Perlindungan Terhadap “Privacy” Korban

c. Desakan kuat untuk bergaya hidup materialistik. Ferina Gultom mengatakan : Perlindungan Hukum yang di Berikan Polri Dalam Kasus trafficking , berupa:

1. Perlindungan Terhadap “Privacy” Korban

Segala upaya harus dilakukan untuk menjamin privasi dari korban, saksi-saksi, dan jika diperlukan, juga dari pasangan suamiistri dan anggota keluarga korban. Sejauh memungkinkan dan tanpa mengorbankan kepentingan pencarian kebenaran material dalam proses peradilan pidana, identitas korban haruslah dirahasiakan dan privasinya dilindungi. Sebaliknya, adalah juga penting melaksanakan perlindungan tersebut tanpa sekaligus mengorbankan hak-hak tersangkaterdakwa untuk mendapatkan peradilan yang bebas dan adil. Khususnya bagi korban yang mengalami trauma psikis berat atau mengalami ancaman karena posisinya sebagai saksi-korban, maka aparat penegak hukum dan peradilan sedapat mungkin harus merahasiakan atau tidak membuka informasi perihal nama atau alamat dari korban tindak pidana trafficking yang memungkinkan dikenalinya identitas korban, dan dengan demikian mengancam keselamatan danatau terganggunya privasi korban. Media massa tidak boleh mendapatkan dan juga mempublikasikan berita rinci yang dapat mengarah pada pembukaan identitas korban, tercakup kedalamnya informasi tentang nama, alamat, foto atau data medis. Sebelumnya, kepada korban harus disampaikan informasi berkenaan dengan kesulitan menutup identitas dan data personal lainnya, termasuk kedalamnya informasi mengenai pentingnya kehadiran didalam persidangan untuk memberikan dan mendengarkan kesaksian dari saksi-saksi lain, termasuk terdakwa, yakni demi kepentingan pemeriksaan silang serta ‘meyakinkan’ hakim akan bersalah-tidaknya terdakwa. Kepadanya juga tidak boleh diberikan informasi yang memunculkan harapan yang tidak realitis atau palsu berkenaan dengan kemampuan aparat penegak hukum maupun peradilan untuk menutup identitas dan data lainnya dari publik. 2. Perlindungan Keselamatan Korban Sebelum, selama dan sesudah proses peradilan pidana, segala upaya yang perlu dan mungkin perlu diambil untuk melindungi korban dari intimidasi, ancaman tindakan balasan atau tindakan balasan tersangka terdakwa danatau teman-teman mereka, termasuk tindakan balas dendam reprisal dari pihak-pihak yang terakit dengan kejahatan yang sedang diperiksa dihadapan pengadilan. Jika di perlukan, perlindungan serupa sedapat mungkin juga disediakan bagi keluarga dan atau teman dari korban. Aparat penegak hukum sedapat mungkin harus bertindak sangat hati-hati saat melakukan penyidikan misalnya dikota atau lingkungan tempat asal dari korban, terhadap kenalan atau rekanan korban atau terhadap tersangka pelaku tindak pidna trafficking, yakni dalam rangka mencegah terbukanya identitas korban atau pengeculikan korban atau timbulnya ancaman terhadap keselamatan korban, keluarga Rauli Siahaan : Wewenang Penyidik Polri Dalam Menanggulangi Kejahatan Perdagangan Orang Trafficking , 2009 atau temannya. Kepentingan untuk melindungi keselamatan bagi korban, keluarga maupun teman korban haruslah turut dipertimbangkan, ketika aparat berwenang Polri memutuskan untuk menangkap, menahan dan menetapkan jangka waktu penahanan ataupun untuk melepas tersangka dari penahan, maka pihak korban harus diberitahu mengenai keputusan tersebut sebelum pelepasan tersebut dilakukan. Bekenaan dengan tindak pidana yan diatur dalam Undang-undang tentang penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga UU No. 232004, Pengadilan dapat menerbitkan Surat Perintah Perlindungan atas permohonan pihak korban kuasanya. Polisi juga berwenang untuk melakukan upaya perlindungan sementara Pasal 10, 16, 17, 20, 28-34. Menurut ketentuan pasal 12 UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga PKDRT, pembantu rumah tangga yang tinggal di dalam rumah tercakup kedalam lingkup pengertian anggota rumah tangga. Ketentuan ini berarti bahwa UU PKRD dapat digunakan terhadap, misalnya, kasus-kasus trafficking terhadap pembantu rumah tangga yang tinggal menetap di dalam rumah majikan. 3. Pelayanan dan Pendampingan assistence dan support Polri diharapkan membuka diri bagi tawaran bantuan pihak-pihak lain, lembaga swadaya masyarakat atau lembaga-lembaga lain, berkenaan dengan penyediaan dan pemberian layananan dan pendampingan bagi korban. Ini berarti bahwa polri seharusnya mendapatkan informasi dan memelihara hubungan baik dengan lembaga- lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pendampingan korban. Polri sebenarnya atau tepatnya bertanya kepada korban apakah korban di dalam lingkungan sosialnya telah mendapatkan pelayanan dan pendampingan yang cukup. Jika korban memang menginginkannya, Polri sebaiknya menghubungi lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang pendampingan korban. Rekomendasi umum berkenaan dengan hal ini ialah agar tiap Polri dan polresta memiliki prosedur tetap untuk memberikan pelayanan dan pendampingan termasuk perujukan korban kepada lembaga-lembaga pendampingan korban yang ada. Pihak korban, setiap saat, selama peroses penyidikan, pemeriksaan di kepolisian dan kejaksaan serta selama persidangan di pengadilan, harus berpeluang atau dapat menerima pelayanan atau dukungan dari lembaga sosial. Seorang penasehat, pekerja sosial atau pendamping yang dipilih sendiri oleh korban harus di perkenankan untuk hadir selama proses di atas berlangsung, yakni untuk memberikan pelayanan dan dukungan emosional kepada korban. Dalam hal tindak pidana yang diatur dalam UU PKDRT No. 232004, Polri wajib memberikan keterangan kepada korban tentang hak korban untuk mendapatkan pelayanan dan pendampingan Pasal 18 dan juga wajib melakukan koordinasi terpadu dengan dinas atau lembaga sosial yang dibutuhkan korban Pasal 22. Menurut ketentuan Pasal 23, Korban, selama proses penyidikan dan penuntutan , berhak untuk di dampingi oleh seorang relawan pendamping. Rauli Siahaan : Wewenang Penyidik Polri Dalam Menanggulangi Kejahatan Perdagangan Orang Trafficking , 2009

B. Kendala Yuridis Yang Dihadapi Penyidik untuk Menanggulangi Kejahatan

Trafficking Kendala-kendala yang di hadapi Penyidik Polri untuk Menanggulangi Kejahatan trafficking di Polda Sumut, dibagi menjadi 2, sebagai berikut: 122

1. Kendala Yuridis, adalah: