Pengertian Etika Bisnis dalam Islam

“Ethnic represents a code of behaviour. Value define what is right and what is wrong behaviour.” Artinya, etika merupakan suatu kode perilaku, yakni nilai perilaku yang membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Tentu saja nilai salah dan benar tersebut merujuk kepada moral yang ditentukan oleh agama. 14 Adapun moral yang ditentukan dalam Islam itu bersumber dari Allah swt. Dan dipraktikkan oleh Rasulullah saw. Sebagaimana yang diterangkan dalam kitab Akhlaq Libanin bahwa Rasulullah di utus ke dunia untuk menyempurnakan akhlaq dan dengan akhlaq pula manusia akan memperoleh kebahagian dunia dan akhirat serta dicintai oleh manusia lain dan juga Allah swt. 15 Kita ketahui semakin maju peradaban dan kebudayaan manusia maka akan semakin banyak pula kreasi dan hasil daya cipta manusia dalam berbagai bentuk kreasi dan daya cipta itu dikembangkan untuk membantu memenuhi segala kebutuhan manusia baik lahir maupun batin. Maka diciptakanlah alat–alat pertanian, perindustrian, mesin–mesin dan sebagainya, yang hingga saat ini masih terus disempurnakan. Disisi lain, ada pihak yang menikmati hasil karya cipta barangbenda tersebut, umumnya saat ini mereka disebut konsumen, pengguna atau pemakai. 14 Drs. Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2002 h, 2. 15 Umar ibn Ahmad Baradja, Akhlaq Libanin Surabaya : C.V. Ahmad Nabhan, 1954 h, 4 Selanjutnya terjadilah proses saling memenuhi kebutuhan yang disebut perdagangan, perniagaan, atau bisnis. 16 Kata bisnis dalam Al–Qur’an biasanya yang digunakan al- tijarah, al–ba’i, tadayantum, dan isytara. Tetapi seringkali kata yang digunakan yaitu al–tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha, berasal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang. Menurut ar–Raghib al–Asfahani dalam al–Mufradat fi gharib al–Qur’an, at–tijarah bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan. 17 Demikian pula menurut Ibnu Arabi, yang dikutip ar–Raghib, fulanun tajirun bi kadza, berarti seseorang yang mahir dan cakap yang mengetahui arah dan tujuan yang diupayakan dalam usahanya. 18 Dalam Kamus Bahasa Indonesia, bisnis di artikan sebagai usaha dagang, usaha komersial di dunia perdagangan, dan bidang usaha. Skinner 1992, mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. Adapun dalam pandangan Straub dan Attner 1994, bisnis tak lain adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang- barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit. 19 Bisnis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan usaha individu yang terorganisir untuk 16 Pamoentjak, K.ST dan Ichsan, Achmad, Seluk – Beluk dan Teknik perniagaan, Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 1981, cet. Ke- 21 h.1 17 Drs. Muhammad dan R. Lukman Fauroni, Visi al – Qur’an : tentang Etika dan Bisnis, h.30. 18 Ibid. h,. 30 19 M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Wijayakusuma, Mengagas Bisnis Islami, h 15. menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. 20 Adapun bisnis Islami dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kuantitas, kepemilikan hartanya barangjasa termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya ada aturan halal dan haram. Islam mengkombinasikan nilai–nilai spiritual dan material dalam kesatuan yang seimbang dengan tujuan menjadikan manusia hidup bahagia di dunia dan di akhirat. 