Partisipasi Organisasi P3A Dalam Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Kasus di Desa Hutatoruan I, Desa Hutatoruan IV, Desa Parbubu Pea, dan Desa Lobu Hole Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara).

(1)

PARTISIPASI ANGGOTA P3A DALAM KEGIATAN OPERASI

DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

(Kasus: P3A Karya Bersama dan P3A Sahata Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara)

SKRIPSI

Oleh :

IRA MASHITA SIMANDALAHI 060309028

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PARTISIPASI ANGGOTA P3A DALAM KEGIATAN OPERASI

DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

(Kasus: P3A Karya Bersama dan P3A Sahata Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara)

SKRIPSI

Oleh :

IRA MASHITA SIMANDALAHI 060309028

PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Asmi Tiurland Hutajulu, MS) (Emalisa, SP, MSi)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

ABSTRAK

Ira Mashita Simandalahi No induk mahasiswa 060309028, dengan judul

“Partisipasi Organisasi P3A Dalam Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Kasus di Desa Hutatoruan I, Desa Hutatoruan IV, Desa Parbubu Pea, dan Desa Lobu Hole Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara)”. Dengan ketua pembimbing Ir. Asmi Tiurland, MS dan anggota pembimbing Emalisa, SP. MSi.

Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Penelitian dilakukan di Desa Hutatouran I, IV, Parbubu Pea dan Lobu Hole Kecamatan Tarutung Kabupaten Deli Serdang yang ditentukan secara purposive dengan sengaja dengan pertimbangan memiliki luas wilayah kerja yang besar pertama dan kedua di Kecamatan Tarutung. Sampel dipilih secara simple random sampling ditentukan secara acak sederhana.

Hasil penelitian diperoleh bahwa kegiatan yang dilakukan oleh kedua organisasi P3A yaitu mengadakan rapat anggota: mengadakan pemungutan IPAIR: mengatur pembagian, pemberian, penggunaan dan kelebihan penggunaan air irigasi: mengadakan gotong-royong. Mekanisme pengumpulan yaitu Petani membayar IPAIR pada saat musim panen, ulu-ulu bertugas mengumpulkan IPAIR dari petani langsung di lahan sawah mereka dan menyerahkannya kepada bendahara yang diketahui oleh ketua P3A (Raja Bondar). Penggunaan Iuran Pelayanan Air Irigasi (IPAIR) digunakan untuk untuk imbalan jasa pengurus yaitu ketua/wakil ketua, sekretaris, bendahara dan ulu-ulu, untuk biaya pemeliharaan, rehabilitasi, dan pembangunan jaringan irigasi; dan untuk biaya administrasi dan kas. Tingkat partisipasi organisasi P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi adalah sedang.

Melalui perhitungan korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan tingkat partisipasi anggota P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dengan pendapatan usahatani.

Kata kunci : Kegiatan, mekanisme pengumpulan dan penggunaan, tingkat partisipasi, pendapatan.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Ira Mashita Simandalahi, lahir tanggal 15 Juli 1988, di Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara, anak ke 5 dari 5 bersaudara, dengan Ayahanda Makler Simandalahi dan Ibunda Helminur Hutagalung.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah:

1. Sekolah Dasar (SD) tahun 1994-2000 di SD Cinta Rakyat 2 Pematangsiantar 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) tahun 2000-2003 di SLTP Negeri 3

Pematangsiantar

3. Sekolah Menengah Umum (SMU) tahun 2003-2006 di SMU Negeri 1 Pematangsiantar

4. Melalui Jalur SPMB pada tahun 2006 di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada tahun 2010 di Desa Pasir Mbelang, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi

6. Melakukan penelitian skripsi pada tahun 2011 di Desa Hutatoruan I, Desa Hutatoruan IV, Desa Parbubu Pea dan Desa Lobu Hole Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara.


(5)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena dengan berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian USU. Dalam rangka memenuhi persyaratan tersebut, penulis mengangkat sebuah permasalahan penelitian dengan judul “Partisipasi Organisasi P3A Dalam Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Kasus di Desa Hutatoruan I, Desa Hutatoruan IV, Desa Parbubu Pea, dan Desa Lobu Hole Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara)”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, dorongan dan kerjasama dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Atas bantuan, dorongan dan kerjasama tersebut pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Ir. Asmi Tiurland, MS selaku ketua pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Ibu Emalisa, SP, MSi selaku anggota pembimbing yang dengan penuh

perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Departemen Agribisnis, Fakultas


(6)

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak dan Ibu Dosen Departeman Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendidik penulis melalui kegiatan perkuliahan dan kegiatan lainnya. 6. Seluruh staf administrasi dan pegawai Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis.

7. Seluruh instansi yang terkait dengan penelitian ini, atas bantuannya selama mengambil data penelitian.

8. Bapak kepala desa di Desa Hutatoruan I, Desa Hutatoruan IV, Desa Parbubu Pea, dan Desa Lobu Hole Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Kepada Bapak/Ibu petani di desa penelitian yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada Bapak Selamat Hutagalung.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang yang sangat penulis kasihi yaitu kepada:

1. Ayahanda Makler Simandalahi dan Ibunda Helminur Hutagalung yang selalu memberikan perhatian, bantuan dan motivasi kepada penulis.

2. Kakak dan Abang penulis, Edwin Hamonangan Butar-butar, SE dan Airo Toria L Simandalahi, SE, Duaon Sasedei Simandalahi, Amd, Ermin Dos


(7)

Ardu Simandalahi dan Ade Das Amor Simandalahi, Amd yang selalu memberikan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Teman-teman mahasiswa yang telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat : Rudi, Candra, Mika, Agustina, Desi, Marta, Nora, dan semua teman-teman PKP dan Agribisnis angkatan 2006.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, Tuhan Yang Maha Esa memberkati anda semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikyang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini..

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi orang-orang yang membacanya.

Medan, September 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 8

Landasan Teori ... 12

Kerangka Pemikiran ... 17

Hipotesis Penelitian ... 20

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel ... 21

Metode Penarikan Sampel ... 22

Metode Pengumpulan Data ... 23

Metode Analisis Data ... 24


(9)

DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

Deskriptif Daerah Penelitian ... 30 Karakteristik Petani Sampel ... 42

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Organisasi P3A ... 45 Gambaran Umum Organisasi P3A di Daerah Penelitian ... 52 Kegiatan Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) ... 60 Mekanisme Pengumpulan dan Penggunaan Iuran

Pelayanan Air Irigasi (IPAIR) ... 64 Tingkat Partisipasi Organisasi P3A dalam Kegiatan

Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi ... 70 Hubungan Tingkat Partisipasi Organisasi P3A

dengan Pendapatan ... 79 Masalah-masalah yang Dihadapi Serta Upaya-upaya yang

Dilakukan Oleh Organisasi P3A dalam Kegiatan

Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi ... 83

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 85 Saran ... 87


(10)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Nama, Luas Wilayah Kerja dan Legalitas P3A Menurut Desa dan Daerah Irigasi di Kecamatan Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2006 ... 21 Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Organisasi P3A di

Kecamatan Tarutung Tahun 2006 ... 23 Tabel 3. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 23 Tabel 4. Parameter Untuk Menguji Hipotesis ... 25 Tabel 5. Luas dan Penggunaan Tanah di Desa Hutatoruan I Kecamatan

Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 ... 31 Tabel 6. Jumlah Penduduk Desa Hutatoruan I Menurut Jenis

Kelamin Tahun 2010 ... 31 Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa

Hutatoruan I Kecamatan Tarutung Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2010 ... 31 Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Hutatoruan I Kecamatan

Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011 ... 32 Tabel 9. Sarana dan Prasarana Desa Hutatoruan I Kecamatan Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 ... 33 Tabel 10. Luas dan Penggunaan Tanah di Desa Hutatoruan IV

Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 ... 34 Tabel 11. Jumlah Penduduk Desa Hutatoruan IV Menurut

Jenis Kelamin Tahun 2010 ... 34 Tabel 12. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa

Hutatoruan IV Kecamatan Tarutung Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2010 ... 35 Tabel 13. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Hutatoruan IV

Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011 ... 35 Tabel 14. Sarana dan Prasarana Desa Hutatoruan IV Kecamatan


(11)

Tabel 15. Luas dan Penggunaan Tanah di Desa Parbubu Pea Kecamatan

Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 ... 37 Tabel 16. Jumlah Penduduk Desa Parbubu Pea Menurut Jenis

Kelamin Tahun 2010 ... 37 Tabel 17. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa

Parbubu Pea Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli

Utara Tahun 2010 ... 38 Tabel 18. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Parbubu Pea

Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011 ... 38 Tabel 19. Sarana dan Prasarana Desa Parbubu Pea Kecamatan Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 ... 39 Tabel 20. Luas dan Penggunaan Tanah di Desa Lobu Hole Kecamatan

Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 ... 40 Tabel 21. Jumlah Penduduk Desa Lobu Hole Menurut Jenis Kelamin

Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 ... 40 Tabel 22. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa

Lobu Hole Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli

Utara Tahun 2010 ... 41 Tabel 23. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Lobu Hole

Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011 ... 41 Tabel 24. Sarana dan Prasarana Desa Lobu Hole Kecamatan Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 ... 42 Tabel 25. Karakteristik Anggota Organisasi P3A Karya Bersama

dan P3A Sahata Tahun 2011 ... 43 Tabel 26. Jumlah Anggota P3A Karya Bersama Tahun 2010 ... 54 Tabel 27. Jumlah Anggota P3A Sahata Tahun 2010 ... 58 Tabel 28. Kegiatan yang Dilakukan P3A Karya Bersama pada

Musim Tanam 2010 ... 61 Tabel 29. Kegiatan yang Dilakukan P3A Sahata pada Musim Tanam 2010 .... 63 Tabel 30. Besarnya IPAIR yang Terkumpul dari Anggota Sampel

P3A Karya Bersama ... 66 Tabel 31. Penggunaan IPAIR pada P3A Karya Bersama Tahun 2010 ... 67


(12)

Tabel 32. Besarnya IPAIR yang Terkumpul dari Anggota Sampel

P3A Sahata ... 68 Tabel 33. Penggunaan IPAIR pada P3A Karya Bersama Tahun 2010 ... 70 Tabel 34. Frekuensi Jumlah Petani Organisasi P3A Menurut

Pembayaran IPAIR pada Kedua Organisasi P3A ... 71 Tabel 35. Frekuensi Jumlah Petani Organisasi P3A Menurut Ketepatan

Waktu Pembayaran IPAIR pada Kedua Organisasi P3A ... 72 Tabel 36. Frekuensi Jumlah Petani Organisasi P3A Menurut

Pemeliharaan Rutin pada Kedua Organisasi P3A ... 73 Tabel 37. Frekuensi Jumlah Petani Organisasi P3A Menurut

Pemeliharaan Mendadak pada Kedua Organisasi P3A ... 74

Tabel 38. Frekuensi Jumlah Petani Organisasi P3A Menurut Pemeliharaan Saluran yaitu Pengamanan pada

Kedua Organisasi P3A ... 75 Tabel 39. Frekuensi Jumlah Petani Organisasi P3A Menurut

Pemeliharaan Saluran Yaitu Pembersihan Saluran

pada Kedua Organisasi P3A ... 76 Tabel 40. Frekuensi Jumlah Petani Organisasi P3A Menurut

Pemeliharaan Saluran Yaitu Pencegahan pada

Kedua Organisasi P3A ... 77 Tabel 41. Frekuensi Jumlah Petani Organisasi P3A Menurut

Pemeliharaan Saluran Yaitu Perbaikan Saluran

pada Kedua Organisasi P3A ... 78 Tabel 42. Tingkat Partisipasi Organisasi P3A dalam Kegiatan Operasi

dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi ... 79 Tabel 43. Pendapatan Usahatani Petani Anggota P3A di daerah penelitian ... 80 Tabel 44. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi Organisasi P3A dengan


(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 19

Gambar 2. Stuktur Organisasi P3A Karya Bersama ... 53

Gambar 3. Bendungan yang Merupakan Saluran Air dari Sungai ... 55

Gambar 4. Saluran Primer ... 55

Gambar 5. Saluran Sekunder yang Merupakan Pembagi Air ke Saluran Tersier ... 55

Gambar 6. Saluran Tersier pada Organisasi P3A Karya Bersama ... 56

Gambar 7. Saluran Kuarter yang Langsung Mengairi Petak Sawah... 56

Gambar 8. Struktur Organisasi P3A Sahata ... 57

Gambar 9. Bendungan yang Merupakan Saluran Air dari Sungai ... 58

Gambar 10. Saluran Primer ... 59

Gambar 11. Saluran Sekunder yang Merupakan Pembagi Air ke Saluran Tersier ... 59

Gambar 12. Saluran Tersier pada Organisasi P3A Sahata ... 59


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Karakteristik Petani Sampel

Lampiran 2 : Tingkat Partisipasi Organisasi P3A

Lampiran 3 : Penggunaan Sarana Produksi Per Petani Per Musim Tanam Pada Usahatani Padi Sawah

Lampiran 4 : Penggunaan Sarana Produksi (Obat-obatan) Per Petani Per Musim Tanam Pada Usahatani Padi Sawah

Lampiran 5 : Total Biaya Sarana Produksi Per Petani Per Musim Tanam Pada Usaha Tani Padi Sawah

Lampiran 6 : Biaya Penyusutan Peralatan Per Petani Per Musim Tanam Pada Usahatani Padi Sawah

Lampiran 7 : Curahan dan Tenaga Kerja Per Petani Per Musim Tanam Pada Usahatani Padi Sawah

Lampiran 8 : Total Biaya Produksi Per Petani Per Musim Tanam Pada Usahatani Padi Sawah

Lampiran 9 : Produksi, Produktivitas, Penerimaan Per Petani Per Musim Tanam Pada Usahatani Padi Sawah

Lampiran 10 : Pendapatan Bersih Per Petani Per Musim Tanam Pada Usahatani Padi Sawah

Lampiran11 : Hasil Analisis Statistik Hubungan Antara Tingkat Partisipasi Dengan Pendapatan


(15)

ABSTRAK

Ira Mashita Simandalahi No induk mahasiswa 060309028, dengan judul

“Partisipasi Organisasi P3A Dalam Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Kasus di Desa Hutatoruan I, Desa Hutatoruan IV, Desa Parbubu Pea, dan Desa Lobu Hole Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara)”. Dengan ketua pembimbing Ir. Asmi Tiurland, MS dan anggota pembimbing Emalisa, SP. MSi.

Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Penelitian dilakukan di Desa Hutatouran I, IV, Parbubu Pea dan Lobu Hole Kecamatan Tarutung Kabupaten Deli Serdang yang ditentukan secara purposive dengan sengaja dengan pertimbangan memiliki luas wilayah kerja yang besar pertama dan kedua di Kecamatan Tarutung. Sampel dipilih secara simple random sampling ditentukan secara acak sederhana.

Hasil penelitian diperoleh bahwa kegiatan yang dilakukan oleh kedua organisasi P3A yaitu mengadakan rapat anggota: mengadakan pemungutan IPAIR: mengatur pembagian, pemberian, penggunaan dan kelebihan penggunaan air irigasi: mengadakan gotong-royong. Mekanisme pengumpulan yaitu Petani membayar IPAIR pada saat musim panen, ulu-ulu bertugas mengumpulkan IPAIR dari petani langsung di lahan sawah mereka dan menyerahkannya kepada bendahara yang diketahui oleh ketua P3A (Raja Bondar). Penggunaan Iuran Pelayanan Air Irigasi (IPAIR) digunakan untuk untuk imbalan jasa pengurus yaitu ketua/wakil ketua, sekretaris, bendahara dan ulu-ulu, untuk biaya pemeliharaan, rehabilitasi, dan pembangunan jaringan irigasi; dan untuk biaya administrasi dan kas. Tingkat partisipasi organisasi P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi adalah sedang.

Melalui perhitungan korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan tingkat partisipasi anggota P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dengan pendapatan usahatani.

Kata kunci : Kegiatan, mekanisme pengumpulan dan penggunaan, tingkat partisipasi, pendapatan.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pertanian menghendaki pertanian yang dinamis yaitu pertanian yang dicirikan antara lain oleh penggunaan tekhnologi baru yang berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan dan peran serta petani dan keluarganya dalam melaksanakan kegiatan usahataninya (Ginting, 1999).

Semua tumbuh-tumbuhan memerlukan air untuk pertumbuhannya, karena tanpa air proses pengolahan atau pengambilan unsur hara oleh akar tanaman dari dalam tanah tidak akan dapat berlangsung sehingga tanaman tidak bisa tumbuh. Dari sisi lain apabila jumlah air di daerah pertumbuhan akar (root zone area) terlalu banyak, maka jumlah oksigen pada tanah akan berkurang sehingga akan menghambat pertumbuhan tanaman (kecuali padi), bahkan bisa mematikan tanaman (Ginting, 1999).

Bagi pertanian, untuk menentukan dalam usaha tani atau produksi tanaman, pengairan dengan sistem-sistemnya mempunyai peranan yang sangat besar, dan hal ini akan menguntungkan atau tidak akan menguntungkan para petani pemakai air, karena sangat tergantung pada perencanaan rancangan

jaringan pengairan yang dibuat untuk keperluan usaha tani tersebut (Kartasapoetra dan Mul, 1994).

Secara empiris telah terbukti selama ini bahwa salah satu determinan utama peningkatan produksi pangan, khususnya beras adalah ketersediaan lahan beririgasi. Studi Bank Dunia (1982) menyimpulkan bahwa kontribusi irigasi terhadap laju kenaikan produksi padi di Indonesia selama kurun waktu 1972-1981


(17)

adalah sekitar 16,5 persen, dan faktor-faktor input utama (varietas unggul, pupuk buatan, pestisida) secara simultan kontribusinya mencapai 75 persen. Penyusutan luas maupun degradasi fungsi lahan sawah beririgasi secara langsung maupun tidak langsung merupakan ancaman serius terhadap kemantapan pasokan pangan nasional (Sudi, Ketut, dan Mohamad, 2005).

Dalam peningkatan produksi pangan, irigasi mempunyai peranan penting yaitu untuk menyediakan air untuk tanaman dan dapat digunakan untuk mengatur kelembaman tanah, membantu menyuburkan tanah melalui bahan-bahan kandungan sedimen yang dibawa oleh air, dapat menekan pertumbuhan gulma, dapat menekan perkembangan hama penyakit tertentu dan memudahkan pengolahan tanah (Mawardi, 2007).

Sistem Irigasi di Indonesia dikembangkan untuk mengairi persawahan, walaupun tidak semua persawahan yang ada sekarang ini dilayani oleh sistem irigasi. Persawahan itu sendiri dikembangkan secara bertahap sejalan dengan kemampuan masyarakat yang berasal dari lingkungan produksi (Pasandaran, 1991).

Sejarah irigasi yang panjang di Indonesia telah memberi kesempatan bagi petani untuk menumbuhkan kelembagaan-kelembagaan pengelola air irigasi secara tradisional. Apabila sarana fisik sebuah jaringan irigasi merupakan perangkat kerasnya, yang mutlak diperlukan untuk mengelola air irigasi sebagaimana mestinya. Lembaga-lembaga yang telah dikembangkan oleh petani itu merupakan semacam sumber daya nasional yang sangat berharga, yang patut dipelajari dan dipahami agar potensi air irigasi dan kemakmuran penghuni pedesaan dapat terus ditingkatkan (Ambler, 1992).


(18)

Tetapi agar petani dapat berperan secara efektif dalam pengelolaan jaringan irigasi, mereka harus terhimpun dalam organisasi sehingga kebutuhan yang sama dan keinginan berbeda dapat ditangani. Kebutuhan akan kerjasama yang sistematis merupakan hal fundamental dalam irigasi karena ada tingkat saling ketergantungan yang tinggi antar para pemakai yang memanfaatkan jaringan irigasi yang sama. Apabila petani di bagian hulu tidak membersihkan saluran, air mungkin tidak sampai ke petani bagian hilir. Atau apabila salah satu petani memakai air terlalu banyak, akan menimbulkan kebanjiran bagi petani yang di dekat dia dan kekeringan bagi petani yang jauh. Keadaan saling tergantung ini memerlukan organisasi di mana petani dapat menyampaikan kebutuhannya dan yang dapat melaksanakan kesepakatan-kesepakatan mereka (Ambler, 1992).

Khusus tentang terbentuknya perkumpulan-perkumpulan para petani pemakai air pengairan, sejalan dengan geloranya pembangunan pertanian telah menempatkan diri secara lebih kongkrit, seragam menyeluruh di berbagai daerah di Tanah Air, baik dalam bentuk organisasi (perkumpulan), tata kerja maupun pelaksanaan kegiatan-kegitannya, yaitu dengan terbentuknya di lingkungan para

petani “Perkumpulan Petani Pemakai Air” atau disingkat “P3A” (Kartasapoetra dan Mul, 1994).

Petani memegang hak kontrol atas jaringan irigasi, bertanggung jawab atas aspek operasi dan pemeliharaan dan penggerakan tenaga untuk membersihkan saluran, memperbaiki bendungan sampai menyelesaikan konflik (Ambler, 1992).

Sepanjang yang berhubungan dengan operasi dan pemeliharaan, ada beberapa masalah yang menonjol antara lain, keberadaan infrastuktur yang kurang


(19)

memuaskan, terbatasnya sumber daya manusia, kurangnya dana yang disediakan untuk operasi dan pemeliharaan, kurangnya dukungan dari instansi-instansi terkait serta peran petani yang belum seperti yang diharapkan. Masalah yang disebut terakhir ini yaitu “Peran petani yang belum seperti yang diharapkan”. Pada dasarnya berarti para petani belum melaksanakan tanggung jawabnya secara baik dalam pembangunan dan pengolahan irigasi. Masalah ini sebenarnya merupakan masalah lama dalam pembangunan jaringan irigasi di Indonesia. Hal ini telah muncul dan dirasakan serta diupayakan jalan keluarnya, bahkan sejak dimulainya pembangunan irigasi diakhir tahun enam puluhan. Hasil dari upaya-upaya itu

sampai sekarang juga masih belum seperti yang diharapkan (Siskel dan Hutapea, 1995).

Selama ini pengelolaan irigasi hanya ditangani pemerintah sehingga sebagian petani berpendapat bahwa mereka tidak turut bertanggung jawab. Pada awalnya hal ini dapat memberikan dampak yang cukup baik, namun keberhasilan tersebut tidak berkelanjutan mengingat dukungan prasarana irigasi dari pemerintah semakin menurun menyebabkan fungsi prasarana irigasi baik kuantitas, kualitas maupun fungsinya mengalami penurunan, yang diakibatkan oleh banyaknya jaringan irigasi yang mengalami degradasi. Namun dengan terbitnya Undang-undang No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pembangunan/rehabilitasi irigasi tidak hanya menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah maupun pemerintah daerah, tetapi juga merupakan tanggungjawab petani. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan rasa kebersamaan, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab dalam pengelolaan irigasi


(20)

oleh P3A sejak dari persiapan awal, pengambilan keputusan, pelaksanaan, kegiatan, pengawasan, operasional dan pemeliharaan (Wiwiek, 2010).

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang cukup terkenal di kawasan Nusantara, terutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya. Potensi alam antara lain luasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan baru dengan membangun irigasi. Sebahagian perairan Danau Toba yang dimiliki dan sungai yang cukup banyak untuk dimanfaatkan potensinya untuk irigasi, pengembangan perikanan maupun pembangkit tenaga listrik. Sesuai dengan potensi yang dimiliki, maka tulang punggung perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara didominasi oleh sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan dan perkebunan rakyat, menyusul sektor perdagangan, pemerintahan, perindustrian dan pariwisata (Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara, 2008).

Kecamatan Tarutung merupakan ibukota dari Kabupaten Tapanuli Utara. Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Tarutung pada umumnya berasal dari pertanian. Salah satunya bertani padi-sawah, sehingga petani memerlukan irigasi untuk mengairi lahan sawah mereka. Tetapi sering terjadi gangguan atau hambatan yang timbul dari irigasi seperti dalam hal pembagian air irigasi, yaitu tidak ada keseimbangan pembagian air irigasi antara petani yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, masyarakat yang dihimpun oleh pemerintah membentuk organisasi P3A sebagai wadah untuk memperbaiki dan membantu petani menghadapi gangguan atau hambatan yang akan terjadi. Kecamatan Tarutung memiliki 22 organisasi P3A, dimana 11 P3A telah Berbadan Hukum dan 11 P3A belum Berbadan Hukum.


(21)

Partisipasi petani sebagai anggota P3A diperlukan dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Partisipasi tersebut diperlukan untuk meningkatkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan kemampuan perkumpulan petani pemakai air dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas dan keberlanjutan sistem irigasi. Dengan demikian perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah mengenai P3A untuk mengetahui lebih jauh tingkat pastisipasi organisasi P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.

Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang antara lain:

1. Apa saja kegiatan organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di daerah penelitian.

2. Bagaimana mekanisme pengumpulan dan penggunaan Iuran Pelayanan Irigasi (IPAIR) di daerah penelitian.

3. Bagaimana tingkat pastisipasi anggota P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah penelitian.

4. Bagaimana hubungan tingkat partisipasi petani anggota P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dengan pendapatan usahatani padi sawah.

5. Apa saja masalah-masalah yang terjadi pada organisasi P3A di daerah penelitian?

6. Upaya-upaya apa yang telah dilakukan pada dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada organisasi P3A?


(22)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan organisasi P3A di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui mekanisme pengumpulan dan penggunaan IPAIR di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui hubungan tingkat partisipasi petani anggota P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dengan pendapatan usahatani padi sawah di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada organisasi P3A di daerah penelitian.

6. Untuk mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada organisasi P3A.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat dalam penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, sebagai bahan informasi bagi organisasi P3A dalam usaha meningkatkan partisipasi dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan sebagai bahan informasi dan refrensi bagi peneliti serta pihak-pihak yang berkepentingan yang berhubungan dengan penelitian organisasi P3A.


(23)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Dalam masa pembangunan pertanian yang bertujuan meningkatkan hasil-hasil pertanian (terutama bahan pangan pokok) untuk mencukupi kebutuhan pangan yang bergizi bagi semua penduduk Indonesia dan selebihnya untuk kepentingan ekspor dalam rangka perolehan devisa guna pembiayaan kelanjutan pembangunan berbagai bidang, keberhasilan pembangunan pertanian tersebut tidak terlepas dari ada atau tersedianya tanah yang berpengairan baik, pengolahan tanah dan air yang seimbang, di samping faktor-faktor lainnya yang merupakan faktor sekunder (pupuk, bibit unggul, obat-obatan pemberantas hama, dan lain-lain). Tanah, air dan tenaga para petani merupakan faktor yang primer, sebab walaupun tersedianya faktor-faktor sekunder yang melimpah tetapi tanpa ada atau tersedianya faktor-faktor yang primer, pertanian tidak dapat terlaksana (Kartasapoetra dan Mul, 1994).

Hingga seperampat pertama abad 20, pengembangan irigasi berkelanjutan merupakan bagian dari pengembangan kemanusiaan. Pengembangan aspek fisik irigasi (bangunan berikut jaringan irigasi) berada dalam kedudukan yang sama penting dengan aspek pengolalaan. Untuk dapat mengikuti tuntutan pengembangan irigasi berkelanjutan secara benar, diperlukan penelaahan kembali keseluruhan makna arti irigasi sebagai ilmu, teknologi dan juga dalam teknik pemakaian sehari-hari (Pusposutardjo, 2001).


(24)

tanaman. Meskipun demikian, suatu defenisi yang lebih umum dan termasuk irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk setiap jumlah delapan kegunaan berikut ini:

1. Menambah air ke dalam tanah untuk menyediakan cairan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanam-tanaman.

2. Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang pendek. 3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan lingkungan

yang baik untuk pertumbuhan tanam-tanaman. 4. Untuk mengurangi bahaya pembekuan.

5. Untuk mencuci atau mengurangi garam dalam tanah. 6. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah.

7. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah.

8. Untuk memperlambat pembentukan tunas dengan pendinginan karena penguapan (Hansen. dkk, 1992).

Kegiatan-kegiatan keirigasian selalu menumbuhkan kerjasama antar petani pembangunan dan pemeliharaan bangunan pengairan dan saluran. Pembagian air antar hamparan sawah dan antar petak sawah dalam hamparan yang sama membutuhkan kerjasama yang terorganisasi secara baik diantara petani di jaringan irigasi yang bersangkutan (Siskel dan Hutapea, 1995).

Wadah Perkumpulan Petani Pemakai Air merupakan himpunan bagi petani pemakai air yang bersifat sosial-ekonomi, budaya, dan berwawasan lingkungan. P3A dibentuk dari, oleh, dan untuk petani pemakai air secara demokratis, yang pengurus dan anggotanya terdiri dari unsur petani pemakai air. P3A dalam satu daerah pelayanan sekunder tertentu dapat bergabung sampai terbentuk GP3A.


(25)

GP3A dalam satu daerah irigasi tertentu dapat bergabung sampai terbentuk Induk P3A (IP3A) (Annonimus a, 2010).

Adapun maksud atau tujuan P3A, yaitu:

a. Agar pengelolaan air pengairan bagi kepentingan bersama dapat dilakukan secara mantap, tertib dan teratur melalui perkumpulan, karena perkumpulan dapat mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang mengikat dan memuaskan para anggotanya;

b. Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut (yang pada dasarnya disepakati bersama oleh para anggotanya), perkumpulan-perkumpulan dengan didukung kewajiban-kewajiban para anggotanya akan dapat melaksanakan dan meningkatkan pemeliharaan jaringan pengairan dalam wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya secara mantap dan teratur dan dengan penuh tanggungjawab;

c. Agar dengan adanya perkumpulan, para petani anggotanya dapat dengan tenang dan bergairah melaksanakan usaha taninya karena selain kebutuhan air pengairan tercukupi, juga dalam pelaksanaan usaha taninya itu akan dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi pertanian dan pengairan

(Kartasapoetra dan Mul, 1994).

Kerjasama dalam mengelola air irigasi dalam wadah P3A sangat diharapkan sehingga dapat membantu para anggotanya yaitu para petani pedesaan dalam menerapkan teknologi yang ada pada lahannya. Adapun kegiatan yang dilakukan P3A merupakan kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku seperti; gotong rotong, membersihkan saluran irigasi, membuat bedengan irigasi sesuai dengan kebutuhan petani (Wahyuni, 1999).


(26)

Tugas pokok P3A dapat dijelaskan lebih lanjut secara terperinci menjadi sebagai berikut:

a. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan-perbaikan jaringan pengairan tersier dan pedesaan;

b. Membuat peraturan dan ketentuan pebagian air pengairan serta pengamanan jaringan-jaringan pengairan agar terhindar dari perusahaan si pembutuh air pengairan yang hanya mementingkan diri sendiri;

c. Mengatasi dan menyelesaikan pelbagai masalah yang timbul dan terjadi di antara para anggota petani pemakai air pengairan di dalam pengelolaan air pengairan;

d. Mengumpulkan dan mengurus iuran pembiayaan bagi kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan bangunan dan jaringan pengairan dari para anggota petani pemakai air pengairan yang telah mereka sepakati bersama pada musyawarah di antara mereka;

e. Sebagai badan masyarakat mewujudkan peransertanya kepada pemerintah melaksanakan kewajiban-kewajiban pemerintah dalam rangka kegiatan yang menyangkut persoalan-persoalan pengairan dan pertanian

(Kartasapoetra dan Mul, 1994).

Usaha pengelolaan air untuk menunjang produksi pangan tidaklah semata-mata suatu kegiatan teknis belaka, air yang diperlukan diatur oleh manusia supaya pemberiannya kepada lahan tepat jumlah dan tepat waktunya. Berhasil tidaknya usaha itu tentu tergantung pada tekhnologi yang dipergunakan. Dengan tekhnologi manapun, untuk mengelola jaringan irigasi dengan baik perlu dilaksanakan serangkaian kegiatan yang menyangkut seluruh aspek pemeliharaan saluran atau


(27)

memperbaiki bendungan sampai pada menyelesaikan konflik mengenai pembagian air, semuanya itu menuntut adanya suatu organisasi petani pamakai air (P3A) yang kuat (Ambler, 1992).

Landasan Teori

Salah satu faktor dari pada usaha peningkatan produksi pangan khususnya padi adalah tersedianya air irigasi di sawah-sawah sesuai dengan kebutuhan. Jika penyediaan air irigasi dilakukan dengan tepat dan benar maka dapat menunjang peningkatan produksi padi sehingga kebutuhan pangan nasional dapat terpenuhi. Pengembangan irigasi untuk menunjang peningkatan produksi pangan dan kenaikan penghasilan petani juga telah menjadi program pemerintah. Untuk itu jaringan irigasi, baik saluran pembawa maupun saluran pembuang dan bangunan irigasinya harus dapat beroperasi dengan baik (Mawardi, 2007).

Irigasi mempunyai peranan penting terhadap pertanian. Pertama,

menyediakan air bagi tanaman yang membantu mengatur melembabkan tanah.

Kedua, membantu menyuburkan tanah melalui zat-zat yang dibawa air. Ketiga,

penggunaan pupuk dan obat lebih efektif. Keempat, menekan pertumbuhan gulma.

Kelima, mempermudah pengolahan tanah (Isnaini, 2006).

Salah satu temuan dari kegiatan penelitian terhadap proyek-proyek irigasi sederhana yang disebut “Action Research Program” (ARP) adalah, bahwa petani kurang berpartisipasi dalam operasi dan pemeliharaan jaringan pemerintah. Kurangnya rasa tanggung jawab petani yang mengakibatkan rendahnya partisipasi petani disebabkan karena sarana fisik jaringan irigasi tersebut sering kurang sesuai dengan keinginan petani. Rekomendasi ARP menyebutkan, bahwa dalam proses


(28)

pembangunan irigasi, petani perlu berpartisipasi sejak tahap perencanaan, pelaksanaan konstruksi sampai kepada operasi dan pemeliharaannya, sehingga rasa memiliki di kalangan petani akan tumbuh terhadap jaringan yang telah dibangun tersebut (Ambler, 1992).

Melalui kebijakan pengelolaan irigasi yang selama ini hanya ditangani pemerintah pada awalnya dapat memberikan dampak yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dengan tercapainya swasembada pangan, khususnya beras pada tahun 1984. Namun keberhasilan tersebut tidak berkelanjutan mengingat dukungan prasarana irigasi banyak yang menurun kuantitas, kualitas maupun fungsinya, apalagi setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997. Penurunan fungsi prasarana irigasi tersebut antara lain disebabkan bahwa selama ini anggapan pengembangan irigasi menjadi tanggung jawab pemerintah, sehingga sebagian petani berpendapat bahwa mereka tidak turut bertanggung jawab (Direktorat Pengelolaan Air, 2008).

Peraturan Pemerintahan nomor 77 tahun 2001 pasal 4 tentang Irigasi, menjelaskan bahwa pengelolaan irigasi diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat petani dan dengan menempatkan perkumpulan petani pemakai air sebagai pengambilan keputusan dan pelaku utama dalam pengelolaan irigasi yang menjadi tanggung jawabnya (Isnaini, 2006).

Perkumpulan petani pemakai air (P3A) merupakan organisasi sosial dari para petani, yang bertindak dan bernaung pada golongan atau partai politik, merupakan organisasi yang bergerak di bidang pertanian, khususnya dalam kegiatan pengelolaan air pengairan sehubungan dengan kepentingan-kepentingan melangsungkan usahatani bersama (Kartasapoetra dan Mul, 1994).


(29)

Partisipasi anggota merupakan unsur-unsur utama dalam memacu kegiatan dan untuk mempertahankan ikatan pemersatu P3A yang merupakan organisasi berwatak sosial yang dibentuk oleh anggota untuk menggapai manfaat tertentu melalaui partisipasi. Oleh karena itu P3A harus memiliki kegiatan tertentu untuk menjabarkan bentuk-bentuk partisipasi dan memacu manfaat bersama. Diharapkan manfaat tersebut dapat mendistribusikan secara adil dan merata sesuai dengan kontribusi dalam aneka kegiatan yang dilakukan (Lubis, 1999).

Pemerintah juga telah menyerahkan agar dana untuk pemeliharaan dan kelangsungan fungsi dari jaringan irigasi dibiayai oleh anggota P3A tersebut (Asnawi, 1992).

Dana dari iuran ini akan dipergunakan untuk pemeliharaan irigasi. Jika suatu daerah pungutan iurannya tinggi, maka makin tinggi pula dana yang tersedia untuk pemeliharaan dan sebaliknya. Jadi diharapkan petani mempunyai kesadaran untuk membayar iuran, dimana dana untuk pemeliharaan irigasi tergantung pada iuran anggota (Kuswanto, 1993).

Sebagai represtasi dari petani pada lahan beririgasi, P3A/GP3A merupakan lembaga pelaksana strategis agar pemanfaatan, pengelolaan, dan pemeliharaan sarana irigasi dapat dilaksanakan demi kepentingan bersama dalam mewujudkan kesejahteraan petani dan meningkatkan pendapatan. Secara teknis, lahan beririgasi harus diatur pembagiannya sesuai dengan kebutuhan/kepentingan bersama. Oleh karena itu mutlak diperlukan adanya wadah koordinasi dan komunikasi agar semua petani mendapatkan fasilitas air irigasi secara adil dan merata. Lembaga ini juga dimaksudkan sebagai jalur transfer teknologi budidaya pertanian dan program-program pembangunan dari pemerintah. Aktifitas lembaga


(30)

ini mutlak harus dikembangkan sebagai penguatan (empowerment) bagi pihak petani pemanfaat. Pada pengembangannya lembaga P3A dapat dikembangkan menjadi lembaga kooperasi sebagai wujud kemandirian usahatani dan partisipasi aktif dalam pengelolaan irigasi (Anonimous b, 2010).

Partisipasi

Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan. Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan. Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan. Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan (Anonimous c, 2010).

Ada tiga unsur penting partisipasi:

1. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.


(31)

2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.

3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of belongingness” (Anonimous c, 2010).

Partisipasi yang efektif, indikator-indikator kuantitatif dari partisipasi mencakup:

- Perubahan-perubahan positif dalam layanan-layanan local - Jumlah pertemuan dan jumlah peserta

- Proporsi berbagai bagian dari kehadiran masyarakat - Jumlah orang yang dipengaruhi oleh isu yang diurus - Jumlah pemimpin lokal yang memegang peranan

- Jumlah warga lokal yang memegang peranan dalam proyek

- Jumlah warga lokal dalam berbagai aspek proyek dan pada waktu yang berbeda-beda (Anonimous d, 2010).

Kegiatan partisipasi melibatkan peran serta petani dan kelompok P3A sejak persiapan awal sampai dengan pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan. Keterlibatan tersebut tercermin dari mulai penyusunan rencana usaha kegiatan kelompok (RUKK), penyusunan rencana anggaran biaya, pembagian kewajiban dalam pembiayaan (sharing), pengesahan rencana usaha kegiatan kelompok/proposal, dan pelaksanaan kegiatan fisik di lapangan, pemantauan serta pengawasan (Direktorat Pengelolaan Air, 2008).


(32)

Tujuan pengelolaan irigasi partisipatif adalah :

1. Meningkatkan rasa kebersamaan, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab dalam pengelolaan irigasi antara pemerintah; pemerintah daerah dan P3A/GP3A sejak dari pemikiran awal sampai dengan pengambilan keputusan. 2. Terpenuhinya pelayanan irigasi yang memenuhi harapan petani melalui upaya

peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan irigasi yang berkelanjutan (Direktorat Pengelolaan Air, 2008).

Kerangka Pemikiran

Organisasi P3A dibentuk dari, oleh, dan untuk petani pemakai air secara demokratis, yang pengurus dan anggotanya terdiri dari unsur petani pemakai air. Wadah Perkumpulan Petani Pemakai Air merupakan himpunan bagi petani pemakai air yang bersifat sosial-ekonomi, budaya, dan berwawasan lingkungan. Wadah ini dibentuk dengan tujuan untuk mendukung dan meningkatkan hasil-hasil pertanian, dengan perlunya sarana dan prasarana pertanian yang salah satunya melalui irigasi.

Keberadaan P3A sebagai organisasi petani dapat meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola jaringan irigasi. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, diperlukan partisipasi petani dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Partisipasi anggota P3A adalah ikutsertanya anggota P3A dalam kegiatan gotong-royong, membayar iuran pelayanan irigasi (IPAIR), serta pemeliharaan saluran.

Partisipasi dalam pembayaran IPAIR dapat dilihat dari besarnya IPAIR dan ketepatan waktu dalam membayar IPAIR. Partisipasi dalam gotong-royong


(33)

meliputi, pemeliharaan rutin dan pemeliharaan mendadak. Partisipasi dalam pemeliharaan saluran meliputi, pengamanan, pembersihan saluran, pencegahan dan perbaikan saluran.

Partisipasi organisasi P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi diduga memiliki hubungan dengan pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga dalam penelitian ini adalah seluruh pendapatan bersih dalam bentuk uang yang diperoleh dari usaha tani per petani.

Kegiatan organisasi P3A dalam pelaksanaannya tentu memiliki masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Seperti terjadinya konflik dalam pembagian air irigasi ke petak-petak sawah petani. Sehingga dibutuhkan upaya-upaya yang dilakukan oleh pengurus dengan bantuan anggota maupun pemerintah untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.


(34)

PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN

JARINGAN IRIGASI

GOTONG-ROYONG

- Pemeliharaan rutin

- Pemeliharaan mendadak

Untuk lebih mangarahkan penelitian dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

ORGANISASI P3A

MASALAH

PENDAPATAN

UPAYA

Keterangan:

: Ada hubungan : Terdapat : Berpartisipasi

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran PETANI

PEMELIHARAAN SALURAN

- Pengamanan

- Pembersihan saluran

- Pencegahan

- Perbaikan saluran PEMBAYARAN

IPAIR

- Besar IPAIR

- Ketepatan waktu membayaran IPAIR


(35)

Hipotesis Penelitian

1. Tingkat partisipasi organisasi P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah penelitian adalah tinggi.

2. Ada hubungan tingkat partisipasi petani anggota P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dengan pendapatan usahatani padi sawah.


(36)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel

Penentuan daerah sampel dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu di Desa Hutatoruan I, IV dan Parbubu Pea yaitu P3A Karya Bersama dan Desa Lobu Hole yaitu P3A Sahata, Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Alasan memilih daerah sampel karena desa tersebut memiliki luas wilayah kerja yang besar pertama dan kedua. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nama, Luas Wilayah Kerja dan Legalitas P3A Menurut Desa dan Daerah Irigasi di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2006.

No Desa Daerah Irigasi

Nama P3A Luas (Ha)

Legalitas BH BBH

1. Parbubu I dan II Siborgung Dosroha 86 √ -

2. Parbubu Parbubu I Parbubu 61 √ -

3. Siraja Hutagalung Hasak I Rim Nitahi 250 √ -

4. Sosunggulon Aek Sibabiat Dosroha 75 √ -

5. Sitompul Simarlailai Saurdot 80 √ -

6. Hutabarat Partali Hutabarat Parbaju

Nauli 75 √ -

7. Hutatoruan I, IV dan Parbubu Pea

Hasak I Karya Bersama 365 -

8. Pansurnapitu, Enda Portibi, Sangkaran, Parbubu

Hasak II Onan Gadu-gadu 300 √ -

9. Simamora, Siraja Oloan, Hutauruk SW, Hutatoruan

Aek Haidupan

Marsiurupan 250 √ -

10. Parbaju Julu, Parbaju Tonga, Partali Toruan, Partali Julu

Panaharan Sepakat 300 √ -

11. Sihujur Hatupangan Satahi 150 √ -

12. Hutapea Banuarea Aek Silasik Saurdot 52 - √ 13. Ibu Siagian Aek

Sidempuan

Perkumpulan Hutabarat

Sidempuan (PHS)


(37)

14. Sitompul Sangkaran Maduma 50 - √

15. Parbaju Tonga Aek Goti Aek Goti 40 - √

16. Hutatoruan II Aek Siansimun

Selaras 90 - √

17. Jambur Nauli Aek Napultak/ Parpangiran

Sekata 75 - √

18. Pagar Sinondi Aek Pagar Sinondi

- 60 - √

19. Simamora Hutatoruan

Panganan Lombu

Huta Baginda 200 - √

20. Simorangkir Julu/Simorangkir Habinsaran, Enda Portibi

Aek Halian Saroha 60 - √

21. Lumban Siagian Jae, Sangkaran

Aek Marubung

Saroha 100 - √

22. Lobu Hole Hutanamora Sahata 600 -

Jumlah 11 11

Sumber: Bagian Perekonomian Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010

Metode Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah organisasi P3A petani padi sawah di Desa Hutatoruan I, IV dan Parbubu Pea yang termasuk dalam satu organisasi P3A Karya Bersama dan Desa Lobu Hole yaitu P3A Sahata. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah metode simple random sampling. Dari setiap organisasi P3A diambil sampel secara acak sederhana yaitu masing-masing 30 petani padi sawah anggota P3A Karya Bersama dan 30 petani padi sawah anggota P3A Sahata. Besar sampel seluruhnya sebanyak 60 sampel, seperti tertera pada Tabel 2.


(38)

Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Organisasi P3A di Kecamatan Tarutung Tahun 2006

N o

Desa Daerah Irigasi/

Nama P3A

Populasi (KK)

Sampel (KK)

1. Hutatoruan I, IV dan Parbubu Pea

Hasak 1 (Karya Bersama)

374 30

2. Lobu Hole Hutanamora

(Sahata)

238 30

Jumlah 612 60

Sumber: Bagian Perekonomian Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 dan Kepala Desa Hutatoruan I, IV, Parbubu Pea dan Lobu Holex

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani yang tergabung dalam organisasi P3A. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Bagian Keuangan Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara, Kantor Kepala Desa Hutatoruan I, IV, Parbubu Pea dan Lobu Hole, buku serta literatur yang mendukung penelitian ini. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Spesifikasi Pengumpulan Data

N o

Jenis Data Sumber Data Metode

Alat Pengumpulan

Data

1 Identitas petani sampel Petani (anggota) pengurus P3A

Wawancara Kuisioner

2 Pelaksanaan program / kegiatan organisasi P3A

Petani (anggota) dan pengurus P3A

Wawancara Kuisioner

3 Mekanisme pengumpulan dan penggunaan IPAIR

Petani (anggota) dan pengurus P3A


(39)

4 Masalah-masalah dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi

Petani (anggota) dan pengurus P3A

Wawancara Kuisioner

5 Upaya-upaya dalam menghadapi masalah

Petani Sampel dan Pengurus P3A

Wawancara Kuisioner

6 Deskriptif daerah penelitian

Kepala Desa Pencatatan data

Kuisioner dan Monografi desa 7 Data organisasi P3A PPL Kecamatan

dan Kepala Desa

Wawancara Pencatatan data

8 Nama, Luas Wilayah Kerja dan Legalitas P3A Menurut Desa dan Daerah Irigasi Bagian Perekonomian Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara Pencatatan data Kuisioner

9 Tingkat partisipasi P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi

Petani (anggota) dan pengurus P3A

Wawancara Kuisioner

Metode Analisis Data

Identifikasi masalah 1 dianalisis dengan metode deskriptif dengan mengumpulkan data tentang kegiatan organisasi P3A yang terlaksana dengan yang tidak terlaksana.

Identifikasi masalah 2 dianalisis dengan metode deskriptif dengan mengumpulkan data tentang jumlah iuran yang terkumpul dan penggunaan iuran IPAIR selama satu tahun.

Identifikasi masalah 3 (Hipotesis 1) yaitu untuk mengetahui tingkat partisipasi organisasi dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah penelitian diuji dengan penentuan skor dari 8 parameter partisipasi,


(40)

parameter tersebut diperoleh dari laporan pertanggungjawaban P3A yang berupa data-data pada Tabel 4.

Tabel 4. Parameter Untuk Melihat Tingkat Partisipasi Anggota P3A

No. Parameter Kriteria Skor

1. Membayar Iuran Pelayanan

Irigasi (IPAIR) 

Membayar Penuh

 Membayar IPAIR hanya setengah dalam satu tahun

 Tidak membayar

3 2 1 2. Ketepatan waktu membayar

IPAIR 

Membayar tepat waktunya pada saat panen

 Membayar setelah lewat satu musim tanam

 Membayar setelah lewat satu tahun/Tidak membayar

3 2 1

3. Mengikuti gotong-royong dalam

pemeliharaan rutin 

Selalu hadir dalam setiap gotong-royong

 Hadir setengah dari periode gotong-royong

 Tidak pernah

3 2 1 4. Mengikuti gotong-royong dalam

pemeliharaan mendadak 

Selalu hadir

 Kadang-kadang

 Tidak pernah

3 2 1 5. Pemeliharaan saluran irigasi yaitu

pengamanan 

Ikut serta

 Kadang-kadang

 Tidak pernah

3 2 1 6. Pemeliharaan yaitu pembersihan

saluran 

Ikut serta

 Kadang-kadang

 Tidak pernah

3 2 1 7. Pemeliharaan saluran yaitu

pencegahan 

Ikut serta

 Kadang-kadang

 Tidak pernah

3 2 1 8. Pemeliharaan yaitu perbaikan

saluran 

Ikut serta

 Kadang-kadang

 Tidak pernah

3 2 1


(41)

Maka tingkat partisipasi dilihat dari penjumlahan skor secara keseluruhan yaitu berada antara 8-24 apabila skor:

8 - 13,3 = Tingkat Partisipasi Rendah 13,4 - 18,7 = Tingkat Partisipasi Sedang 18,8 - 24 = Tingkat Partisipasi Tinggi

Identifikasi masalah 4 (Hipotesis 2) yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat pastisipasi petani dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dengan pendapatan usahatani dianalisis dengan Metode Korelasi Rank Spearman dengan rumus sebagai berikut:

r

s =

2 1 3

6 1

n

i di n n

 

Dimana:

rs = Koefisien korelasi rank spearman

di = Selisih antara ranking nilai X dan ranking nilai Y dengan Metode Spearman

n = Jumlah petani sampel

Adapun pengolahan data untuk korelasi rank spearman ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 13 yaitu dengan analisis korelasi Bivariate. Semakin tinggi nilai korelasi, semakin tinggi keeratan hubungan kedua variabel. Uji kriteria adalah:

Apabila nilai signifikasi < α maka Ho ditolak (ada hubungan)

Apabila nilai signifikasi > α maka Ho diterima (tidak ada hubungan) (Trihendradi, 2005)


(42)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional.

Definisi

1. Organisasi P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk lembagaan lokal pengelola air irigasi.

2. Petani pemakai air adalah semua petani yang mendapat nikmat dan manfaat secara langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi yang meliputi pemilik sawah, pemilik penggarap sawah, penggarap/penyakap, yang mendapat air dari jaringan irigasi , dan pemakai air irigasi lainnya.

3. Iuran Pelayanan Irigasi (IPAIR) adalah iuran yang dipungut, disimpan dan dimanfaatkan oleh P3A secara otonom dan transparan untuk menyelenggarakan tugas dan kewajiban serta biaya pengelolaan irigasi.

4. Partisipasi adalah efektifitas dari anggota organisasi P3A dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan irigasi yang mencakup kegiatan seperti gotong royong, dalam hal pembayaran IPAIR, pemeliharaan yang meliputi: pengamanan, pembersihan saluran, pencegahan, perbaikan saluran.

5. Kegiatan operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.


(43)

6. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.

7. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi.

8. Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam usaha pemeliharaan jaringan irigasi baik pemeliharaan rutin maupun mendadak. 9. Pengamanan adalah usaha pemeliharaan jaringan irigasi agar pendistribusian

air ke lahan petani adil dan merata.

10.Pembersihan saluran adalah usaha yang dilakukan agar saluran air irigasi bersih dan air tetap mengalir dengan baik ke lahan petani.

11.Pencegahan adalah usaha pemeliharaan yang dilakukan sebelum terjadi kerusakan pada saluran irigasi.

12.Perbaikan saluran adalah usaha yang dilakukan pada saat terjadi kerusakan pada saluran irigasi.

13.Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terencana yakni dengan adanya jadwal pemeliharaan.

14.Pemeliharaan mendadak adalah pemeliharaan yang dilakukan tanpa terencana, tidak adanya pemberitahuan sebelumnya.

15.Masalah adalah hal-hal yang dihadapi oleh P3A yang menjadi penghambat dalam kegitan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.

16.Upaya-upaya adalah hal-hal yang dapat mengatasi terhambatnya kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.


(44)

Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Desa Hutatoruan I, IV, Parbubu Pea dan Lobu Hole Kecamatan Tarutung yang tergabung dalam satu organisasi P3A yaitu Karya Bersama.

2. Petani sampel adalah petani padi sawah yang menjadi anggota P3A Karya Bersama dan P3A Sahata.


(45)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian 1. Desa Hutatoruan I

Luas dan Topografi Desa

Desa Hutatoruan I berada di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 200 Ha. Jumlah penduduk Desa Hutatoruan I sebanyak 1.759 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 409 KK.

Desa ini memiliki jarak 2,5 km dari ibu kota kabupaten (Tarutung) dengan batas-batas daerah sebagai berikut:

 Sebelah utara : Desa Hutatoruan IV

 Sebelah selatan : Desa Parbubu Pea

 Sebelah timur : Desa Siraja Hutagalung

 Sebelah barat : Desa Aeksiansimun

Luas dan Tata Guna Lahan

Desa Hutatoruan I memiliki luas 200 Ha. Terdapat 56 Ha (28 %) sawah beririgasi dan 74 Ha (37%) lahan kering untuk pertanian di daratan. Luas dan tata guna tanah di Desa Hutatoruan I Kecamatan Tarutung dapat dilihat pada Tabel 5.


(46)

Tabel 5. Luas dan Penggunaan Tanah di Desa Hutatoruan I Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010

No Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1. Sawah irigasi 56 28

2. Lahan Kering 74 37

3. Pemukiman/Pekarangan 23 11,5

4. Lain-lain 47 23,5

Jumlah 200 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Hutatoruan I Tahun 2011

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Hutatoruan I dan komposisinya menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Desa Hutatoruan I Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 839 47,7

2. Perempuan 920 52,3

Jumlah 1759 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Hutatoruan I Tahun 2011

Dari Tabel 6 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk desa penelitian pada tahun 2010 adalah 1759 jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak 839 (47,7%) jiwa dan perempuan sebanyak 920 (52,3%) jiwa, jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Hutatoruan I Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Petani 729 57,6

2. Pedagang 126 10

3. Buruh 347 27,4

4. PNS/Swasta 63 5

Jumlah 1265 100


(47)

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa mata pencaharian sebahagian besar penduduk sebagai petani yaitu sebanyak 729 (57,6%) jiwa, selebihnya 536 (42,4%) pedagang, buruh, PNS dan pegawai swasta. Daerah ini dapat diasumsikan sebagai daerah yang cukup potensial untuk daerah pertanian jika dilihat dari keadaan penduduk menurut mata pencaharian.

Jumlah penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Hutatoruan I Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010

No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Kristen Protestan 1734 98,6

2. Islam 25 1,4

Jumlah 1759 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Hutatoruan I Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk desa penelitian beragama Kristen Protestan yaitu sebanyak 1734 (98,6%) jiwa dan Islam sebanyak 25 (1,4%) jiwa.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan semakin mudah desa tersebut dijangkau maka akan mempercepat laju pekembangan desa tersebut. Sarana dan prasarana dikatakan baik apabila dilihat dari segi ketersediaan dan pemanfaatannya sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam memenuhi segala kebutuhannya. Adapun sarana dan prasarana di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.


(48)

Tabel 9. Sarana dan Prasarana Desa Hutatoruan I Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1. TK (Unit) 1

2. SD (Unit) 2

3. Kantor Desa (Unit) 1

4. Posyandu (Unit) 1

5. Gereja (Unit) 2

6. Sarana Jalan (Km) 7,5

7. Non KUD (Unit) 1

Sumber: Kantor Kepala Desa Hutatoruan I Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Hutatoruan I dapat dikatakan cukup memadai.

2. Desa Hutatoruan IV Luas dan Topografi Desa

Desa Hutatoruan IV berada di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 87 Ha. Jumlah penduduk Desa Hutatoruan IV sebanyak 858 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 200 KK.

Desa ini memiliki jarak 2 km dari ibu kota kabupaten (Tarutung) dengan batas-batas daerah sebagai berikut:

 Sebelah utara : Desa Hapoltahan

 Sebelah selatan : Desa Hutatoruan I

 Sebelah timur : Desa Parbaju Toruan


(49)

Luas dan Tata Guna Tanah

Desa Hutatoruan IV memiliki luas 87 Ha. Terdapat 75 Ha (86,2%) sawah beririgasi dan 9 Ha (10,3%) lahan kering untuk pertanian di daratan. Luas dan tata guna tanah di Desa Hutatoruan IV Kecamatan Tarutung dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Luas dan Penggunaan Tanah di Desa Hutatoruan IV Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010

No Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1. Sawah irigasi 75 86,2

2. Lahan Kering 9 10,3

3. Pemukiman/Pekarangan 3 3,5

Jumlah 87 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Hutatoruan IV Tahun 2011

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Hutatoruan IV dan komposisinya menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Penduduk Desa Hutatoruan IV Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 421 49,1

2. Perempuan 437 50,9

Jumlah 858 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Hutatoruan IV Tahun 2011

Dari Tabel 11 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk desa penelitian pada tahun 2010 adalah 858 jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak 421 (49,1%) jiwa dan perempuan sebanyak 437 (50,9%) jiwa, jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandikan laki-laki.


(50)

Tabel 12. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Hutatoruan IV Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Petani 357 73,5

2. Pedagang 75 15,4

3. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 17 3,5

4. PNS/Swasta 37 7,6

Jumlah 486 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Hutatoruan IV Tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mata pencaharian sebahagian besar penduduk desa penelitian sebagai petani.yaitu sebanyak 357 (73,5%) jiwa, selebihnya 129 (26,5%) pedagang, pensiunan PNS/TNI/POLRI, PNS dan pegawai swasta. Daerah ini dapat diasumsikan sebagai daerah yang cukup potensial untuk daerah pertanian jika dilihat dari keadaan penduduk menurut mata pencaharian.

Jumlah penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Hutatoruan IV Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Islam 17 2

2. Kristen Protestan 765 89

3. Khatolik 76 9

Jumlah 858 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Hutatoruan IV Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk desa penelitian beragama Islam 17 (2%) jiwa, Kristen Protestan sebanyak 765 (89%) jiwa dan Khatolik sebanyak 76 (9%) jiwa.

Sarana dan Prasarana


(51)

tersebut dijangkau maka akan mempercepat laju pekembangan desa tersebut. Sarana dan prasarana dikatakan baik apabila dilihat dari segi ketersediaan dan pemanfaatannya sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Adapun sarana dan prasarana di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Sarana dan Prasarana Desa Hutatoruan IV Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1. SD (Unit) 1

2. Kantor Desa (Unit) 1

3. Puskesmas Pembantu (Unit) 1

4. Posyandu (Unit) 1

5. Sarana Jalan (Km) 3,7

Sumber: Kantor Kepala Desa Hutatoruan IV Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Hutatoruan IV dapat dikatakan cukup memadai.

3. Desa Parbubu Pea

Luas dan Topografi Desa

Desa Parbubu Pea berada di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 125 Ha. Jumlah penduduk Desa Parbubu Pea sebanyak 462 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 103 KK.

Desa ini memiliki jarak 3 km dari ibu kota kabupaten (Tarutung) dengan batas-batas daerah sebagai berikut:

 Sebelah utara : Desa Hutatoruan I

 Sebelah selatan : Desa Banuarea

 Sebelah timur : Desa Siraja Hutagalung


(52)

Luas dan Tata Guna Tanah

Desa Parbubu Pea memiliki luas 125 Ha. Terdapat 40 Ha (32%) sawah beririgasi dan 30 Ha (24%) lahan kering untuk pertanian di daratan. Luas dan tata guna tanah di Desa Parbubu Pea Kecamatan Tarutung dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Luas dan Penggunaan Tanah di Desa Parbubu Pea Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010

No Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1. Sawah irigasi 40 32

2. Lahan Kering 30 24

3. Pemukiman/Pekarangan 10 8

4. Lain-lain 45 36

Jumlah 125 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Parbubu Pea Tahun 2011

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Parbubu Pea dan komposisinya menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Jumlah Penduduk Desa Parbubu Pea Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 227 49,1

2. Perempuan 235 50,9

Jumlah 462 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Parbubu Pea Tahun 2011

Dari Tabel 16 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk desa penelitian pada tahun 2010 adalah 462 jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak 227 (49,1%) jiwa dan perempuan sebanyak 235 (50,9%) jiwa, dimana penduduk yang perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.


(53)

Tabel 17. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Parbubu Pea Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Pedagang 18 6,1

2. Petani 189 64,5

3. Pensiuanan PNS/TNI/POLRI 72 24,6

4. PNS/Swasta 14 4,8

Jumlah 293 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Parbubu Pea Tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mata pencaharian sebahagian besar penduduk desa penelitian sebagai petani. yaitu sebanyak 189 (64,5%) jiwa, selebihnya 104 (35,5%) pedagang, pensiunan PNS/TNI/POLRI, PNS dan pegawai swasta. Daerah ini dapat diasumsikan sebagai daerah yang cukup potensial untuk daerah pertanian jika dilihat dari keadaan penduduk menurut mata pencaharian.

Jumlah penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Parbubu Pea Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Kristen Protestan 458 90,1

2. Islam 4 0,9

Jumlah 462 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Parbubu Pea Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk desa penelitian beragama Kristen Protestan sebanyak 458 (90,1%) jiwa dan Islam sebanyak 4 (0,9%) jiwa.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan semakin mudah desa


(1)

P3A SAHATA

1 0,8 160,000 76,000 1,138,000 1,540,000 1,120,000 4,034,000

2 0,7 140,000 66,000 972,500 1,140,000 1,080,000 3,398,500

3 0,5 100,000 45,000 744,500 1,200,000 870,000 2,959,500

4 0.5 100,000 45,000 744,500 1,200,000 870,000 2,959,500

5 0,6 120,000 62,000 848,500 1,250,000 920,000 3,200,500

6 0,7 140,000 60,000 1,014,000 1,440,000 1,080,000 3,734,000

7 0.4 80,000 33,000 579,000 1,050,000 820,000 2,562,000

8 0.6 120,000 54,000 848,500 1,250,000 920,000 3,192,500

9 0.4 80,000 39,000 579,000 1,000,000 820,000 2,518,000

10 0.3 60,000 32,000 455,000 920,000 780,000 2,247,000

11 0.5 100,000 42,000 744,500 1,200,000 870,000 2,956,500

12 0.5 100,000 45,000 744,500 1,200,000 870,000 2,959,500

13 0.6 120,000 54,000 848,500 1,200,000 920,000 3,142,500

14 0.3 60,000 40,000 455,000 920,000 780,000 2,255,000

15 0.6 120,000 60,000 848,500 1,250,000 920,000 3,198,500

16 0.2 40,000 32,000 289,500 770,000 720,000 1,851,500

17 0.3 60,000 35,000 455,000 920,000 780,000 2,250,000

18 0.3 60,000 35,000 455,000 920,000 780,000 2,250,000

19 0.4 80,000 32,000 579,000 1,000,000 820,000 2,511,000

20 0.4 80,000 36,000 579,000 1,050,000 820,000 2,565,000

21 0.6 120,000 64,000 848,500 1,250,000 920,000 3,202,500

22 0.5 100,000 49,000 744,500 1,200,000 870,000 2,963,500

23 0.2 40,000 32,000 289,500 770,000 720,000 1,851,500

24 0.7 140,000 57,000 1,014,000 1,490,000 1,080,000 3,781,000

25 0.3 60,000 36,000 455,000 950,000 780,000 2,281,000

26 0.4 80,000 38,000 579,000 1,050,000 820,000 2,567,000

27 1 200,000 76,000 1,427,500 1,740,000 1,380,000 4,823,500

28 0.4 80,000 32,000 579,000 1,000,000 820,000 2,511,000

29 0.6 120,000 59,000 848,500 1,220,000 920,000 3,167,500

30 0.4 80,000 32,000 579,000 970,000 820,000 2,481,000

Total 14.7 2,940,000 1,398,000 21,286,500 34,060,000 26,690,000 86,374,500

Rata-rata 0.49 98,000 46,600 709,550 1,135,333 889,666.67 2,879,150


(2)

Lampiran 9. Produksi, Produktivitas, Penerimaan Per Petani Per Musim Tanam Pada Usahatani Padi Sawah Organisasi Sampel

Luas Lahan

(Ha)

Produksi (Kg)

Produktivitas (Kg/Ha)

Penerimaan (Rp)

P3A KARYA BERSAMA

1 0.4 2500 6250 7,500,000

2 0.6 3750 6250 11,250,000

3 0.3 2000 6666.7 6,000,000

4 0.3 2150 7166.7 6,450,000

5 0.4 2550 6375 7,650,000

6 0.6 4000 6666.7 12,000,000

7 0.5 3420 6840 10,260,000

8 0.7 4500 6428.6 13,500,000

9 0.8 5000 6250 15,000,000

10 0.4 2570 6425 7,710,000

11 0.5 3400 6800 10,200,000

12 0.3 2000 6666.7 6,000,000

13 0.2 1600 8000 4,800,000

14 0.4 2590 6475 7,770,000

15 0.3 2100 7000 6,300,000

16 0.3 2150 7166.7 6,450,000

17 0.6 3800 6333.3 11,400,000

18 0.4 2500 6250 7,500,000

19 0.5 3500 7000 10,500,000

20 0.5 3410 6820 10,230,000

21 0.6 4150 6916.7 12,450,000

22 0.8 5050 6312.5 15,150,000

23 1 6250 6250 18,750,000

24 0.4 2500 6250 7,500,000

25 0.3 2100 7000 6,300,000

26 0.4 2600 6500 7,800,000

27 0.4 2540 6350 7,620,000

28 0.5 3600 7200 10,800,000


(3)

P3A SAHATA

1 0,8 5050 6312.5 15,150,000

2 0,7 4550 6500 13,650,000

3 0,5 3400 6800 10,200,000

4 0.5 3450 6900 10,350,000

5 0,6 3810 6350 11,430,000

6 0,7 4525 6464.3 13,575,000

7 0.4 2540 6350 7,620,000

8 0.6 4200 7000 12,600,000

9 0.4 2540 6350 7,620,000

10 0.3 2160 7200 6,480,000

11 0.5 3500 7000 10,500,000

12 0.5 3420 6840 10,260,000

13 0.6 4150 6916.7 12,450,000

14 0.3 2150 7166.7 6,450,000

15 0.6 3800 6333.3 11,400,000

16 0.2 1500 7500 4,500,000

17 0.3 2150 7166.7 6,450,000

18 0.3 2180 7266.7 6,540,000

19 0.4 2560 6400 7,680,000

20 0.4 2500 6250 7,500,000

21 0.6 4210 7016.7 12,630,000

22 0.5 3600 7200 10,800,000

23 0.2 1700 8500 5,100,000

24 0.7 4550 6500 13,650,000

25 0.3 2200 7333.3 6,600,000

26 0.4 2570 6425 7,710,000

27 1 6280 6280 18,840,000

28 0.4 2600 6500 7,800,000

29 0.6 3785 6308.3 11,355,000

30 0.4 2620 6550 7,860,000

Total 14.7 98250 203680.1 294,750,000

Rata-rata 0.49 3275 6789.3 9,825,000


(4)

Lampiran 10. Pendapatan Bersih Per Musim Tanam Pada Usahatani Padi Sawah Organisasi Sampel

Luas Lahan (Ha) Biaya Produksi (Rp/Petani) Produksi (Kg/Petani) Penerimaan (Rp/Petani) Pendapatan Bersih (Rp/Petani) Biaya Produksi (Rp/Ha) Produksi (Kg/Ha) Penerimaan (Rp/Ha) Pendapatan Bersih (Rp/Ha) P3A KARYA BERSAMA

1 0.4 2,481,000 2500 7,500,000 5,019,000 6,202,500 6250 18,750,000 12,547,500

2 0.6 3,227,500 3750 11,250,000 8,022,500 5,379,167 6250 18,750,000 13,370,833

3 0.3 2,247,000 2000 6,000,000 3,753,000 7,490,000 6666.7 20,000,000 12,510,000

4 0.3 2,300,000 2150 6,450,000 4,150,000 7,666,667 7166.7 21,500,000 13,833,333

5 0.4 2,511,000 2550 7,650,000 5,139,000 6,277,500 6375 19,125,000 12,847,500

6 0.6 3,230,500 4000 12,000,000 8,769,500 5,384,167 6666.7 20,000,000 14,615,833

7 0.5 2,963,500 3420 10,260,000 7,296,500 5,927,000 6840 20,520,000 14,593,000

8 0.7 3,786,000 4500 13,500,000 9,714,000 5,408,571 6428.6 19,285,714 13,877,143

9 0.8 4,002,000 5000 15,000,000 10,998,000 5,002,500 6250 18,750,000 13,747,500

10 0.4 2,511,000 2570 7,710,000 5,199,000 6,277,500 6425 19,275,000 12,997,500

11 0.5 2,959,500 3400 10,200,000 7,240,500 5,919,000 6800 20,400,000 14,481,000

12 0.3 2,247,000 2000 6,000,000 3,753,000 7,490,000 6666.7 20,000,000 12,510,000

13 0.2 1,854,500 1600 4,800,000 2,945,500 9,272,500 8000 24,000,000 14,727,500

14 0.4 2,564,000 2590 7,770,000 5,206,000 6,410,000 6475 19,425,000 13,015,000

15 0.3 2,279,000 2100 6,300,000 4,021,000 7,596,667 7000 21,000,000 13,403,333

16 0.3 2,298,000 2150 6,450,000 4,152,000 7,660,000 7166.7 21,500,000 13,840,000

17 0.6 3,228,500 3800 11,400,000 8,171,500 5,380,833 6333.3 19,000,000 13,619,167

18 0.4 2,561,000 2500 7,500,000 4,939,000 6,402,500 6250 18,750,000 12,347,500

19 0.5 2,963,500 3500 10,500,000 7,536,500 5,927,000 7000 21,000,000 15,073,000

20 0.5 2,956,500 3410 10,230,000 7,273,500 5,913,000 6820 20,460,000 14,547,000

21 0.6 3,150,500 4150 12,450,000 9,299,500 5,250,833 6916.7 20,750,000 15,499,167

22 0.8 4,034,000 5050 15,150,000 11,116,000 5,042,500 6312.5 18,937,500 13,895,000

23 1 4,860,500 6250 18,750,000 13,889,500 4,860,500 6250 18,750,000 13,889,500

24 0.4 2,564,000 2500 7,500,000 4,936,000 6,410,000 6250 18,750,000 12,340,000

25 0.3 2,247,000 2100 6,300,000 4,053,000 7,490,000 7000 21,000,000 13,510,000

26 0.4 2,512,000 2600 7,800,000 5,288,000 6,280,000 6500 19,500,000 13,220,000

27 0.4 2,561,000 2540 7,620,000 5,059,000 6,402,500 6350 19,050,000 12,647,500

28 0.5 2,965,500 3600 10,800,000 7,834,500 5,931,000 7200 21,600,000 15,669,000


(5)

P3A SAHATA

1 0,8 4,034,000 5050 15,150,000 11,116,000 5,042,500 6312.5 18,937,500 13,895,000

2 0,7 3,398,500 4550 13,650,000 10,251,500 4,855,000 6500 19,500,000 14,645,000

3 0,5 2,959,500 3400 10,200,000 7,240,500 5,919,000 6800 20,400,000 14,481,000

4 0.5 2,959,500 3450 10,350,000 7,390,500 5,919,000 6900 20,700,000 14,781,000

5 0,6 3,200,500 3810 11,430,000 8,229,500 5,334,166 6350 19,050,000 13,751,833

6 0,7 3,734,000 4525 13,575,000 9,841,000 5,334,285 6464.3 19,392,857 14,058,571

7 0.4 2,562,000 2540 7,620,000 5,058,000 6,405,000 6350 19,050,000 12,645,000

8 0.6 3,192,500 4200 12,600,000 9,407,500 5,320,833 7000 21,000,000 15,679,167

9 0.4 2,518,000 2540 7,620,000 5,102,000 6,295,000 6350 19,050,000 12,755,000

10 0.3 2,247,000 2160 6,480,000 4,233,000 7,490,000 7200 21,600,000 14,110,000

11 0.5 2,956,500 3500 10,500,000 7,543,500 5,913,000 7000 21,000,000 15,087,000

12 0.5 2,959,500 3420 10,260,000 7,300,500 5,919,000 6840 20,520,000 14,601,000

13 0.6 3,142,500 4150 12,450,000 9,307,500 5,237,500 6916.7 20,750,000 15,512,500

14 0.3 2,255,000 2150 6,450,000 4,195,000 7,516,667 7166.7 21,500,000 13,983,333

15 0.6 3,198,500 3800 11,400,000 8,201,500 5,330,833 6333.3 19,000,000 13,669,167

16 0.2 1,851,500 1500 4,500,000 2,648,500 9,257,500 7500 22,500,000 13,242,500

17 0.3 2,250,000 2150 6,450,000 4,200,000 7,500,000 7166.7 21,500,000 14,000,000

18 0.3 2,250,000 2180 6,540,000 4,290,000 7,500,000 7266.7 21,800,000 14,300,000

19 0.4 2,511,000 2560 7,680,000 5,169,000 6,277,500 6400 19,200,000 12,922,500

20 0.4 2,565,000 2500 7,500,000 4,935,000 6,412,500 6250 18,750,000 12,337,500

21 0.6 3,202,500 4210 12,630,000 9,427,500 5,337,500 7016.7 21,050,000 15,712,500

22 0.5 2,963,500 3600 10,800,000 7,836,500 5,927,000 7200 21,600,000 15,673,000

23 0.2 1,851,500 1700 5,100,000 3,248,500 9,257,500 8500 25,500,000 16,242,500

24 0.7 3,781,000 4550 13,650,000 9,869,000 5,401,429 6500 19,500,000 14,098,571

25 0.3 2,281,000 2200 6,600,000 4,319,000 7,603,333 7333.3 22,000,000 14,396,667

26 0.4 2,567,000 2570 7,710,000 5,143,000 6,417,500 6425 19,275,000 12,857,500

27 1 4,823,500 6280 18,840,000 14,016,500 4,823,500 6280 18,840,000 14,016,500

28 0.4 2,511,000 2600 7,800,000 5,289,000 6,277,500 6500 19,500,000 13,222,500

29 0.6 3,167,500 3785 11,355,000 8,187,500 5,279,167 6308.3 18,925,000 13,645,833

30 0.4 2,481,000 2620 7,860,000 5,379,000 6,202,500 6550 19,650,000 13,447,500

Total 14.7 86,374,500 98250 294,750,000 208,375,500 187,306,213 203680.1 611,040,357 423,770,142 Rata-rata 0.49 2,879,150 3275 9,825,000 6,945,850 6,243,540 6789.3 20,368,012 14,125,671


(6)

Lampiran 11. Hasil Analisis Statistik Hubungan Antara Tingkat Partisipasi

Dengan Pendapatan

Correlations

Tingkat Partisipasi

Pendapatan Usahatani Spearman's rho Tingkat Partisipasi Correlation Coefficient 1.000 .087

Sig. (2-tailed) . .509

N 60 60

Pendapatan Usahatani Correlation Coefficient .087 1.000

Sig. (2-tailed) .509 .

N 60 60