Dampak Positif Adanya Persaingan Industri

mengalahkan lawan. 9 Dengan memaknai kompetisi seperti itu, kita menganggap kompetitor lain sebagai partner bukan lawan yang memotivasi diri untuk meraih prestasi. Inilah bentuk kompetisi yang dilandasi sifat sehat dan tidak mengarah kepada timbulnya permusuhan atau konflik, sehingga tidak bersifat deskruktif dan membahayakan kelangsungan dan keharmonisan kehidupan kita. Tuntutan dunia bisnis dan manajemen yang semakin tinggi dan keras mensyaratkan sikap dan pola kerja yang professional. Persaingan yang semakin ketat juga seakan mengharuskan orang–orang bisnis untuk bersungguh–sungguh menjadi professional bila mereka ingin sukses dalam profesinya. 10 Persaingan dalam dunia bisnis mendorong pembisnis meningkatkan efisiensi dan kualitas produk untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain dan pelanggan merasa puas dengan produk tersebut. Selain itu, persaingan industri memiliki pengaruh positif terhadap pengembangan kreatifitas sumber daya manusia untuk menggunakan sumber daya yang ada secara optimal dan menghasilkan barang–barang yang bernilai tinggi dengan harga yang kompetitif. Persaingan membantu pemerintah menangulanggi kemiskinan akibat krisis moneter yang mendera masyarakat Indonesia sejak tahun 1997 sampai sekarang. Dengan bermunculan industri–industri baru dapat menyerap tenaga kerja 9 Nia Hidayati, “Bagaimana Menghadapi Kompetisi dan Persaingan”, artikel diakses pada tanggal 19April 2010 dari http:persaingan.com20100228 Bagaimana Menghadapi Kompetisi dan Persainagan.html. 10 Badiatul Luthfiani, “Konsep Etika Bisnis Perdagangan Global dalam Pandangan Syariah,” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Univesitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004, h.14 yang cukup banyak sehingga masyarakat memiliki penghasilan untuk memenuhi kehidupan sehari–hari.

B. Etika Bisnis Dalam Islam

1. Pengertian Etika Bisnis dalam Islam

Banyak sekali literatur yang menerangkan arti dari etika namun semuanya memiliki pengertian yang sama yaitu perilaku. Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos, yang dalam bentuk tunggal memiliki banyak arti yaitu adat, kebiasaan, akhlak, watak, sikap, cara berpikir. Dan dalam bentuk jamak ta etha artinya adab kebiasaan. 11 Etika dalam bahasa arab al–khuluq. Khuluq dari kata dasar khaluqa–khuluqan, yang berarti, tabiat, budi pekerti, kebiasaan, kesatria, keprawiraan. 12 Kata khuluq ini kemudian lebih dikenal dengan term akhlak, atau al– falsafah al–adabiyah. Menurut Ahmad Amin akhlak adalah ilmu yamg menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. 13 Marshall Saskhim dan William C. Morris 1987 dalam bukunya Expriencing Management, Addison Wesley Publising Company, USA, menyatakan: 11 K. Bertens, Etika Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997 cet. ke-3 h.4 12 Drs. Muhammad dan R. Lukman Fauroni, Visi al – Qur’an : tentang Etika dan Bisnis, h.37 13 Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, diterjemahkan oleh Farid Ma’ruf Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1995, cet. Ke-8 h.3 “Ethnic represents a code of behaviour. Value define what is right and what is wrong behaviour.” Artinya, etika merupakan suatu kode perilaku, yakni nilai perilaku yang membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Tentu saja nilai salah dan benar tersebut merujuk kepada moral yang ditentukan oleh agama. 14 Adapun moral yang ditentukan dalam Islam itu bersumber dari Allah swt. Dan dipraktikkan oleh Rasulullah saw. Sebagaimana yang diterangkan dalam kitab Akhlaq Libanin bahwa Rasulullah di utus ke dunia untuk menyempurnakan akhlaq dan dengan akhlaq pula manusia akan memperoleh kebahagian dunia dan akhirat serta dicintai oleh manusia lain dan juga Allah swt. 15 Kita ketahui semakin maju peradaban dan kebudayaan manusia maka akan semakin banyak pula kreasi dan hasil daya cipta manusia dalam berbagai bentuk kreasi dan daya cipta itu dikembangkan untuk membantu memenuhi segala kebutuhan manusia baik lahir maupun batin. Maka diciptakanlah alat–alat pertanian, perindustrian, mesin–mesin dan sebagainya, yang hingga saat ini masih terus disempurnakan. Disisi lain, ada pihak yang menikmati hasil karya cipta barangbenda tersebut, umumnya saat ini mereka disebut konsumen, pengguna atau pemakai. 14 Drs. Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2002 h, 2. 15 Umar ibn Ahmad Baradja, Akhlaq Libanin Surabaya : C.V. Ahmad Nabhan, 1954 h, 4