masyarakat sipil, lebih membuka peluang bagi kultur sipil yang toleran, saling- percaya, dan kooperatif
Pemerintahan lokal yang demokratis dapat membangun legitimasi dengan jalan bersikap lebih responsif pada kebutuhan-kebutuhan warga. Ini adalah salah
satu argumen inti Mill dalam mendukung pemerintahan lokal. Sebuah survei 1988 menunjukkan bahwa kebanyakan orang Italia lebih
puas pada pemerintahan lokal karena levelnya terdekat dan paling dipercaya ketimbang pada level pemerintah nasional yang paling jauh dan paling tak
dipercaya.
2.2. Otonomi Daerah dan Pemekaran
Penerapan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia adalah melalui pembentukan daerah-daerah otonom. Istilah otonomi
sendiri berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu autos sendiri , dan nomos peraturan atau ‘undang-undang’. Oleh karena itu otonomi berarti peraturan
sendiri atau undang-undang sendiri, yang selanjutnya berkembang menjadi pemerintahan sendiri.
Menurut terminologi ilmu pemerintahan dan hukum administrasi negara, kata otonomi ini sering dihubungkan dengan otonomi daerah dan daerah otonom.
Oleh karena itu, akan dibahas pengertian otonomi, otonomi daerah dan daerah otonom.
Otonomi diartikan sebagai pemerintahan sendiri Muslimin, 1978:16 , dan diartikan sebagai kebebasan atas kemandirian, bukan kemerdekaan
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
Syarifudin, 1985: 23 . Sedang otonomi daerah itu sendiri yang dirangkum Dharma Setyawan Salam 2004, 88 memiliki beberapa pengertian menurut ,
yaitu: 1.
Kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan khusus daerah dengan keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri, dan
pemerintahan sendiri.
2. Pendewasaan politik rakyat lokal dan proses mensejahterakan rakyat.
3. Adanya pemerintahan lebih atas memberikan atau menyerahkan
sebagian urusan rumah tangganya kepada pemerintah bawahannya. Sebaliknya pemerintah bawahan yang menerima sebagian urusan
tersebut telah mampu melaksanakan urusan tersebut.
4. Pemberian hak, wewenang, dan kewajiban kepada daerah
memungkinkan daerah tersebut dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan.
Demikian juga daerah otonom memiliki beberapa pengertian, Liang Gie 1968: 58 , Riwu Kaho 1988: 7, Sujamto 1991: 88 , mendefinisikan daerah
otonom sebagai berikut: 1.
Daerah yang mempunyai kehidupan sendiri yang tidak bergantung pada satuan organisasi lain.
2. Daerah yang mengemban misi tertentu, yaitu dalam rangka
meningkatkan keefektifan dan efisiensi penyelenggaraan pemerintah di daerah di mana untuk melaksanakan tugas dan kewajiban itu
daerah diberi hak dan wewenang tertentu.
Secara umum, otonomi daerah adalah salah satu bentuk nyata dari praktek demokrasi. Dalam tataran masyarakat, demokrasi berbicara tentang kebebasan
individu dan kelompok-kelompok namun dalam tataran hubungan pusat-daerah,
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
demokrasi menuntut adanya kebebasan daerah untuk mengatur dirinya sendiri otonomi daerah .
Dalam tataran hubungan pusat-daerah, menurut Syamsudin Haris 2005,159 otonomi diinginkan agar daerah mampu mengembangkan
kemandirian dan hasil mencapai kemajuan di segala bidang sesuai dengan pandangan dan kebutuhan masyarakatnya dalam konteks negara Indonesia.
Kebebasan yang diinginkan bagi individu dan daerah merupakan persyaratan bagi kemajuan. Kemajuan individu diharapkan menghasilkan
kemajuan tidak saja bagi individu bersangkutan, tapi juga masyarakat secara keseluruhan. Individu-individu yang berkembang akan dapat membawa kemajuan
bagi individu-individu lainnya yang berarti masyarakat sebagai sebuah kesatuan. Hal yang sama juga berlaku bagi daerah-daerah yang memiliki otonomi.
Kemajuan daerah dengan adanya otonomi daerah diharapkan akan membawa kemajuan bagi bangsa secara keseluruhan. Jadi dasar pemikirannya adalah bahwa
kemajuan-kemajuan haruslah dimulai dari berkembangnya kemandirian individu dalam demokrasi dan daerah dalam otonomi daerah.
Kebebasan menghasilkan kesempatan untuk melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan keinginan kemampuan perorangan. Kebebasan di sini
haruslah diartikan kebebasan yang dibatasi oleh peraturan perundangan yang berlaku. Jadi bukanlah kebebasan mutlak karena kebebasan mutlak melahirkan
anarki.
