilihat pada
diagram histogram dan Normal Probability Plot yang ditampilkan pada gambar 4.1 dan 4.2 berikut ini:
Gambar 4. 1 Histogram Uji Normalitas Sumber : Output SPSS 18.00 Data diolah
Grafik Histogram pada gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa distribusi data memiliki kurva berbentuk lonceng dimana distribusi data tidak menceng ke
kiri maupun menceng ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal ini juga didukung dengan hasil uji normlitas
dengan menggunakan grafik plot
62
Gambar 4. 2 Grafik Normal Probability Plot Sumber : Output SPSS 18.00 Data diolah
Gambar 4.2 merupakan grafik Normal Probability Plot yang menunjukkan bahwa titik- titik data menyebar di sekitar garis diagonal. Hal tersebut
menunjukkan Hal tersebut berarti data berdistribusi normal. Hasil pengujian dengan grafik histogram dan grafik Scatter plotsejalan dengan hasil pengujian
dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov, yaitu yang berkesimpulan bahwa data telah terdistribusi normal.
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan sadanya korelasi antara variabel independent. Model yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas.Suatu model regresi yang bebas dari masalah multikolinearitas apabila mempunyai nilai
tolerance lebih dari 0.10 dan nilai Variance Inflation Factor VIF kurang dari 5 Ghozali, 2011.
63
Tabel 4. 3 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF 1
Constant 4.794
1.241 3.861
.000 LDR
-.094 .016
-.828 -5.946
.000 .414
2.418 NPL
-.013 .060
-.022 -.223
.825 .823
1.216 EAR
.015 .045
.032 .321
.750 .783
1.276 LAR
.102 .024
.560 4.157
.000 .442
2.265 CAR
-.215 .061
-.460 -3.533
.001 .472
2.117 NIM
.471 .061
1.047 7.695
.000 .433
2.309 a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Output SPSS 18.00 Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai Tolerance dari masing- masing variabel lebih besar dari 0.10, yaitu pada variabel LDR sebesar 0.414,
variabel NPL sebesar 0.823, variabel EAR sebesar 0.783, variabel LAR sebesar 0.442, variabel CAR sebesar 0.472 dan pada variabel NIM sebesar 0.433. Selain
itu, nilai Variance Inflation Factor VIF untuk masing- masing variabel juga lebih kecil dari 5 yakni, untuk variabel LDR sebesar 2.418, variabel NPL sebesar
1.216, variabel EAR sebesar 1.276, variabel LAR sebesar 2.265, variabel CAR sebesar 2.117 dan pada variabel NIM sebesar 2.309. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak terdapat gejala Multikolinearitas.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
64 pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, dapat
disimpulkan adanya problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena penelitian yang berurutan sepanjag waktu berkaitan satu sama lainnya Gozali, 2011. Uji
autokorelasi dapat diuji dengan menggunakan uji run test. Uji run test menunjukkan tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual, jika nilai test di atas
0.05. Berikut ini adalah tabel 4.3 yang menunjukkan hasil uji autokorelasi.
Tabel 4. 4
Hasil uji autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual Test Value
a
.05213 Cases Test Value
22 Cases = Test Value
22 Total Cases
44 Number of Runs
26 Z
.763 Asymp. Sig. 2-tailed
.446 a. Median
Sumber : Output SPSS 18.00 Data diolah
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai Asymp sig 2- tailed lebih besar dari 0.05 yakni 0.446 Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data
pada penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain Ghozali 2011:105. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
65 heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratut bergelombang,
melebar kemudian menyempit, maka terjadi heteroskedasitas. Adapun hasil uji heteroskedasitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.3
Gambar 4. 3 Grafik scatterplot Sumber : Output SPSS 18.00 Data diolah
Gambar uji scatter plot diatas menjelaskan bahwa data sampel tersebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Data tersebar baik berada
di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terdapat heterokodesitas dalam model regresi yang digunakan.
66
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian