HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Buah Tanaman Sawo (Achras zapota L.) Terhadap Mencit Jantan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi sampel menunjukkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian adalah buah dari tanaman sawo Achras zapota L., suku Sapotaceae. Identifikasi bertujuan untuk memastikan kebenaran sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia berupa potongan-potongan dengan bentuk melengkung seperti bulan sabit, berwarna coklat tua, dan rasa kelat. Hasil pemeriksaan mikroskopik pada buah sawo terlihat adanya serabut skerenkim, sel-sel batu, pigmen berwarna coklat dan sel-sel endosperm dengan butir pati. Hasil penetapan kadar air simplisia 15,33, kadar abu total 1,89, kadar abu tidak larut asam 0,91, kadar sari yang larut dalam air 38,01, kadar sari yang larut dalam etanol 37,45. Dari hasil yang diperoleh pada penetapan kadar sari dapat diamati bahwa serbuk simplisia buah sawo lebih banyak mengandung senyawa yang larut dalam air dari pada yang larut dalam etanol. Standarisasi simplisia untuk buah sawo belum tertera di MMI, sehingga diharapkan untuk hasil karakterisasi ini dapat dijadikan standar simplisia untuk acuan syarat mutu simplisia. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia menunjukkan adanya kandungan tanin, flavonoid, dan glikosida pada buah sawo yang masih muda. Pengujian efek antidiare menggunakan 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberikan Universitas Sumatera Utara suspensi CMC Na 0,5 1 BB, kelompok II sebagai pembanding menggunakan Loperamid HCl 2 mgkg BB, kelompok III, IV, dan V adalah kelompok sediaan uji yaitu ekstrak etanol buah sawo EEBS dengan dosis masing-masing 1 g, 2 g dan 2,5 gkg BB. Satu jam kemudian masing-masing mencit diberikan minyak jarak 0,5 mlekor. Tabel 4.1. Jumlah Mencit yang Mengalami Diare Kel Perlakuan Mencit Diare I CMC Na 0,5 + minyak jarak 0,5 ml 66 II Loperamid HCL 2 mgkg BB + minyak jarak 0,5 ml 16 III EEBS dosis 1 gkg BB + minyak jarak 0,5 ml 66 IV EEBS dosis 2 gkg BB + minyak jarak 0,5 ml 56 V EEBS dosis 2,5 gkg BB + minyak jarak 0,5 ml 16 Jumlah mencit yang mengalami diare selama pengamatan pada kelompok I sebanyak 6 ekor, kelompok II sebanyak 1 ekor, kelompok III sebanyak 6 ekor, kelompok IV sebanyak 5 ekor, kelompok V sebanyak 1 ekor. Dari jumlah total mencit yang mengalami diare terlihat bahwa kelompok II dan kelompok V memperlihatkan jumlah mencit yang sama. Berdasarkan hasil analisis statistik Anava p0,05 yang dilanjutkan beda rata-rata Duncan menunjukkan bahwa Loperamid HCl 2 mgkg BB sebanding dengan EEBS 2,5 gkg BB. Gambar 4.1. Jumlah Mencit yang Mengalami Diare Setiap 30 Menit 1 2 3 4 5 6 7 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 ju m a h m e n ci t kontrol negatif I.loperamid III.EEBS 1 gkg BB IV.EEBS 2 gkg BB V.EEBS 2,5 gkg BB waktu menit Universitas Sumatera Utara Mencit kelompok kontrol negatif mengalami diare pada menit ke-90 dengan jumlah 2 ekor, menit ke-120 sejumlah 5 ekor, menit ke-150 sejumlah 6 ekor, menit ke-180 sejumlah 3 ekor, menit ke-210 sejumlah 3 ekor, menit ke-240 sejumlah 5 ekor, menit ke-270 sejumlah 2 ekor, menit ke-300 sejumlah 2 ekor, menit ke-360 sejumlah 1 ekor. Kelompok Loperamid diare pada menit ke-180 dengan jumlah mencit 1 ekor dan menit ke-210 sejumlah 1 ekor. Kelompok EEBS 1 gkg BB terjadi pada menit ke-90 dengan jumlah mencit 2 ekor, menit ke-120 sejumlah 3 ekor, menit ke-180 sejumlah 6 ekor, menit ke-210 sejumlah 4 ekor, menit ke-240 sejumlah 4 ekor, menit ke-270 sejumlah 1 ekor, menit ke-300 sejumlah 2 ekor dan menit ke-330 sejumlah 1 ekor. Kelompok EEBS 2 gkg BB terjadi pada menit ke-120 dengan jumlah mencit sejumlah 2 ekor, menit ke-150 sejumlah 4 ekor, menit ke-180 sejumlah 4 ekor, menit ke-210 sejumlah 5 ekor, menit ke-240 sejumlah 2 ekor, menit ke-270 sejumlah 2 ekor dan menit ke-300 sejumlah 1 ekor. Kelompok