21 Dari uraian di atas, di ini dapatlah kita mendefinisikan etika bisnis Islam sebagai seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip–prinsip moralitas dan juga al–qur’an dan hadits yang telah di contohkan oleh Rasulullah saw. Adapun menurut Prof. Dr. Amin Suma SH, MM. yang dimaksud etika bisnis Islam ialah konsep tentang usaha ekonomi khususnya perdagangan dari sudut pandang baik dan buruk serta benar dan salah menurut standar akhlak Islam. 22 Oleh karena itu dalam ekonomi Islam yang berlandasan ketuhanan, maka tujuan akhir penciptaannya adalah ridho Allah swt dengan memegang syariat Islam dalam segala aktivitasnya 20 Buchari Alma, Penghantar Bisnis Bandung : Alfabeta, 1998, h.21 21 Drs. Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, h.3 22 Dr. Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam Jakarta : Kholam Publishing, 2008, cet. Ke-1 h.293 begitu pula dalam aktivitas ekonomi yang tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai etika ke Islaman. 23 Oleh karena itu agar mendapatkan suatu cakrawala yang luas dan mendalam akan dipaparkan aksioma-aksioma etika bisnis yang harus melandasi suatu bisnis yang berperspektif al–Qur’an yaitu : 1. Kesatuan Kesatuan di sini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, menjadi suatu “homogeneous whole” atau keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh. Dari konsepsi ini, maka Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan ekonomi atau etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horizontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam yang homogen yang tidak mengenal kekusutan dan keterputusan. Islam menempatkan integritas sebagai nilai tertinggi yang memandu seluruh perilakunya. Islam juga menilai perlunya kemampuan, kompetensi dan kualifikasi tertentu untuk melaksanakan suatu kewajiban. Dalam konteks prinsip tauhid yang bertujuan untuk mencari ridho Allah swt. dan cara-caranya yang tidak bertentangan 23 Yusuf qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam Jakarta : Gema Insani Press, 1997 cet. Ke-1 h.31 dengan syari’at Islam. 24 Akan logis kiranya jika manusia berperilaku baik dengan mematuhi segala ketentuan-Nya, hal itu harus ditunjukkan manusia sebagai khalifah dibumi ini. Dan hal itu pulalah yang harus tercermin dalam sifat-sifat terpuji Allah swt. yang terkandung dalam Asmaul Husna seperti sifat, ihsan, bijak, rahman, adil dan lainnya yang patut ditiru oleh manusia dalam mengelola bisnisnya, dalam pandangan seorang muslim sifat-sifat Allah swt. itu adalah standar etika dalam berperilaku. 25 2. Kesetimbangan Keadilan Kesetimbangan atau keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam yang berhubungan dengan keseluruhan harmonis pada alam semesta. Hukum dan tatanan yang kita lihat pada alam semesta mencerminkan kesetimbangan yang harmonis. Tatanan ini pula yang dikenal dengan sunatullah. Definisi adil menurut Islam adalah “tidak menzhalimi dan tidak dizhalimi” atau dengan kata lain bahwasannya setiap orang mendapatkan haknya dan tidak mengambil bagian orang lain. 26 Adapun konsep keadilan dalam bisnis adalah mengharuskan setiap orang mendapatkan haknya dan tidak mengambil hak atau bagian orang lain. 27 Perilaku 24 Yusuf Qardhawi, Peran Nialai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Jakarta : Rabbani Press,2001, h.25 25 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Islam, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003, cet.ke-2, h. 22 26 Muh. Syafi’I Antonio, Bank Syariah Teori dan Praktek Jakarta : Gema Insani Press. 2001 cet. Ke-1 h.15 27 M. Zaidi Abdad, Lembaga Perekonomian Umat di Dunia Bisnis, Bandung : Angkasa, 2003 h.59 kesetimbangan dan keadilan dalam bisnis secara tegas dijelaskan dalam konteks perbendaharaan bisnis klasik agar pengusaha muslim menyempurnakan takaran bila menakar dan menimbang dengan neraca yang benar, karena hal itu merupakan perilaku yang terbaik dan membawa akibat yang terbaik pula. Pelaku bisnis harus berbuat adil, dilarang berlaku zhalim atau perbuatan merugikan orang lain seperti : mengurangi timbangan, takaran dan ukuran. Sebagimana firman Allah swt. dalam surat al-Anam ayat 152 yang berbunyi sebagai berikut : ﺎ و اﻮ ﺮْ لﺎ ْا ﺎ إ ﺎ ه ْ أ ﻰ ْ ﺪﺷأ اﻮ ْوأو ْﻜْا ناﺰ ْاو ْ ْﺎ ﺎ ﻜ ﺎ ْ ﺎ إ ﺎﻬ ْ و اذإو ْ ْ اﻮ ﺪْ ﺎ ْﻮ و نﺎآ اذ ﻰ ْﺮ ﺪْﻬ و ا ْوأ اﻮ ْ ﻜ ذ ْ آﺎ و ْ ﻜ نوﺮآﺬ Artinya : Dan jaganlah kamu hampiri harta anak yatim, kecuali dengan jalan yang terbaik, hingga ia sampai dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan keadilan. Tiadalah kami berati diri, melaikan sekedar tenaganya, dan apabila kamu berkata hendaklah berlaku adil, walaupun terhadap karib-karibmu sendiri, dan tepatilah janji Allah. Demikianlah Allah berwasiat kepadamu, mudah-mudahan kamu mendapat peringatan. Q.S. al-Anam : 152 Berbuat curang dalam berbisnis sangat dibenci Allah swt. Bahkan curang dalam berbisnis justru pertanda kehancuran terhadap bisnis itu sendiri. Islam mengarahkan dan mengajarkan manusia untuk hidup secara seimbangadil. Baik terhadap diri sendiriindividu, maupun dengan sesama sosial. Dalam ayat Al–Qur’an, Allah swt. memerintahkan manusia untuk berbuat adil. 28 Sesuai dengan firman Allah swt. dalam surat al-Maidah ayat 8 yang berbunyi sebagai berikut : 28 Adiwarman A. Kariem, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2007, hal.18 ﺎ ﺎﻬ أ ﺬ ا اﻮ اﻮ ﻮآ اﻮ ءاﺪﻬﺷ ْ ْﺎ ﺎ و ْ ﻜ ﺮْﺠ ن ﺷ مْﻮ ﻰ ﺎ أ اﻮ ﺪْ اﻮ ﺪْ ا ﻮه بﺮْ أ ىﻮْ اﻮ او ا نإ ا ﺮ ﺧ ﺎ نﻮ ْ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat dngan taqwa dan takutlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” Q.S. al-Maidah : 8 Al-Qur’an telah memerintahkan penganutnya untuk mengambil keputusan dengan berpegang pada kesamaan derajat, keutuhan, dan keterbukaan. Maka, keadilan adalah ideal untuk diterapkan dalam hubungan dengan sesama. 29 Relevansinya terhadap pemanfaatan sumber daya, maka seyogianya diarahkan untuk kesejahteraan manusia supaya ikut merasakan manfaatnya secara adil. 3. Kehendak Bebas Kehendak bebas merupakan kontribusi Islam yang paling orisinal dalam filsafat sosial tentang konsep manusia “ bebas”. Hanya Tuhan yang bebas, namun dalam batas–batas skema penciptaan-Nya manusia juga secara relatif mempunyai kebebasan. Manusia sebagai khalifah di muka bumi sampai batas–batas tertentu mempunyai kehendak bebas untuk mengarahkan kehidupannya kepada tujuan pencapaian kesucian diri. Manusia dianugerahi kehendak bebas untuk membimbing kehidupannya sebagai khalifah. Berdasarkan kehendak bebas ini, dalam bisnis. manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suatu perjanjia termasuk menepati 29 Muhammad, Manajemen Dana Bank syari’ah, Yogyakarta : EKONISIA, 2005, h.15 atau mengingkarinya. Seorang muslim yang percaya pada kehendak Allah swt, akan memuliakan semua janji yang dibuatnya. Segaimana firman Allah swt. dalam surat al-Maidah ayat 1 yang berbunyi : ﺎ ﺎﻬ أ ﺬ ا اﻮ اﻮ ْوأ دﻮ ْﺎ ْ أ ْ ﻜ ﺔ ﻬ مﺎ ْﺄْا ﺎ إ ﺎ ﻰ ْ ْ ﻜْ ﺮْ ﺪْ ا ْ ْأو مﺮ نإ ا ﻜْ ﺎ ﺪ ﺮ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, tepatilah segala janjimu. Telah dihalalkan bagimu memakan hewan ternak unta, sapi, kerbau, dan kambing, kecuali barang yang dibacakan kepadamu, tiada dihalalkan memburu binatang, sedang kamu tengah ihram mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan apa-apa yang dikehendakinya. Q.S. al-Maidah : 1 Ia merupakan bagian kolektif dari masyarakat dan mengakui bahwa Allah meliputi kehidupan individual dan sosial. Islam sangat memberikan keleluasaan terhadap manusia untuk menggunakan segala potensi dan sumber daya yang dimiliki. Demikian juga kemerdekaan manusia, karena Islam sangat memberikan kelonggaran dalam berkreasi, melakukan transaksi atau melaksanakan kegiatan bisnisinvestasi. Kebebasan individu dalam melaksakan semua kegiatannya adalah hal yang mutlak selama itu tidak melanggar aturan dalam Islam. Bagi para pelaku bisnis, kebebasan dalam menciptakan mekanisme pasar memang diharuskan dalam Islam dengan syarat sebagai berikut : 30 a. Tidak ada distorsi yaitu proses penzaliman. b. Tidak ada MAGHRIB maysir, gharar, dan riba. 4. Pertanggungjawaban 30 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam Jakarta : IIT Indonesia h.23 Dalam dunia bisnis, pertanggungjawaban dilakukan kepada dua sisi yakni sisi vertikal kepada Allah swt. Seorang Muslim harus meyakini bahwa Allah selalu mengamati semua perilakunya dan dia akan mempertanggungjawabkan semua tingkah lakunya kepada Allah nanti di hari akhirat baik tingkah laku yang kecil ataupun yang besar. 31 Sisi horizontal kepada masyarakat luaspara konsumen dan sebagainya. Tanggungjawab dalam bisnis harus ditampilkan secara transparan keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal dan berbuat yang terbaik dalam segala urusan. Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Tanggung jawab merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan perilaku manusia. Bahkan merupakan kekuatan dinamis individu untuk mempertahankan kualitas kesetimbangan dalam masyarakat. Tanggungjawab bisnis ditampilkan dalam transparansi, egaliter seseorang yang percaya bahwa semua orang sederajat, kejujuran, pelayanan yang optimal dan berbuat terbaik dalam segala usaha. 32 Dalam bidang ekonomi dan bisnis, aksioma ini dijabarkan menjadi suatu pola perilaku tertentu. Karena manusia telah menyerahkan suatu tanggung jawab yang tegas untuk memperbaik kualitas lingkungan ekonomi dan sosial, maka perilaku konsumsi seseorang tidak sepenuhnya bergantung kepada 31 Sofyan Syafri Harahap, Auditing Dalam perspektif Islam, Jakarta : Pustaka Quantum, 2008, h. 25 32 Didin Hafidhudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek Jakarta : Gema Insani Press, 2003 h.75 penghasilannya sendiri ia juga harus menyadari tingkat penghasilan dan konsumsi berbagai anggota masyarakat yang lain. Konsepsi tamggung jawab dalam Islam mempunyai sifat berlapis ganda dan terfokus baik pada tingkat mikro individual maupun tingkat makro organisasi dan sosial, yang kedua–duanya harus dilakukan secara bersama. 5. Kebenaran: Kebajikan dan Kejujuran Kebenaran adalah nilai yang dianjurkan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku yang benar, yang meliputi, proses akad transaksi, proses mencari atau memperoleh komoditas, proses pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan margin keuntungan laba. Kebajikan adalah sikap ihsan, beneviolence yang merupakan tindakan yang memberi keuntungan bagi orang lain. Dalam pandangan Islam sikap ini sangat dianjurkan. Kejujuran adalah sikap jujur dalam semua proses bisnis yang dilakukan tanpa adanya penipuan sedikitpun. Sikap ini dalam khazanah Islam dapat dimaknai dengan amanah. Dari sikap kebenaran, kebajikan sukarela dan kejujuran demikian maka suatu bisnis secara otomatis akan melahirkan persaudaraan. Persaudaraan, kemitraan antara pihak yang berkepentingan dalam bisnis yang saling menguntungkan, tanpa adanya kerugian dan penyesalan sedikitpun. Bukan melahirkan situasi dan kondisi permusuhan dan perselisihan yang diwarnai dengan kecurangan. Dengan demikian kebenaran, kebajikan, dan kejujuran dalam semua proses bisnis akan dilakukan pula secara transparan dan tidak ada rekayasa. Al–qur’an menegaskan agar dalam bisnis tidak dilakukan dengan cara–cara yang mengandung kebatilan, kerusakan, dan kezaliman, sebaliknya harus dilakukan dengan kesadaran dan sukarela. Sebagaimana firman Allah swt. dalam surat an-Nisa ayat 29 yang berbunyi : ﺎ ﺎﻬ أ ﺬ ا اﻮ ﺎ اﻮ آْﺄ ْ ﻜ اﻮْ أ ْ ﻜ ْ ﺎ ْﺎ ﺎ إ ْنأ نﻮﻜ ةرﺎﺠ ْ ضاﺮ ْ ﻜْ ﺎ و اﻮ ْ ْ ﻜ ْأ نإ ا نﺎآ ْ ﻜ ﺎ ر Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Janganlah kamu bunuh dirimu saudaramu. Sesungguhnya Allah penyayang kepadamu.” Q.S. an-Nisa : 29 2. Dasar Hukum Etika Bisnis dalam Islam Setiap manusia memerlukan harta untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya karena manusia akan selalu berusaha untuk memperoleh harta kekayaan tersebut salah satunya dengan bekerja, dan bagian bekerja adalah dengan berbisnis. Dalam mencari rizki dengan bekerja, Islam sangat memperhatikan aspek kehalalan dan kebaikan halalan thoyyibah baik dari sisi perolehanya maupun dari sisi pembelanjaannya. Sehingga bisnis yang Islami dapat diartikan sebagai serangkaian aktifitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kuantitas kepemilikan hartanya barang dan jasa termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya ada aturan halal dan haram. 33 Etika dalam bisnis Islam mengacu pada dua sumber utama, yaitu AL-Qur’an dan sunnah Nabi. Dua sumber ini merupakan sumber dari segala sumber yang ada. Yang 33 M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Wijayakusuma, Mengapai Bisnis Islam, Jakarta : Gema Insani Press,2002, h.18 membimbing dan mengarahkan semua perilaku individukelompok dalam menjalankan ibadah, perbuatan atau aktifitas umat Islam. Maka etika bisnis dalam Islam menyangkut norma dan tuntutanajaran yang menyangkut sistem kehidupan individu dan atau institusi masyarakat dalam menjalankan kegitan usaha atau bisnis, dimana selalu mengikuti aturan yang ditetapkan dalam Islam sebagaiman yang tertera pada dua sumber tersebut. Islam, atau syariat, yang bersumber dari Al–Qur’an dan teladan Nabi Muhammad saw, mengatur semua aspek kehidupan, etika, dan sosial dan meliputi perkara– perkara pidana maupun perdata. Syariat bersifat komprehensif, mencakup seluruh aktivitas manusia, menentukan hubungan manusia dengan Tuhan dan dengan sesama manusia. 34 Dan aktifitas bisnis menurut Islam harus dipandang sebagai suatu karya atau kerja manusia dalam menjalankan kegiatan “produksi.” Dan Islam telah secara jelas menganjurkan umatnya untuk berusaha mencari rizki dimuka bumi ini sebagai bekal hidupnya didunia dalam rangka menopang ibadahnya kepada Allah swt. Segala sumber daya alam yang tersedia didunia terdiri atas tanah yang subur dengan segala kandungan yang ada didalamnya seperti : air, barang tambang, mineral, batu bara, gas bumi dan sebagainya semata-mata Allah swt ciptakan supaya manusia mengelola dan memanfatkannya demi mencapai kesejahteraan lahir batin. Hal ini sejalan dengan firman Allah yang berbunyi : 34 Latifa M. al-Gaoud dan Mervyn K. Lewis, Perbankan Syariah Jakarta : PT.Serambi Ilmu semesta, 2001 h.36 Artinya: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya- lah kamu kembali setelah dibangkitkan. Q.S : Al –Mulk : 15 Surat al-Anam ayat 152 yang berbunyi sebagai berikut : ﺎ و اﻮ ﺮْ لﺎ ْا ﺎ إ ﺎ ه ْ أ ﻰ ْ ﺪﺷأ اﻮ ْوأو ْﻜْا ناﺰ ْاو ْ ْﺎ ﺎ ﻜ ﺎ ْ ﺎ إ ﺎﻬ ْ و اذإو ْ ْ اﻮ ﺪْ ﺎ ْﻮ و نﺎآ اذ ﻰ ْﺮ ﺪْﻬ و ا ْوأ اﻮ ْ ﻜ ذ ْ آﺎ و ْ ﻜ نوﺮآﺬ Artinya : Dan jaganlah kamu hampiri harta anak yatim, kecuali dengan jalan yang terbaik, hingga ia sampai dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan keadilan. Tiadalah kami berati diri, melaikan sekedar tenaganya, dan apabila kamu berkata hendaklah berlaku adil, walaupun terhadap karib-karibmu sendiri, dan tepatilah janji Allah. Demikianlah Allah berwasiat kepadamu, mudah-mudahan kamu mendapat peringatan. Q.S. al-Anam : 152 Surat al-Maidah ayat 8 yang berbunyi sebagai berikut : ﺎ ﺎﻬ أ ﺬ ا اﻮ اﻮ ﻮآ اﻮ ءاﺪﻬﺷ ْ ْﺎ ﺎ و ْ ﻜ ﺮْﺠ ن ﺷ مْﻮ ﻰ ﺎ أ اﻮ ﺪْ اﻮ ﺪْ ا ﻮه بﺮْ أ ىﻮْ اﻮ او ا نإ ا ﺮ ﺧ ﺎ نﻮ ْ Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat dengan taqwa dan takutlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” Q.S. al-Maidah : 8 Surat al-Maidah ayat 1 yang berbunyi : ﺎ ﺎﻬ أ ﺬ ا اﻮ اﻮ ْوأ دﻮ ْﺎ ْ أ ْ ﻜ ﺔ ﻬ مﺎ ْﺄْا ﺎ إ ﺎ ﻰ ْ ْ ﻜْ ﺮْ ﺪْ ا ْ ْأو مﺮ نإ ا ﻜْ ﺎ ﺪ ﺮ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, tepatilah segala janjimu. Telah dihalalkan bagimu memakan hewan ternak unta, sapi, kerbau, dan kambing, kecuali barang yang dibacakan kepadamu, tiada dihalalkan memburu binatang, sedang kamu tengah ihram mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan apa-apa yang dikehendakinya. Q.S. al-Maidah : 1 Surat al-Maidah ayat 48 yang berbunyi : ☺ ☺ ☺ ☺ ⌧ ☯ ⌧ ☺ ☺ Artinya : “Kami telah menurunkan kitab kepada engkau Muhammad dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitab yang dihadapkannya serta mengawasinya, sebab itu hukumlah antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau turut hawa nafsu mereka, dan berpaling dari kebenaran yang telah datang kepada engkau. Kami adakan untuk tiap-tiap umat diantara kamu satu syariat peraturan dan satu jalan. Kalau Allah menghendaki, niscaya ia jadikan kamu umat yang satu, tetapi ia hendak mencobai kamu tentang apa yang diberikannya kepadamu, sebab itu berlomba-lombalah kamu memperbuat kebaikan. Kepada Allah tempat kembalimu sekalian, lalu Allah mengabarkan kepadamu, tentang apa- apa yang telah kamu perselisihkan.” Q.S. al-Maidah : 48 Surat an-Nisa ayat 29 yang berbunyi : ﺎ ﺎﻬ أ ﺬ ا اﻮ ﺎ اﻮ آْﺄ ْ ﻜ اﻮْ أ ْ ﻜ ْ ﺎ ْﺎ ﺎ إ ْنأ نﻮﻜ ةرﺎﺠ ْ ضاﺮ ْ ﻜْ ﺎ و اﻮ ْ ْ ﻜ ْأ نإ ا نﺎآ ْ ﻜ ﺎ ر Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Janganlah kamu bunuh dirimu saudaramu. Sesungguhnya Allah penyayang kepadamu.” Q.S. an-Nisa : 29 Dalam berbisnis, Islam memberikan pedoman berupa norma-normaetika untuk menjalankan bisnis agar para pelaku bisnis benar-benar konsisten dan memiliki rasa responsibility yang tinggi. Maka dengan adanya norma-normaetika spiritual yang tinggi iman dan akhlaq yang mulia tersebut, merupakan “kekayaan” yang tidak akan habis dan sebagai “pusaka” yang tidak akan pernah sirna. 35

3. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis dalam Islam

Harus diakui, Nabi Muhammad saw. telah menerapkan bisnis modern dalam menjalankan bisnisnya. Jauh sebelum para pakar ekonomi dan manajemen Barat mengangkat prinsip manajemen sebagai satu disiplin ilmu khusus, Nabi Muhammad saw. adalah pembisnis yang memiliki gelar al-amin justru sudah lebih dulu mengimplementasikan nilai–nilai manejemen dalam kehidupan dan praktek bisnisnya. Rasulullah saw telah dengan sangat baik mengelola proses transaksi, dan hubungan bisnis dengan seluruh elemen bisnis serta pihak–pihak yang terlihat didalamnya. Dasar–dasar etika dan manajemen bisnis itu, lalu mendapat legitimasi keagamaan setelah nabi Muhammad saw diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Prinsip- prinsip etika bisnis yang diwariskan semakin mendapat pembenaran akademis di penghujung abad ke- 20 atau awal abad ke- 21. Prinsip bisnis modern, seperti costumer satisfaction tujuan pelanggan dan kepuasan konsumen, service excellence pelayanan yang unggul, kompetensi, efisiesi, transparansi, persaingan yang sehat 35 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika dalam Ekonomi Islam, Jakarta : Gema Insani Press, 1997 dan kompetitif. Semuanya itu telah menjadi gambaran pribadi, etika bisnis Muhammad saw ketika Beliau masih muda. 36 Dengan merujuk pada ayat al–Qur’an dan al-Hadits serta contoh nyata dari teladan Rasulullah saw., sebagai landasan operasional, dapat kita ketahui prinsip- prinsip dan rambu-rambu etika bisnis yang harus diimplementasikan serta diamalkan oleh kita semua dalam kehidupan sehari–hari. Terutama bagi para pelaku bisnis yang menjadi lahan penghidupan. yaitu: a. Prinsip Otonom Hak otonom ini adalah hak kebebasan untuk mencapai keinginan. 37 Seorang pebisnis haruslah mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggap baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dengan segala risiko ataupun akibat yang timbul bagi dirinya, perusahaannya dan juga bagi orang lain. Pebisnis yang otonom adalah pebisnis yang sadar akan kewajibannya dalam dunia bisnis untuk dapat bertindak otonom diperlukan adanya kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan keputusan tersebut. Keputusan yang diambil jika tidak dilanjutkan dengan implementasinya akan menjadi bumerang tersendiri 36 M. Nadratuzzaman Hosen, dkk, Khutbah Jum’at Ekonomi Syari’ah, Jakarta : PKES, 2008, h.10 37 Heru Satyanugraha, Etika bisnis prinsip dan aplikasi, Jakarta : LPFE, 2003 cet. Ke-1 h. 78