Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
b. Jenis dan Penggunaan Lahan
Di desa ini terdapat berbagai jenis lahan hal ini dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Jenis-jenis dan Penggunaan Lahan, di Desa Penelitian Tahun 2008
No Jenis Penggunaan
Tanah Luas
Ha Persentase
1 Sawah dan Ladang
350 43,75
2 Pemukiman
45 5,62
3 Tanah yang ditanami
Andaliman 35
4,34
4 Tanah yang belum
dikelola 375
46.58
Jumlah 805
100
Sumber: Data Monografi Desa Penelitian, 2008
Pada Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan untuk sawah dan ladang seluas 350 Ha, sedangkan lahan Pemukiman 45 Ha, dan tanah yang ditanami
andaliman seluas 35 Ha 4,34 dan tanah yang belum dikelola lahan tidur adalah 375 Ha. Dapat kita simpulkan bahwa jenis Penggunaan Tanah yang belum dikelola lebih besar
yakni 375 Ha atau 46,58, sementara penggunaan tanah untuk sawah dan ladang yaitu 350 Ha 43.75 dan penggunaan tanah untuk pemukiman yaitu 45 Ha 43.75,
sedangkan lahan yang yang ditanami andaliman adalah 35 Ha 4,34 . Dari uraian di atas dapat dikemukakan masih ada tanah yang belum diolah yaitu
46,58 lagi, keadaan ini sebenarnya menjadi peluang yang besar bagi masyarakat jika mau membuka lahan dan mengolahnya untuk lahan pertanian. Hal ini membuktikan
bahwa desa ini memiliki lahan yang luas dan dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
b. Pemerintahan Desa
Desa Penelitian dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang bertugas dalam mengorganisasi struktur pemerintahan desa yang bertujuan membantu kepentingan
masyarakat yang berhubungan dengan pembangunan desa kepada pemerintahan pusat. Dalam menjalankan kegiatannya, Kepala Desa dibantu oleh seoang sekretaris desa, 3
orang Kaur Kepala Urusan, dan seorang bendahara desa serta 5 orang Kepala Dusun untuk tiap-tiap wilayah bagian dalam satu kesatuan desa Penelitian.
c. Keadaan Penduduk
Penduduk desa penelitian berjumlah 1878 jiwa atau 436 KK 436 KK. seperti tertera
pada Tabel 4 Tabel 4. Keadaan Penduduk di Desa Penelitian tahun 2008
No Jenis Kelamin
Jumlah jiwa
Persentase
1 Laki-laki
980 52,18
2 Perempuan
898 47,81
Jumlah 1878
100
Sumber: Data Monografi Desa Penelitian, 2008
Dari Tabel 4 menunjukkan keadaan penduduk desa Penelitian terdiri dari Laki-laki berjumlah 980 Jiwa 52,18 dan Perempuan berjumlah 898 Jiwa 47,81. Dengan
demikian data menunjukkan bahwa di desa ini jumlah penduduk Laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk Perempuan
Selanjutnya distribusi penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 5.
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur desa Penelitian Tahun 2008
No Umur
Tahun Jumlah Penduduk
Jiwa Persentase
1 0-5
265 14,11
2 6-17
548 29,17
3 18-59
731 38,92
4 60
334 17,78
Jumlah 1878
100
Sumber: Data Monografi Desa Penelitian, 2008
Tabel 5 menunjukkan bahwa kelompok umur 0-5 terdapat 265 jiwa 14,11, kelompok umur 6-17 tahun sebesar 548 jiwa 29,17, kelompok umur 18-59 sebesar 731
38,92, serta kelompok usia 60 sebesar 334 jiwa 17,78. Berdasarkan data di atas dapat dikemukakan bahwa penduduk menurut kelompok umur 18-59 tahun adalah
penduduk jumlahnya yang paling tinggi yaitu 731 jiwa 38,92. Hal ini menunjukkan bahwa di desa ini memiliki tenaga kerja yang produktif yang masih dapat menghasilkan
pendapatan bagi keluarga. Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di Desa penelitian terdiri
Petani, PNSPensiunan, Lain-lain, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Penelitian Tahun 2008
No Uraian
Jumlah Penduduk KK
Persentase
1 PNSPensiunan
45 4,76
2 TANI
850 89,94
3 Lainnya
50 5,29
Total 945
100
Sumber: Data Monografi Desa Penelitian, 2008
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk desa Penelitian adalah bermata pencaharian sebagai Petani yaitu 850 KK atau 89,94, sementara penduduk
yang mempunyai mata pencaharian lain Tukang, Pedagang adalah 50 KK atau 5,29 dan penduduk yang bermata pencaharian PNSPensiunan sekitar 45 KK atau 4,76
Selanjutnya gambaran penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di desa Penelitian Tahun 2008
No Tingkat Pendidikan
Jumlah jiwa
Persentase
1 TK
30 3,39
2 SD
300 33,9
3 SMP
200 22,65
4 SMA
200 22,65
5 D3
75 8,49
6 S1
78 8,83
Total 883
100
Sumber: Data Monografi Desa Penelitian, 2008
Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang tingkat pendidikan TK dan SD sebanyak 37,29, tingkat pendidikan menengah SMP dan SMA sebanyak
45,3 dan tingkat pendidikan tinggi D3 dan S1 sebanyak 17,32. Jika dilihat dari tingkatan pendidikan maka tingkatan Pendidikan menengah SMP dan SMA memiliki
jumlah yang paling banyak yaitu 400 0rang atau 45,3 sementara tingkatan pendidikan Tk dan SD sekitar 330 orang atau 37,29, dan tingkatan Pendidikan D3 dan S1 hanya
153 atau 17,32. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian ini memandang
pendidikan formal sangat penting untuk mengubah pola pikir dan cara pandang dalam menanggapi suatu masalah dalam masyarakat.
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
2. Sarana dan Prasarana Desa
Ketersediaan sarana dan prasarana desa menjadi faktor yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat desa. Sarana dan prasarana yang baik akan mendukung
kelancaran perekonomian desa, termasuk dalam pemasaran hasil-hasil pertanian dan akses informasi.
Dalam pemasaran hasil pertanian harus didukung dengan sarana dan prasarana jalan ataupun transportasi yang memadai, sebab hasil-hasil pertanian di daerah ini harus
dijual ke pasar yang letaknya berada di ibukota Kabupaten. Sarana dan prasarana yang terdapat di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 8
Tabel 8. Sarana dan Prasarana di Desa Penelitian, Tahun 2008
No Fasilitas Sarana dan Prasaran Jumlah
1 Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
3 1
- 2
Kesehatan
Puskesmas Pembantu
- 1
3 Peribadatan
Gereja 5
4 Sosial
Balai Desa
MCK
1 1
Sumber: Data Monografi Desa Penelitian, 2008
Dari Tabel 8 menunjukkan ketersediaan sarana dan prasarana desa penelitian di bidang pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, dan Sosial cukup baik, akan tetapi masih
perlu dibenahi bidang pendidikan, di mana di desa ini Fasilitas tersedia pendidikan SD dan SLTP sedangkan SLTA ada di ibukota Kecamatan dengan
jarak tempuh biasanya berjalan kaki biasanya 1 jam atau menggunakan jasa angkutan yang ada di desa ini. Dengan cara demikian maka akan semakin meningkatkan minat anak desa
ini untuk sekolah.
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
Di desa ini hanya memiliki satu unit Puskesmas Pembantu, padahal pusat kesehatan masyarakat ini sangat diperlukan oleh masyarakat untuk berobat maupun unuk
mendapatkan penyuluhan maupun informasi kesehatan. Sarana kesehatan masih kurang, harapan masyarakat kepada pemerintah agar menyediakan fasilitas kesehatan dan tenaga
medis yang memadai supaya kesehatan masyarakat akan terjamin karena hal ini berkaitan dengan kualitas hidup penduduk desa tersebut.
Fasilitas peribadatan dan sosial keberadanya cukup tersedia bagi masyarakat. Namun perlu diperhatikan dalam pemakaiannya di mana gereja sebagai tempat beribadah dan
balai desa adalah tempat pertemuan bagi masyarakat jikalau ada rapatperkumpulan masyarakat. Sementara MCK masih belum cukup karena keberadaanya tidak berfungsi
dengan baik karena masyarakat kurang memperhatikan keberadaannya sebagai suatu fasilitas dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu saat ini dalam setiap keluarga sudah
tersedia MCK yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga tersebut
Karakterisitik Petani Sampel
Karakterisitik petani sampel pada penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah pohon andaliman yang diusahakan, luas tanah. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.7
Tabel 9. Karakteristik petani sampel di desa Penelitian, Kecamatan Pollung, 2009 No Uraian
Range Rataan
1 Umur Tahun
30-63 51,4
2 Tingkat pendidikan Tahun
9-12 10,2
3 Pengalaman Bertani Tahun
7-10 8,7
4 Jumlah Pohon pohon
15-120 47
5 Luas tanaman Ha
0.06-3.1 0.30
Sumber: Data Diolah dari Lampiran 1 dan 2
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
Dari Tabel 9 diketahui bahwa umur rata-rata petani adalah 51,4 tahun dengan range 30-63 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong pada usia
produktif, karena dari segi umur masih potensial untuk mengerjakan usahatani andaliman. Sedangkan tingkat pendidikan petani sampel hanya pada tingkat SMA 10,2 tahun
dengan range 9-12. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani cukup tinggi Sementara pengalaman bertani tiap petani yaitu 8,7 tahun. Hal ini
akan berpengaruh pada keahlian dan pengetahuannya di dalam mengatasi masalah- masalah budidaya andaliman untuk meningkatkan produksi andaliman. Jumlah tanaman
andaliman rata-rata 47 pohon dengan range 15-120 pohon yang ditanam pada lahan dengan luas rata 0,42 Ha dengan range 0,06-3.1.
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Budidaya Tanaman Andaliman
Beberapa kegiatan budidaya usahatani andaliman yang dillakukan oleh petani di daerah penelitian berdasarkan observasi secara langsung dan hasil wawancara yaitu
sebagai berikut: 1.
Pembibitan Persemaian
Petani yang menanam tanaman andaliman pada umumnya memulai dengan pembibitan sebelum dilakukan penanaman di lahan. Petani mendapatkan biji andaliman
dengan cara membeli biji kemudian dikeringkan biji andaliman sampai kering. Setelah kering kemudian direndam ke dalam air untuk mengetahu biji yang bagus atau tidak. Biji
andaliman yang bagus adalah biji yang tenggelam, sedangkan yang mengapung ke atas akan dibuang dan tidak cocok dilakukan untuk pembibitan.
Kemudian disediakan lahan untuk persemaian yang teduh ukurannya 1X1M atau sesuai dengan banyaknya biji andaliman yang ditanam. Biji andaliman ditaburkan,
ditimbun dengan tanah tapi jangan terlalu tebal, lalang atau rumput kering ditebarkan di lahan pembibitan, kemudian dibakar, dengan tujuan supaya kulit tanduk lebih cepat
pecah. Masa pembibitan dibiarkan hingga andaliman tumbuh 1 bulan. Kemudian dipindahkan ke dalam polibag yang sudah berisi tanah atau kompos selama 2 bulan
kemudian dipindahkan ke lahan pertanaman yang telah disiapkan.
2. Persiapan Lahan
Sebelum diadakan penanaman maka perlu adanya pengolahan lahan, yaitu terlebih dahulu membersihkan lahan yang akan ditanam, dan pembabatan rumput-rumput liar
supaya tidak menggangu proses penanaman dan lahan tampak bersih. Proses pembabatan
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
dapat dilakukan dengan sabit atau menggunakan Round-Up supaya lebih cepat pengeringan gulma. Persiapan lahan yaitu dengan membuat lubang tanam dengan ukuran
1,5X1,5 meter dan jarak satu lubang tanam dengan lubang tanaman lainnya sekitar 5-6 meter hal ini dibuat karena tanaman ini setiap tahunnya akan bertambah tinggi dan
melebar ke samping..
3. Penanaman
Proses penanaman yaitu proses pemindahan bibit tanaman andaliman yang dari polibag ke lahan yang sudah disiapkan. Akan tetapi pada penanaman perlu diperhatikan
harus ada tanaman pelindung, biasanya tanaman andaliman tumpang sari terhadap tanaman lain seperti Kopi, Kemenyan dan lain-lain., karena hal ini akan mempermudah
proses pertumbuhan tanaman. Setelah tanah diolah maka ditambah pupuk kompos sebagai timbunannya, dan jika modal cukup maka dapat ditambahi dengan pupuk kimia sekitar 1-2
ons tiap pohon. Namun fakta yang terjadi di lapangan pada saat penanaman petani hanya memberikan pupuk kompos sekitar 2 Kg per pokok tanaman.
4. Pemupukan
Proses pemupukan sangat penting untuk mempercepat proses pertumbuhan tanaman. Pupuk yang diberikan terdiri dari pupuk kompos, biasanya diberikan 2 kali setahun.
Pemberian pupuk tepatnya diberikan pada Maret dan ketika musim hujan tiba sekitar bulan September karena akan semakin mempercepat proses pertumbuhan dan
menghasilkan buah yang banyak. Pupuk anorganik diberikan sekali atau duakali setahun, biasanya diberikan TSP, NPK akan tetapi petani jarang memberikannya karena
ketersediaan pupuk dan modal yang kurang. Dosis yang diberikan oleh petani pada saat penanaman untuk pupuk kompos sebanyak 2 kg perpohon tanaman, sementara untuk
pupuk TSP dan NPK sekitar 1-2 Ons per pohon tanaman. Dan dosis pemberian pupuk
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
terhadap tanaman andaliman setiap tahunnya akan bertambah karena sudah bertambah besar dan kebutuhan pupuk lebih banyak.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap tanaman sangat penting untuk mencegah hama penyakit tanaman serta perawatan terhadap pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan yang biasa
dilakukan oleh petani adalah pembersihan gulma secara berkala yaitu pemberantasan gulma, tapi pada tanaman ini perakaran gulma tidak ikut dibabat karena tanaman ini
mempunyai akar yang sensitif akan tetapi petani menggunakan Round-Up untuk memberantas gulma. Sedangkan obat-obat untuk memberantas hama dan penyakit tidak
ada karena menurut petani penyakit tanaman ini jarang diserang jika ada tanaman biasanya tanaman akan berjamur yaitu timbulnya bercak putih pada tanaman andaliman. Dan cara
penanggulangannya petani biasanya membuangnya dengan cara manual
6. Panen
Proses pemanenan merupakan proses menghasilkannnya tanaman dan petani akan memetik hasilnya setelah berumur 3 tahun sejak masa tanam. Buah andaliman yang bisa
dipanen adalah berwarna hijau sebesar merica. Pemanenan dilkaukan secara manual yaitu dengan memetik hasilnya dengan tangan. Dalam pemanenan perlu konsentrasi yang tinggi
dan hati-hati karena tanaman andaliman setiap dahan mempunyai banyak duri. Dari penjelasan tentang usahatani andaliman maka tujuan 1 dapat dijawab yaitu
usahatani andaliman di daerah penelitian dilakukan penngusahaannya masih tergolong sederhana dan tradisional, hal ini dapat dibuktikan yaitu selama proses pengolahan lahan,
perawatan tanaman hingga ke pemanenan dikerjakan secara sederhana atau tidak menggunakan teknologi yang modern dalam usahatani andaliman ini.
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
Ketersediaan Faktor Produksi Lahan, Tenaga kerja, dan Input Produksi
1. Lahan
Ketersediaan lahan dalam usahatani adalah faktor yang sangat penting dalam suatu usahatani. Demikian juga dalam usahatani andaliman ini, lahan juga menjadi hal yang
penting diperhatikan oleh petani andaliman. Lahan untuk tanaman andaliman ini adalah milik mereka sendiri. Namun lokasi dari tanaman andaliman ini ada yang dekat dengan
rumah petani namun ada juga yang jauh dari lokasi pemukiman warga. Lahan yang menjadi tempat usahatani andaliman ada yang dekat dengan rumah biasanya tumpang sari
dengan tanaman kopi atau tanaman pelindung lainnya dan biasanya masyarakat menanamnya dalam jumlah kecil lebih kecil dari 50 pokok tanaman, sementara jika
lokasi usahatani andaliman jauh dari pemukiman warga biasanya di hutan yang disebut” Hadian Padang”, jarak yang ditempuh petani ke tempat ini sekitar 45 menit dengan
menggunakan kereta atau berjalan kaki hingga ke kebun masing-masing petani. Mengenai kesuburan tanah, daerah ini subur, akan tetapi perlu adanya penambahan pupuk.
Sedangkan jika di kebun hutan masih subur oleh karena banyak mengandung kompos daun-daunan atau kandungan hara yang cukup tinggi.
Tabel 10. Luas Lahan Tidur di Desa Penelitian, Kec. Pollung Tahun 2009 No
Uraian Luas
Ha
1 Sawah dan Ladang
350 2
Tanah yang ditanami Andaliman
35
3 Tanah belum dikelola
370
Sumber:Data Monografi Desa Penelitian, 2008
Tabel 10 menunjukkan bahwa luas lahan yang belum dikelola di daerah penelitian
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
cukup luas yaitu 370 Ha.Keadaan luas lahan yang ditanami petani rata-rata adalah 0,30 Ha dengan rata-rata jumlah tanaman yang ditanam adalah 47 pohon. Berdasarkan pengalaman
petani bahwa produksi yang diperoleh pada tahun ke 5 per pohon 26-39 LiterPohonTahun atau 13-18,5 Kg. Dengan demikain. Jika jumlah pohon yang
diusahakan oleh petani ditambah atau lebih banyak dengan memanfaatkan lahan tidur yang tersedia, maka peluang usahatani andaliman untuk dikembangkan cukup besar.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usahatani karena tenaga kerja merupakan penunjang terhadap keberlangsungan dari usahatani di daerah
penelitian. Dalam pengelolaan usahatani terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar keluarga TKLK yang berasal dari masyarakat yang tinggal di
daerah penelitian dengan upah harian sebesar Rp 25000hari 8 jam Kerja. Namun pada usahatani andaliman, pada umumnya petani tidak mempergunakan TKLK karena masih
cukup tersedia tenaga kerja dalam keluarga, mengingat jumlah tanaman andaliman yang ditanam tidak terlalu banyak jika diratakan hanya 47 pohon. Namun jika dibandingkan
untuk tanaman kopi dan padi, biasanya petani akan memberikan upah TKLK. Rata-rata distribusi penggunanan TK pada usahatani andaliman di desa Penelitian
dapat dilihat pada Tabel 11.
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
Tabel 11. Rata-rata Penggunaan Tenaga kerja Usahatani Andaliman Di desa Penelitian, Kec. Pollung 2009
s Jenis
Pekerjaan Per Petani
Per 10 Pohon Tahun Ke 5
Fisik HKP
Nilai Rp
Fisik HKP
Nilai Rp
Fisik HKP
Nilai Rp
1 Pengolahan
penanaman
2.95 73791.66
0.62 15700.35
2 Pemeliharaan
24.61 615.437,5
5.2 130944.14
4.73 118,420.
3 Pemupukan
17.27 419037,5
3.6 89156,91
3.448 83879,16
4 Panen
85,96 2112608,
18,29 449491,13
33,28 895766,6
Total
130,8 3220875
27,83 685292
42.58 1033263
Sumber: Data Diolah dari Lampiran 6
Dari Tabel 11 dapat dikemukakan bahwa penggunaan tenaga kerja dalam mengelola usahatani andaliman ini adalah berasal dari tenaga kerja dalam keluarga
TKDK. Dalam setiap kegiatan usahatani yang terdiri dari pengolahan lahanpenanaman, pemeliharaan, pemupukan dan panen jumlah tenaga kerja yang digunakan berbeda-beda.
Rata-rata curahan tenaga kerja per petani mulai dari pengolahan sampai panen umur 5 tahun adalah 130,8 HKP dengan nilai Rp 3.220.875 dan untuk tanaman pada tahun ke 5
dibutuhkan tenaga kerja sebesar 42,58 HKP dengan nilai Rp 1.033.263.
3. Sarana Produksi a.
Bibit
Petani tanaman andaliman mendapatkan bibit dari hasil tanaman mereka sendiri atau dengan cara membelinya. Biasanya yang dibeli masih dalam bentuk biji dan akan
dibibitkan kemudian sebelum ditanam di lahan yang sudah disediakan. Sehingga setelah beberapa minggu andaliman yang telah dibibitkan akan dipindahkan ke lahan penanaman
yang sudah disediakan sebelumnya. Ketersediaan bibit di daerah ini masih cukup baik dan tersedia, karena biji andaaliman selalu ada tersedia untuk dibeli oleh petani di pasar
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
dengan ukuran liter. Biasanya petani menjualnya dalam ukuran LiterTakaran. Dengan harga Rp 19000Liter. Jumlah dan biaya bibit rata-rata dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata Biaya Bibit Tanaman Andaliman, di Desa Penelitian Kec. Pollung Tahun 2009
N0. Uraian Per Petani
Per 10 Pohon
1
Fisik Liter
0.56
0.12
2
Biaya Rp
2290.78
10766.66
Sumber: Data Diolah dari Lampiran 2
Tabel 12 menunjukkan rata-rata biaya bibit usahatani andaliman, perpetani sebanyak 0,56 liter dengan biaya Rp 10766.66 sementara untuk per 10 pohon 0,12 liter
dengan biaya RP
2290.78
. Hasil wawancara dari 30 petani sample bahwa petani tidak pernah mengalami kekurangan bibit andaliman. Hal ini berarti ketersediaan bibit
andaliman di daerah penelitian cukup baik dan tersedia di pasar.
b. Pupuk
Pemupukan adalah proses yang dilakukan oleh petani dengan pemberian unsur hara baik secara kimia maupun organik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan unsur hara
pada lahan dan juga tanaman akan semakin mempunyai produksi yang baik. Pemupukan sangat baik dilakukan terhadap tanaman jika petani mempunyai modal untuk
menggunakan pupuk dengan dosis yang cocok untuk perkembangan tanaman tersebut. Pemupukan yang dilakukan oleh petani umumnya dilaksanakan pada saat
pemeliharaan dan periode pemupukan pada bulan Maret dan September. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk Kompos, Pupuk TSP dan NPK. Pupuk kompos dengan harga Rp
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
5000 per sak, sedangkan harga pupuk TSP seharga Rp7000Kg dan harga pupuk NPK Rp 8000Kg. Menurut petani, biasanya pupuk yang diberikan petani adalah pupuk kimia,
namun keterbatasan biaya menyebabkan dosis pupuk hampir sama setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena petani lebih mementingkan pemeliharaan dan pemupukan tanaman
padi dan kopi. Pemberian pupuk di desa ini untuk tanaman andaliman tidak dilakukan secara optimal sehingga produksi tanaman cenderung berfluktuasi dan belum mencapai
hasil yang maksimal. Gambaran jumlah pupuk yang digunakan untuk tanaman andaliman di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 13
Tabel 13. Rata-rata Jumlah dan Biaya Pupuk untuk Usahatani Andaliman di Desa Penelitian, Kec. Pollung 2009
No
Uraian Per petani
Per 10 pohon Tahun ke 5
Fisik kg
Nilai Rp
Fisik kg
Nilai Rp
Fisik kg
Nilai Rp
1 Kompos
329,2 329233,3
70,0496 70049,6
70,7 70700
2 TSP
125,7 880331
26,75 187304,61
29,39 205741,67
3 NPK
59,4 475746,6
12,6 101222,6
15,9 127200
Total
514,4 1685311
109,46 358576,95
115,99 403641,66
Sumber: Data Diolah dari Lampiran 5
Dari Tabel 13 dapat dikemukakan bahwa jenis pupuk yang digunakan oleh petani adalah pupuk Kompos, TSP dan NPK. Rata-rata kebutuhan pupuk pada tiap petani selama
5 tahun untuk pupuk Kompos adalah 329,2 Kg dengan biaya Rp 329233,3 dan pada
tahun ke 5 kebutuhan pupuk kompos adalah 70,7 Kg dengan biaya Rp 70.700 per petani .
Penggunaan pupuk TSP rata-rata 125,7 Kg dengan biaya Rp 880.331 per petani dan kebutuhan pupuk pada tahun ke 5 adalah 29,39 Kg dengan biaya Rp 205.741,67.
Selanjutnya pupuk NPK sebanyak 59,4 Kg dengan biaya Rp 475746,6 perpetani dan pada
Jun Verawati Siregar : Analisis Usahatani Andaliman Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus: Desa Ria-Ria, Kecamatan Pollung, Kab. Humbang Hasundutan, 2010.
tahun Ke 5 jumlah pupuk NPK sebanyak 15,9 dengan biaya Rp 127.200. Secara keseluruhan biaya yang dikeluarkan petani untuk pupuk selama 5 tahun usahatani
andaliman adalah Rp 1685311,6 per petani atau Rp 403641,66 perpetani untuk tahun ke 5. Jenis pupuk yang paling besar adalah jenis pupuk Kompos, karena harga pupuk
kompos yang murah di antara pupuk yang dipergunakan dalam usahatani andaliman ini dan mudah untuk memperolehnya di daerah penelitian ini.
c. Obat-obatan