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
Berkaitan dengan penjelasan terdahulu, maka visi otonomi daerah dapat dirumuskan dalam 3 ruang lingkup interaksi utama yakni politik, ekonomi, serta
sosial dan budaya. Di bidang politik, karena otonomi daerah adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan demokratisasi, maka ia harus dipahami sebagai
sebuah proses untuk membuka ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis, memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan
pemerintah yang responsif terhadap kepentingan masyarakat luas dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas
pertanggungjawaban publik. Demokratisasi pemerintah juga berarti transparansi kebijakan. Artinya,
untuk setiap kebijakan yang diambil, harus jelas siapa yang memprakarsai kebijakan itu, apa tujuannya, berapa ongkos yang dipikul, siapa yang akan
diuntungkan, apa resiko yang harus ditanggung, dan siapa yang harus bertanggungjawab jika kebijakan itu gagal.
Otonomi daerah juga berarti kesempatan membangun struktur pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun sistem dan pola karir politik
dan administrasi yang kompetitif serta mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang efektif.
Di bidang ekonomi, otonomi daerah di satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan di lain pihak
terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya.
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
Dalam konteks ini, otonomi daerah akan memungkinkan lahirnya berbagai prakarsa pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan
proses perijinan usaha, dan membangun berbagai infrastruktur yang menunjang perputaran ekonomi di daerahnya. Dengan demikian otonomi daerah akan
membawa masyarakat ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dari waktu ke waktu.
Di bidang sosial dan budaya, otonomi daerah harus dikelola sebaik mungkin demi menciptakan dan memelihara harmoni sosial dan pada saat yang
sama memelihara nilai-nilai lokal yang dipandang bersifat kondusif terhadap kemampuan masyarakat merespon dinamika kehidupan di sekitarnya..
Membicarakan otonomi daerah tidak terlepas dari desentralisasi sebab berkaitan dengan sejauh mana kewenangan dari pemerintah pusat itu diberikan
kepada pemerintah daerah. Dan penerapan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia adalah melalui pembentukan daerah-
daerah otonom. Mengingat hubungan yang tak bisa terpisahkan, dalam otonomi daerah
dan desentralisasi terdapat suatu interkoneksi yang linear. Otonomi daerah dan desentralisasi bagaikan dua sisi mata uang yang saling memberi makna satu
dengan lainnya. Bahkan secara spesifik , tidak berlebihan bila dikatakan ada tidaknya otonomi daerah sangat ditentukan oleh seberapa jauh wewenang telah
didesentralisasikan oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
Secara khusus, pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia makin nyata seiring dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun l999 dan Undang –
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai implementasi pasal 18 UUD 1945. Memang bila diamati, dalam pasal 18 UUD
1945 tersebut tidak merinci secara jelas berapa jumlah daerah sehingga memungkinkan bagi daerah-daerah untuk menuntut pemekaran kabupatenkota.
Dalam pasal 4 ayat 3 Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan, pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah
atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih.
Tuntutan pemekaran tersebut agaknya tak bisa dielakkan sejak dibukanya kran otonomi daerah yang titik beratnya di tingkat kabupaten dan kota Undang -
Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 serta dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah PP Nomor 129 Tahun 2000
tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah.
Dasar pertimbangan pembentukan daerah otonom antara lain kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosil budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas
daerah dan lainnya yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Sedang tujuan pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi,
percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, percepatan
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
pengelolaan daerah, peningiatan keamanan dan ketertiban, peningkatan hubungan yang serasi amtara pusat dan daerah
Pembentukan daerah otonom yang diatur dalam PP 129 Tahun 2000 tersebut adalah adanya kemauan politik dari pemerintah daerah dan masyarakat
bersangkutan, diawali adanya penelitian dari pemerintah daerah yang dilengkapi dengan persetujuan DPRD setempat. Kemudian, usulan tersebut diteruskan
gubernur ke Depdagri dan melalui penelitian DPOD Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah dikeluarkan rekomendasi untuk disampaikan kepada presiden.
Rancangan Undang – Undang pembentukan daerah itu kemudian disampaikan ke DPR RI untuk mendapatkan persetujuan.
Pemekaran menjadi ‘trend’ bagi masyarakat lokal yang secara umum merasa selama ini kurang diperhatikan propinsi, kabupaten dan kota induk yang
membuat daerah tersebut mengalami keterlambatan dibanding daerah lain. Sama dengan daerah kabupaten dan kota induk maka kabupaten dan kota
hasil pemekaran pun mendapatkan pelimpahan wewenang dan hak untuk mengatur rumah tangga sendiri walau masih mengandalkan dana dari pemerintah
pusat mengingat pemerintah daerah masih tahap memulai penarikan dana baik dari pajak maupun retribusi daerah sebagai pendapatan asli daerah.
Untuk memperjuangkannya baik secara lokal maupun hingga tingkat pusat dibutuhkan wadah dan bagi daerah baru terbentuk, keberadaan parpol partai
politik dan lembaga perwakilan rakyat DPRD masih tergolong dominan sebab institusi lainnya masih tahap pembentukan.
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
2.3. Partai Politik dan Pemilu