Kesimpulan Saran KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia berupa potongan-potongan dengan bentuk melengkung seperti bulan sabit, berwarna coklat tua, dan rasa kelat. Hasil pemeriksaan mikroskopik pada buah sawo terlihat adanya serabut skerenkim, sel-sel batu, pigmen berwarna coklat dan sel-sel endosperm dengan butir pati. Hasil penetapan kadar air 15,55, kadar sari yang larut dalam air 38,01, kadar sari yang larut dalam etanol 37,45, kadar abu total 1,89, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,91. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia buah sawo menunjukkan adanya senyawa tanin, flavonoid dan glikosida. Hasil pengujian efek antidiare menunjukkan bahwa EEBS 1 gkg BB, 2 gkg BB dan EEBS 2,5 gkg BB memiliki aktifitas antidiare. Pada dosis 1 gkg BB EEBS menunjukkan aktivitas diare yang lemah, dosis 2 gkg BB menunjukkan aktivitas antidiare yang sedang dan dosis 2,5 gkg BB sebanding dengan Loperamid HCl 2 mgkg BB.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan uji toksisitas akut pada mencit dan melakukan uji aktivitas antibakteri penyebab diare. Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Adnyana. I. K, dkk. 2004. Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih Dan Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai Antidiare. Acta Pharmaceutica Indonesia. Vol XXIX. No. 1. Hal. 18-20. Anief. M. 1995. Ilmu Meracik Obat, Teori Dan Praktik. Cetakan kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal 107. Anonim. 2005. SAWO Achras zapota. L. http:www.aagos.ristek.go.idpertaniansawo.pdf. Diakses Maret 2010. Anonim. 2010. Back To Nature. http:www.backto nature.manfaat-buah-sawo- untuk-kesehatan.html Diakses pada November 2010. Arif. A., Sjamsudin. U. 1995. Obat Lokal. dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: FK-UI. Hal. 511-512. Neal, M.J. 2006. At A Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Surabaya. Hal. 32-33. Depkes RI. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Jakarta: Depkes RI. Hal 8, 12, 14. Depkes RI. 1984. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Depkes RI. Hal. 9. Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Depkes RI. Hal. 300-306, 323-326. Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta: Depkes RI. Hal 3, 10-11. Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of pharmaceuticals Science. Volume 55. Number 3. Chicago. Reheins Chemical Company. Page 247-268. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan Kosasih., Soediro I. Terbitan Kedua. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 102-103, 147-148. Jeejeebhoy, K. N. 1977. Symposium on Diarrhea Definition and Mechanisms of diarrhea. Scientific Section. CMA Journal. Volume 116. Toronto: Toronto General Hospital. Page 737-739. M. Wien W., Dian. S. 1996 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Diare di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran. No 109. Hal. 25-30. Universitas Sumatera Utara Sari, dkk. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanan. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. III. No. 1. Hal. 1-7. Sa’roni., Pudjiastuti., Adjirni. 1996. Efek Antidiare Infus Daun Kesembukan Paederia foetida L pada Tikus Putih dan Toksisitas Akutnya Pada Mencit. Cermin Dunia Kedokteran. No 109. Hal. 18-20. Sugati dan Johnny. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Hal. 167. Suharyono. 1991. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal. 1-2. Suputra Purwanto H., dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta:Grafidian Medipress. Hal. 1027. Tan, T. H., Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting. Khasiat, penggunaan dan efek-efek Sampingnya. Edisi kelima. Cetakan kedua. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo Gramedia. Hal. 278-279. Wells B.G., dkk 2006. Pharmacotherapy Handbook. Sixth Edition. Singapore: The Mc Graw Hill Companies. Pages. 222-227. WHO. 1992. Quality Control Methods For Medical Plant Materials. Geneva: World Health Organization. Pages. 25-28. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Bagan Kerja Penelitian Buah sawo muda 1,3 kg Dibersihkan dan dicuci Ditiriskan dan ditimbang 1,1 kg Ditimbang Ditimbang Dihaluskan Simplisia Serbuk simplisia 280 g Skrining fitokimia karakterisasi simplisia Pembuatan ekstrak buah sawo  Makroskopik  Mikroskopik  PK air  PK sari larut air  PK sari larut etanol  PK abu total  PK abu tidak larut asam  Alkaloid  Flavonoid  Glikosida  Tanin  Saponin  Steroidtriterp enoid Diperkolasi dengan etanol 70 Perkolat Dipekatkan dengan alat rotary evaporator Dikeringkan dengan freeze dryer Ekstrak kental 151,132 g Uji efek Dipotong kecil-kecil Dikeringkan dalam lemari pengering Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Tumbuhan Sawo a. Tanaman Sawo Achras zapota L. b. buah sawo 1 cm Universitas Sumatera Utara Lanjutan Lampiran 2 c. simplisia buah sawo 1 cm Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Hasil Identifikasi Tumbuhan Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Mikroskopik Serbuk Simplisia Buah Sawo Keterangan : 1. serabut sklerenkim 2. endosperm dengan butir pati 3. sel-sel batu 4. pigmen berwarna coklat 1 2 3 4 Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Perhitungan Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia Perhitungan Penetapan Kadar Air a. Berat sampel I = 5,003 g Volume air = 0,8 ml Kadar air = 15,99 100 x 5,001 8 , = b. Berat sampel II = 5,000 g Volume air = 0,7 ml Kadar air = 14,00 100 x 5,000 7 , = c. Berat sampel III = 5,000 g Volume air = 0,8 ml Kadar air = 16,00 100 x 5,000 8 , = Kadar air rata-rata = 3 16,00 14,00 99 , 15 + + = 15,33 Perhitungan Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Air 100 x 20 100 x simplisia Berat air sari g Berat air dalam larut yang sari kadar = Persen a. Berat sampel I = 4,999 g Berat sari air = 0,385 g 100 x 20 100 x 4,999 0,385 air dalam larut yang sari Kadar = = 38,51 b. Berat sampel II = 5,000 g Berat sari air = 0,371 g Kadar air simplisia = 100 x sampel Berat air Volume Universitas Sumatera Utara Lanjutan Lampiran 5 100 x 20 100 x 5,000 0,371 air dalam larut yang sari Kadar = = 37,10 c. Berat sampel III = 5,000 g Berat sari air = 0,38 g 100 x 20 100 x 5,000 0,38 air dalam larut yang sari Kadar = = 38,00 Kadar sari rata-rata = 3 38,00 37,1 51 , 38 + + = 38,01 Perhitungan Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Etanol 100 x 20 100 x simplisia etanol sari g Berat etanol dalam larut yang sari kadar Persen Berat = a. Berat sampel I = 5,002 g Berat sari etanol = 0,389 g 100 x 20 100 x 5,002 0,389 etanol dalam larut yang sari Kadar = = 38,88 b. Berat sampel II = 5,003 g Berat sari etanol = 0,366 g 100 x 20 100 x 5,003 0,366 etanol dalam larut yang sari Kadar = = 36,58 c. Berat sampel III = 5,003 g Berat sari etanol = 0,369 g 100 x 20 100 x 5,003 0,369 etanol dalam larut yang sari Kadar = = 36,88 Kadar sari rata-rata = 3 36,88 36,58 88 , 38 + + = 37,45 Universitas Sumatera Utara Lanjutan Lampiran 5 Perhitungan Penetapan Kadar Abu 100 x sampel abu Berat abu total kadar berat Persen = a. Berat sampel I = 2,0005 g Berat abu = 0,0392 g Persen kadar abu total = 100 x 2,0005 0392 , = 1,96 b. Berat sampel II = 2,0002 g Berat abu = 0,0388 g Persen kadar abu total = 100 x 2,0002 0388 , = 1,94 c. Berat sampel III = 2,0004 g Berat abu = 0,0354 g Persen kadar abu total = 100 x 2,0004 0354 , = 1,77 Kadar abu total rata-rata = 3 1,77 1,94 1,96 + + = 1,89 Perhitungan Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut Dalam Asam 100 x sampel hasil sisa g Berat asam larut abu tidak kadar Berat Persen = a. Berat sampel I = 2,0005 g Berat abu = 0,0196 g Persen kadar abu tidak larut asam = 100 x 2,0005 0196 , = 0,98 b. Berat sampel II = 2,0002 g Berat abu = 0,0174 g Universitas Sumatera Utara Lanjutan Lampiran 5 Persen kadar abu tidak larut asam = 100 x 2,0002 0174 , = 0,87 c. Berat sampel III = 2,0004 g Berat abu = 0,0176 g Persen kadar abu tidak larut asam = 100 x 2,0004 0176 , = 0,88 Kadar abu tidak larut asam rata-rata = 3 0,88 0,87 0,98 + + =0,91 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Hewan Percobaan a. Mencit dalam Keadaan Sehat

b. Mencit yang Mengalami Diare