EEBS 2,5 gkg BB terjadi pada menit ke-210 dengan jumlah mencit 1 ekor, menit ke-240 sejumlah 1 ekor dan menit ke-330 sejumlah 1 ekor. Berdasarkan hasil analisis statistik Anava p0,05 yang dilanjutkan beda rata-rata Duncan terjadi perbedaan bermakna pada menit ke-120 antara kelompok kontrol negatif dan EEBS 1 g20 g BB dengan kelompok Loperamid, EEBS 2 gkg BB, EEBS 2,5 gkg BB. Pada menit ke-150 terjadi antara kelompok Loperamid dan EEBS 2,5 gkg BB dengan kelompok kontrol negatif, EEBS 1 gkg BB, EEBS 2 gkg BB. Pada menit ke-180 terjadi perbedaan terhadap masing- masing kelompok, namun kelompok Loperamid dan EEBS 2,5 gkg BB tidak memiliki perbedaan bermakna. Pada menit ke-210 terjadi antara kelompok Universitas Sumatera Utara kontrol negatif, EEBS 1 g20 g BB, EEBS 2 gkg BB dengan kelompok Loperamid dan EEBS 2,5 g20 g BB. Pada menit ke-240 antara kelompok kontrol negatif, 1 gkg BB, dan 2 gkg BB dengan kelompok Loperamid dan EEBS 2,5 mgkg BB. Pada menit ke-330 antara kontrol negatif dengan kelompok EEBS 1 gkg BB, EEBS 2 gkg BB, EEBS 2,5 gkg BB dan Loperamid. Berdasarkan hasil analisa statistik ini dapat diketahui bahwa kelompok EEBS 1 gkg BB dan 2 gkg BB memperlihatkan jumlah mencit diare yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, namun belum sebanding dengan hasil yang ditunjukkan oleh Loperamid. Sedangkan untuk kelompok Loperamid dan kelompok EEBS 2,5 gkg BB memperlihatkan jumlah mencit diare sebanding. Gambar 4.2. Profil Konsistensi Feses Mencit Terdapat perbedaan bermakna p0,05 dalam konsistensi feses mencit pada menit ke-120 antara kelompok kontrol negatif dan EEBS 1 gkg BB dengan kelompok EEBS 2 gkg BB, EEBS 2,5 gkg BB, dan Loperamid. Pada menit ke- 150 antara kelompok kontrol negatif dan EEBS 1 gkg BB dengan kelompok EEBS 2 gkg BB, EEBS 2,5 gkg BB dan Loperamid. Pada menit ke-180 antara kelompok kontrol negatif, EEBS 1 gkg BB dan EEBS 2 gkg BB dengan 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 k o n si st e n si Kontrol negatif II.loperamid III.EEBS 1 gkg BB IV.EEBS 2 gkg BB V.EEBS 2,5 gkg BB waktu menit 0=tidak defekasi 1=feses normal 2=feses lembek 3=berlendirberair membentuk massa feses 4=berlendirberair tidak membentuk massa Universitas Sumatera Utara kelompok EEBS 2,5 gkg BB dan Loperamid. Pada menit ke-210 antara kelompok kontrol negatif, EEBS 1 gkg BB dan EEBS 2 gkg BB dengan kelompok EEBS 2,5 gkg BB dan Loperamid. Pada menit ke-240 terdapat antara kelompok kontrol negatif, EEBS 1 gkg BB, EEBS 2 gkg BB dengan kelompok EEBS 2,5 gkg BB dan Loperamid. Pada menit ke-330 antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok EEBS 1 gkg BB, EEBS 2 gkg BB dan Loperamid. Berdasarkan hasil analisis statistik ini dapat diketahui bahwa kelompok EEBS 1 gkg BB dan EEBS 2 gkg BB menunjukkan profil konsistensi feses yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, namun belum memperlihatkan profil yang sebanding dengan kelompok Loperamid. Kelompok Loperamid memperlihatkan profil konsistensi feses yang sebanding dengan kelompok EEBS 2,5 gkg BB. Gambar 4.3. Profil Frekuensi Defekasi Terdapat perbedaan bermakna p0,05 dalam frekuensi defekasi pada menit ke-120 antara kelompok kontrol negatif dan EEBS 1 gkg BB dengan kelompok Loperamid, EEBS 2 gkg BB dan EEBS 2,5 gkg BB. Pada menit ke- 150 antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok EEBS 1 gkg BB dan 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 fr e k u e n si Kontrol negatif II.loperamid 2 mgkg BB III.EEBS 1gkg BB IV.EEBS 2 gkg BB V.EEBS 2,5 gkg BB waktu menit Universitas Sumatera Utara EEBS 2 gkg BB dengan kelompok Loperamid dan EEBS 2,5 gkg BB. Pada menit ke-180 antara kelompok kontrol negatif, EEBS 1 gkg BB dan EEBS 2 gkg BB dengan kelompok EEBS 2,5 gkg BB dan Loperamid. Pada menit ke-210 antara kelompok kontrol negatif, 1 gkg BB, 2 gkg BB dengan kelompok Loperamid dan EEBS 2,5 gkg BB. Pada menit ke-240 antara kelompok kontrol negatif , EEBS 1 gkg BB dan EEBS 2 gkg BB dengan kelompok Loperamid dan EEBS 2,5 gkg BB. Pada menit ke-330 antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok EEBS 1 gkg BB, EEBS 2 gkg BB, EEBS 2,5 gkg BB dan Loperamid. Berdasarkan hasil analisis statistik ini dapat diketahui bahwa kelompok EEBS 1 gkg BB dan EEBS 2 gkg BB profil defekasi yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, namun belum memperlihatkan profil yang sebanding dengan kelompok Loperamid. Kelompok Loperamid memperlihatkan profil defekasi yang sebanding dengan kelompok EEBS 2,5 gkg BB. Gambar 4.4. Bobot Total Feses 5.882 1.876 3.802 2.991 1.954 I.kontrol negatif II.Loperamid III.EEBS 1 gkg BB IV.EEBS 2 gkg BB V.EEBS 2,5 gkg BB Bobot Total g Bobot Total g Universitas Sumatera Utara Bobot total feses mencit kelompok I memperlihatkan bobot yang paling tinggi dilanjutkan kelompok III, IV, V dan II. Kelompok dengan jumlah mencit diare yang besar memperlihatkan bobot total feses yang besar, semakin sedikit jumlah mencit yang diare maka semakin kecil bobot total feses. Berdasarkan hasil analisis statistik ANAVA p0,05 dilanjutkan uji beda rata-rata Duncan menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok EEBS 1 gkg BB, EEBS 2 gkg BB, EEBS 2,5 gkg BB dan Loperamid. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa EEBS 1 gkg BB, EEBS 2 gkg BB, EEBS 2,5 gkg BB dan Loperamid memiliki kemampuan yang sebanding dalam bobot total feses. Berdasarkan beberapa parameter pengamatan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa EEBS 1 gkg BB dan EEBS 2 gkg BB sudah mampu memperlihatkan profil jumlah mencit diare yang lebih kecil, profil konsistensi feses, defekasi dan bobot total yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol negatif. Sedangkan EEBS 2,5 gkg BB mampu memperlihatkan profil jumlah mencit diare, konsistensi feses, defekasi dan bobot total feses yang sebanding dengan Loperamid. Pada penelitian ini digunakan minyak atau castor oil sebagai penginduksi diare. Di dalam usus halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam risinoleat. Asam risinoleat inilah yang merupakan bahan aktif sebagai pencahar. Diare adalah suatu kondisi yang menunjukkan frekuensi dan konsistensi buang air besar yang meningkat dibandingkan dengan individu dalam kondisi pencernaan yang normal Wells, dkk, 2006. Pada penelitian ini frekuensi dan Universitas Sumatera Utara konsistensi merupakan parameter pengamatan teradinya diare, selain itu parameter lain adalah bobot total feses mencit. Berdasarkan pengamatan kejadian diare menunjukkan adanya peningkatan frekuensi defekasi, konsistensi feses dan bobot feses. Pengobatan non spesifik, dilakukan dengan mengurangi peristaltik otot polos usus antimotilitas, menciutkan selaput lendir usus astringensia, menyerap racun dan toksin adsorbensia dan memberikan cairan elektrolit. Dalam penelitan ini digunakan Loperamid sebagai obat pembanding. Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek lokal pada usus karena tidak menembus ke dalam sawar otak. Oleh karena itu Loperamid tidak dapat menyebabkan ketergantungan. Obat antimotilitas secara luas digunakan sebagai terapi simtomatis pada diare akut ringan sampai sedang. Opioid seperti morfin. difenoksilat dan kodein menstimulasi aktivitas reseptor ยต pada neuron mienterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktasi kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus. Neal, 2006. Berdasarkan hasil skrining fitokimia sampel yang digunakan mengandung tanin. Diduga tanin didalam sampel inilah yang memberikan aktifitas antidiare. Tanin bekerja sebagai astringens, yaitu senyawa yang dapat menciutkan selaput lendir usus sehingga dapat menekan terjadinya diare dan meringankan keadaan diare yang non spesifik pada mencit Tan dan Rahardja, 2002. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN