BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Pengertian Desentralisasi
Salah satu sumber energi terbesar yang menggerakkan reformasi politik pasca 1998 adalah desentraliasi sehingga keluarlah Undang - Undang Nomor 22
Tahun l999 yang kemudian digantikan Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Desentralisasi menjadi wacana menarik bagi
penyelenggara pemerintahan sebab di dalamnya terkandung semangat demokrasi untuk mendekatkan partisipasi masyarakat dalam menjalankan sebuah
pembangunan. Desentralisasi sebagai pelimpahan kebutuhan atau penyerahan sebagian
kewenangan pemerintah pusat, baik dalam konteks politis maupun secara administratif kepada organisasi atau unit di luar pemerintah pusat menjadi hal
yang sangat penting untuk menggerakkan dinamika sebuah pemerintahan. Menurut Syarif Hidayat 2000, 1 ada dua poin penting yang dapat
digarisbawahi ketika mengikuti maraknya diskusi tentang desentralisasi dan otonomi daerah yakni, pertama, secara politis terlihat dengan jelas bahwa
tuntutan untuk memperluas otonomi daerah telah menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Kedua, dalam upaya mendekati masalah
desentralisasi, secara teoritis, hampir sebagian besar dari penulis mengacu pada dua perspektif konvensional – Political Decentralisation devolutiom dan
Administrative Decentralisation deconsentration .
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
Mengenai nilai-nilai desentralisasi dapat dilihat dari sudut pandang kepentingan pemerintah pusat dan dari sisi kepentingan pemerintah daerah. Dari
sudut pandang kepentingan pemerintah pusat, sedikitnya ada tiga nilai desentralisasi: untuk pendidikan politik, latihan kepemimpinan, dan untuk
menciptakan stabilitas politik.sedang dari sisi kepentingan pemerintah daerah, nilai pertama dari desentralisasi adalah untuk mewujudkan apa yang disebut
political equality. Ini berarti, melalui pelaksanaan desentralisasi, kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik di tingkat lokal
semakin terbuka lebar. Nilai kedua desentralisasi dari sisi kepentingan pemerintah daerah adalah
local accountability yaitu melalui pelaksanaan desentralisasi akan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperhatikan hak-hak dari
komunitasnya. Makanya, Oentarto 2004,57 mengatakan bahwa kebijakan desentralisasi secara luas diharapkan untuk mengurangi kepadatan beban tugas
pemerintah pusat. Program pembangunan didesentralisasikan dengan harapan keterlambatan - keterlambatan bisa dikurangi secara maksimal.
Desentralisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah dan memperoleh informasi yang lebih baik mengenai
kedaerahan, untuk penyusunan program-program daerah secara lebih responsif dan untuk mengantisipasi secara cepat manakala persoalan-persoalan timbul
dalam pelaksanaannya. Hal ini disadari Koirudin 2005, 26 yang menggariskan bahwa,
desentralisasi merujuk pada satu konsep pemerintahan yang mencerminkan
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
kebutuhan untuk menciptakan pemerintah lokal sebagi institusi yang paling berhak melakukan formulasi kebijakan, implementasi dan evaluasi atau kontrol
yang dirancang untuk kesejahteraan masyarakat. Kebijakan desentralisasi yang dilakukan oleh pemerintah di negara -
negara yang bersifat demokratis memiliki dua pokok manfaat yaitu : 1.
Manfaat politis yang ditujukan untuk menyalurkan partisipasi politik masyarakat daerah sekaligus dalam rangka memperkuat stabilitas
secara nasional.
2. Manfaat administratif dan ekonomi yaitu untuk meyakinkan bahwa
pembangunan telah dilaksanakan secara efektif dan efisien di daerah- daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya
Secara umum, desentralisasi itu memiliki dampak sangat kuat bagi percepatan pembangunan daerah sebab ketika urusan dan beberapa kewenangan
sudah diberikan kepada daerah maka proses pembangunan bisa lebih dipercepat dibandingkan jika semata-mata dilakukan oleh pemerintah pusat. Bila ditinjau dari
segi konsep, otonomi daerah memang tampak sederhana namun mengandung arti yang kompleks karena terkandung makna pendewasaan politik rakyat lokal dan
proses mensejahterakan rakyat. Konsep desentralisasi itu bisa terlaksana di Indonesi menurut Koirudin
2005, 13 apabila didukung beberapa prasyarat yakni; Pemerintah daerah harus memiliki teritorial kekuasaan yang jelas legal
territorial of power , memiliki pendapatan daerah sendiri local own income , memiliki badan perwakilan local representative body yang mampu mengontrol
eksekutif daerah dan adanya kepala daerah yang dipilih sendiri oleh masyarakat daerah melalui satu pemilihan yang bebas.
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
Dampak yang sangat penting diharapkan dari penerapan kebijakan yang bersemangatkan desentralisasi adalah terjadinya perubahan kebijakan policy
change dari paradigma sistim pemerintahan yang bercorak sentralistik mengarah kepada sistim pemerintahan desentralistik dengan memberikan keleluasaan
kepada daerah untuk mengurus segala kepentingan pemerintahan dan pembangunannya.
Desentralisasi berguna untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan potensi wilayahnya masing-masing. Sementara itu, upaya pembangunan masyarakat harus dilakukan melalui
penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Kondisi ini berdasarkan asumsi bahwa masyarakat memiliki potensi
yang dapat dikembangkan. Menyangkut pentingnya peranan prakarsa yang sesuai potensi masyarakat
lokal berkaitan dengan prinsip model pemerintah daerah, Koirudin mengatakan model pemerintah daerah yang dianut dalam sistim negara kesatuan setidaknya
mengandung beberapa prinsip antara lain: 1.
Daerah otonom tidak memiliki kedaulatan yang penuh. 2.
Desentralisasi dimanifestasikan dalam pembentukan daerah otonom dan bersifat penyerahan atau pengakuan atas urusan pemerintahan
kepada daerah.
3. Penyerahan atau pengakuan urusan pemerintahan terkait dengan
pengaturan dan pengurusan kepentingan masyarakat setempat lokalitas sesuai dengan prakarsa dan aspirasi masyarakat.
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
Berdasarkan uraian – uraian terdahulu, bahwa desentralisasi dan demokrasi merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Desentralisasi tidak bisa dibicarakan terlepas dari demokrasi dan begitu sebaliknya, demokrasi tidak bisa dibicarakan terlepas dari desentralisasi. Namun,
Herudjati Purwoko, ed. 2004, 35 mengatakan demokrasi yang hanya berlangsung di level nasional sama saja dengan menjauhkan negara dari rakyat
dan melemahkan partisipasi masyarakat dalam proses politik. Sebaliknya, desentralisasi dan otonomi daerah tanpa demokratisasi sama saja dengan
memindahkan sentralisasi, otoritarianisme, feodalisme dan korupsi dari Jakarta ke daerah.
Partisipasi merupakan elemen terpenting demokrasi dalam konteks otonomi daerah. Sebagai bentuk keterlibatan warga masyarakat, partisipasi
masyarakat terkait dengan pemilihan lokal untuk keperluan rekrutmen jabatan- jabatan publik eksekutif dan legislatif , penyampaian aspirasi dalam
mempengaruhi kebijakan pemerintah daerah, akses ke informasi kebijakan- keuangan-pelayanan secara transparan dan bebas, serta kontrol masyarakat
terhadap pemerintah daerah dan DPRD. Partisipasi dalam konteks otonomi daerah adalah barang ekstra-
konstitusional yang harus secara tegas dirumuskan dalam undang - undang maupun peraturan daerah dan secara empiris harus mendapat perhatian serius dari
masyarakat politik serta organisasi masyarakat sipil. Aspirasi dan kontrol masyarakat yang kuat juga akan mendorong
pemerintahan daerah lebih transparan, akuntabel dan responsif. Karena para
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
pemegang kekuasaan pemerintahan di Indonesia lemah dan tidak punya komitmen, maka akuntabilitas, transparansi, dan responsivitas pemerintah daerah
tidak bakal tercapai tanpa penguatan aspirasi dan kontrol masyarakat. Desentralisasi secara teoritis sebenarnya juga merupakan dorongan
terhadap partisipasi, akuntabilitas, transparansi dan responsivitas di atas. Dengan kata lain, desentralisasi mendorong tumbuhnya demokrasi lokal. Mengutip
pendapat Larry Diamond , Herudjati Purwoko 2005,36 , mengungkapkan dengan cerdas bahwa pemerintahan lokal dapat memupuk vitalitas demokrasi
dalam empat cara: Pertama, membantu mengembangkan nilai-nilai dan ketrampilan
demokratis di kalangan warga. Kedua, meningkatkan akuntabilitas dan responsivitas terhadap kepentingan dan urusan lokal. Ketiga, memberikan saluran
akses bagi kelompok yang secara historis terpinggirkan dan, oleh sebab itu, meningkatkan representativitas demokrasi. Keempat, meningkatkan check and
balances terhadap kekuasaan di pusat. Masing-masing fungsi menguatkan legitimasi dan stabilitas demokrasi.
Para pendukung pemerintahan lokal demokratis mengutamakan potensi pendidikannya. Keterlibatan dalam pemerintahan lokal demokratis adalah suatu
kekuatan edukatif yang besar, kata John Stuart Mill, karena mengajarkan warga untuk melihat kepentingan yang lebih tinggi daripada kepentingan langsung
mereka, mengenali permintaan-permintaan adil dari orang lain, dan jika perlu, menerima keputusan yang pada awalnya tidak mereka sukai.
Desentralisasi dan demokratisasi lokal juga mempunyai potensi besar untuk merangsang pertumbuhan organisasi dan jaringan kerja masyarakat sipil.
Arena kehidupan komunitas dan lokal itulah yang menawarkan cakupan terbesar
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
bagi organisasi-organisasi independen untuk membentuk dan mempengaruhi kebijakan.
Keterlibatan langsung warga dalam penyelenggaraan pelayanan publik pada level lokal menghasilkan suatu peluang penting untuk mengasah ketrampilan
warga dan menghimpun modal sosial sekaligus membuat pelaksanaan layanan publik lebih accountable.
Di Brasil, misalnya, pengawasan terhadap administrasi lokal dan komunikasi multi-arah warga yang prihatin dengan para pejabat publik
nampaknya membaik di sejumlah kotapraja setelah undang-undang mengharuskan para pejabat pendidikan dan kesehatan lokal mempertimbangkan masukan dari
dewan perwakilan rakyat daerah dan warga masyarakat setempat. Di negara-negara demokrasi baru yang sedang menjalani perubahan sosial
dan ekonomi yang menyeluruh, keterlibatan warga dalam pemerintahan lokal dapat mencegah kekecewaan yang meluas terhadap kebijakan baru sehingga tidak
berubah menjadi penolakan terhadap keseluruhan proses demokrasi. Warga biasa lebih bisa menerima kebijakan yang merugikan kepentingan
mereka jika mereka memahami dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang menghasilkan pilihan-pilihan kebijakan inti dan dalam upaya-upaya untuk
melaksanakannya secara lokal. Pendapat Putnam yang dikutip Heridjati Purwoko 2005,37
menyebutkan bahwa partisipasi aktif warga dalam proses demokrasi dalam hubungan horisontal , baik lewat pemilihan umum lokal maupun lewat organisasi
Pangihutan Sirumapea : Pemekaran dan Munculnya Elit Politik Lokal di Kabupaten Samosir. USU e-Repository © 2008.
masyarakat sipil, lebih membuka peluang bagi kultur sipil yang toleran, saling- percaya, dan kooperatif
Pemerintahan lokal yang demokratis dapat membangun legitimasi dengan jalan bersikap lebih responsif pada kebutuhan-kebutuhan warga. Ini adalah salah
satu argumen inti Mill dalam mendukung pemerintahan lokal. Sebuah survei 1988 menunjukkan bahwa kebanyakan orang Italia lebih
puas pada pemerintahan lokal karena levelnya terdekat dan paling dipercaya ketimbang pada level pemerintah nasional yang paling jauh dan paling tak
dipercaya.
2.2. Otonomi Daerah dan Pemekaran