Kerjasama Asean Dalam Menanggulangi Kejahatan Transnasional Berupa Drug Trafficking Di Wilayah Golden Triangle

(1)

KERJASAMA ASEAN DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN TRANSNASIONAL BERUPA DRUG TRAFFICKING DI WILAYAH

GOLDEN TRIANGLE

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:

RO BOY PAKPAHAN NIM: 110200142

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KERJASAMA ASEAN DALAM UPAYA MENANGGULANGI KEJAHATAN TRANSNASIONAL BERUPA DRUG TRAFFICKING DI WILAYAH GOLDEN

TRIANGLE

SKRIPSI

DisusundanDiajukanSebagai Salah

SatuSyaratUntukMemperolehGelarSarjanaHukumPadaFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara

OLEH

RO BOY PAKPAHAN

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

NIM : 110200142

Disetujui Oleh:

KETUA DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

Dr. Chairul Bariah, S.H., M.Hum

DosenPembimbing I DosenPembimbing II

NIP : 195612101986012001

Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum

NIP : 197308012002121002 NIP: 196403301993031002 Arif , S.H.,M.H

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan cinta kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “KERJASAMA ASEAN DALAM UPAYA

MENANGGULANGI KEJAHATAN TRANSNASIONAL BERUPA DRUG TRAFFICKING DI KAWASAN GOLDEN TRIANGLE.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada orangtua tercinta (E. Pakpahan dan M. Br. Sianturi) yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik dan untuk segala kasih sayang, doa, semangat, bimbingan, perhatian, dukungan yang luar biasa dan tiada hentinya selama ini bahkan selama perkuliahan, terlebih dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga untuk kakak terkasih (Ony Y. Pakpahan, Peranika Pakpahan dan Quitsyah Pakpahan) dan adik-adikku tersayang ( Sarinah Pakpahan, Tati Apriana Pakpahan dan Usi Hexsa Putri Pakpahan) yang telah memberikan dukungan moril dan doa yang begitu besar sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan menjadi bagian penting selama penulis menjalani kegiatan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), yaitu:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas


(4)

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin HAsibuan, S.H, M.H, D.F.M. selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK Saidin, S.H, M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Chairul Bariah, S.H.,M.Hum selaku ketua Departemen Hukum Internasional

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum Selaku sekretaris Departemen Hukum

Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing I penulis, yang juga telah dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Arif, S.H., M.H selaku dosen pembimbing II dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Bachtiar Hamzah, SH, M.H selaku dosen penasehat akademik penulis.

9. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

mendidik dan memberi bimbingan kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10.Sahabat-sahabat mahasiswa Fakultas Hukum Universitas sumatera utara terkhusus

kawan-kawan mahasiswa stambuk 2011 dan mahasiswa departemen hukum internasional stambuk 2011.

11.Semua pihak yang telah membantu penulis di dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan namanya satu per satu.

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan mungkin skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis


(5)

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.

Medan, 17 April 2015 Penulis


(6)

DAFTAR ISTILAH

ASEAN Association of SouthEast Asian Nation

AMM ASEAN Ministerial Meeting

ASA Association of southeast Asia

SEATO Souteast Asia treaty Organization

Maphilindo Malaysia, Philipinadan Indonesia

SEAMO Southeast Asian Minister of Education Organization

ASPAC Asia and Pacific Council

KTT Konferensi Tingkat Tinggi

TAC Treaty of Amity and Cooperation

PMC Post Ministerial Conference

SOM Senior Officials Meeting

SOC Senior Officials Consultations

AACM ASEAN-Australia Consultative Meetings

AANZFTA ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade

Agreement

ASC ASEAN Standing Committee

RRT Republik Rakyat Tiongkok

MoU Memorandum of Understanding

ROK Republic of Korea

APJSCC ASEAN-Pakistan Joint Sectoral Cooperation

Committee

EU European Union

ASEAN+3 ASEAN Plus Three

JCC Joint Cooperation Committee

UNDP United Nations Development Programme

UN United Nations

GCC Gulf Cooperation Council


(7)

MERCOSUR Mercado Comúndel Sur/Common Market of the South South Asia Association for Regional Cooperation

AGC ASEAN Geneva Committee

AEC Asean Economic Community

ASCC ASEAN Socio-Cultural Community

ZOPFAN Zone of Peace, Freedom and Neutrality Declaration

SEANWFZ South-East Asia Nuclear Weapon Free Zone

AFTA ASEAN Free Trade Area

ASEAN PACTC ASEAN Plan of Action to Combat Transnational

Crime World Health Organization

UNCLOS United Nations Convention on the Law of the Sea

UNCAC United Nations Convention Against Corruption

WTO World Trade Organization

UNCITRAL The United Nations Commission on International

Trade Law

TRIPs Trade Related Aspects of Intellectual Property

Rights

UNODC United Nations Office on Drugs and Crime

UNLF United National Liberation Front

MNLF Moro National Liberation Front

MILF Moro Islamic Liberation Front

CFF Cambodian Freedom Fighters

OM Organization for Migration

ACCT ASEAN Convention on Counter Terorism

ASOD ASEAN Senior Official on Drugs Matters

ICDAIT International Conference on Drug Abuse and Illicit

Trafficking

ACCORD ASEAN-China Cooperative Response to Dangerous Drugs

MOGE Myanmar Oil and Gas Enterprise

UNCTOC United Nations Convention against Transnational Organized


(8)

CITES Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora

AMMTC ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Meeting on


(9)

DAFTAR ISI Kata Pengantar

Daftar Istilah Daftar Isi Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………..… 1

B. Perumusan masalah………... 8

C. Tujuan Penulisan ……….…. 8

D. Manfaat Penulisan……….… 9

E. Keaslian Penulisan………..…. 10

F. Tinjauan Kepustakaan………. 11

G. Metode Penelitian……… 14

H. Sistematika Penulisan……….………. 16

BAB II PEMBENTUKAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL REGIONAL SE-ASIA TENGGARA A. Sejarah Terbentuknya ASEAN Sebagai Organisasi Internasional ………19

B. Tujuan ASEAN Sebagai Organisasi Internasional ………..23

C. Norma dan Prinsip ASEAN Sebagai Organisasi Internasional …27 D. Hubungan Kerjasama Internasional ASEAN Sebagai Subjek Hukum Internasional dengan Subjek Hukum Internasional Lainnya……….. 29

BAB III ASEAN DAN EKSISTENSI KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI KAWASAN ASIA TENGGARA A. Kejahatan Transnasional Menurut Hukum Internasional ……….. 65

B. Bentuk-Bentuk Kejahatan Transnasional Beserta Konvensi Internasional yang Mengaturnya ………... 69


(10)

1. Perdagangan Narkotika (Drugs Trafficking) ………. 71

2. Perdagangan manusia (Human Trafficking) ………73

3. Pembajakan di Laut (Sea Piracy)……….75

4. Penyelundupan Senjata (Arms Smuggling) ……… 77

5. Pencucian Uang (Money loundering) ……… 80

6. Terorisme ………. . 83

7. International Economic Crime………. 85

8. Cyber Crime………88

C. Isu Kejahatan Transnasional di ASEAN 1. Perdagangan Narkotika (Drugs Trafficking) ……… 93

2. Terorisme ………..95

3. Perdagangan manusia (Human Trafficking) ……… 97

4. Pembajakan di Laut (Sea Piracy)………..98

5. Pencucian Uang (Money loundering)……….. .99

6. Penyelundupan Senjata (Arms Smuggling) ……….. …. 100

7. International Economic Crime ………...101

8. Cyber Crime……… 102

D. Kesepakatan ASEAN dengan Subjek Hukum Internasional Lainnya Dalam Upaya menanggulangi Isu Kejahatan Transnasional di ASEAN ……… 103

BAB IV EKSISTENSI KERJASAMAASEAN DALAM UPAYA MENANGGULANGI PERDAGANGAN NARKOBA DI ASIA TENGGARA A. Dampak Perdagangan Obat-Obat Terlarang (Drug Trafficking) Dalam DimensiHuman Security……….………..….113

1. Dampak Terhadap Dimensi Keamanan Ekonomi …………..117

2. Dampak Terhadap Dimensi Keamanan Politik ………..118

3. Dampak Terhadap Dimensi Keamanan Sosial………119

4. Dampak Terhadap Dimensi Keamanan Kesehatan………….120

5. Dampak Terhadap Dimensi Keamanan Individual……….…122

B. Perkembangan Kerjasama ASEAN dalam Menanggulangi Drugs Trafficking di ASEAN ……….. 122

C. Perdagangan Narkoba (Drugs Trafficking) di Wilayah Golden Triangle ……….……………… 127

D. Kesepakatan Eksternal dan Internal ASEAN Dalam Upaya Menanggulangi Drugs Traffickingdi Wilayah Golden Triangle ………………. 131


(11)

1. Kesepakatan Internal ASEAN melalui Asean Senior Official on Drugs Matters

(ASOD) ……….……… ...131

2. Kesepakatan Eksternal ASEAN dengan Republik Rakyat

Tiongkok……… 133

3. Kesepakatan Eksternal ASEAN dengan PBB………… . …. 139

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………..144

B. Saran ………146


(12)

KERJASAMA ASEAN DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN TRANSNASIONAL BERUPA DRUG TRAFFICKING DI WILAYAH GOLDEN

TRIANGLE ABSTRAK Ro Boy Pakpahan

Kejahatan transnasional merupakan isu keamanan non-tradisional yang mengancam keutuhan dan stabilitas negara. Kejahatan ini memiliki bentuk yang kompleks dan jaringan kuat yang operasi kejahatannya melintasi batas kedaulatan negara membuat jenis kejahatan ini sangat sulit untuk dihadapi. Salah satu jenis kejahatan transnasional yang paling

berbahaya bagi human security adalah drug trafficking.

110200142

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah Bagaimana perkembangan hubungan kerjasama organisasi internasional ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya, Bagaimana kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan oleh ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya dalam upaya menanggulangi isu kejahatan transnasional, dan bagaimana kesepakatan hubungan kerjasama yang dilakukan ASEAN dalam menanggulangi

kejahatan transnasional berupa drug trafficking di wilayah Golden Triangle.

Adapun metode penelitian dilakukan dengan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan, dan data sekunder lainnya.

Berdasarkan penjelasan setiap bab dari penelitian ini akan diketahui bahwa kerjasama dalam konteks hukum internasional adalah cara terbaik untuk menanggulangi setiap jenis

kejahatan transnasional. ASEAN telah membuktikannya melalui penanganan kejahatan drug

trafficking di kawasan Golden Triangle (Thailand, Laosdan Myanmar). Hasil kerjasama

ASEAN dalam lingkup regional maupun eksternal mampu meredam produktivitas drug

trafficking di kawasan Golden Triangle. Keberhasilan ASEAN dilihat dari bagaimana melalui

berbagai aktivitas Ladang tanaman opium di kawasan golden triangle mengalami penurunan

mulai dari 157.900 hektar di tahun 1998 menjadi 24.160 hektar di tahun 2006 dan produksi opium tahun 1998, jumlah produksi opium dikawasan ini mencapai 1.435 metrik ton menjadi 337 metrik ton di tahun 2006.


(13)

KERJASAMA ASEAN DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN TRANSNASIONAL BERUPA DRUG TRAFFICKING DI WILAYAH GOLDEN

TRIANGLE ABSTRAK Ro Boy Pakpahan

Kejahatan transnasional merupakan isu keamanan non-tradisional yang mengancam keutuhan dan stabilitas negara. Kejahatan ini memiliki bentuk yang kompleks dan jaringan kuat yang operasi kejahatannya melintasi batas kedaulatan negara membuat jenis kejahatan ini sangat sulit untuk dihadapi. Salah satu jenis kejahatan transnasional yang paling

berbahaya bagi human security adalah drug trafficking.

110200142

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah Bagaimana perkembangan hubungan kerjasama organisasi internasional ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya, Bagaimana kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan oleh ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya dalam upaya menanggulangi isu kejahatan transnasional, dan bagaimana kesepakatan hubungan kerjasama yang dilakukan ASEAN dalam menanggulangi

kejahatan transnasional berupa drug trafficking di wilayah Golden Triangle.

Adapun metode penelitian dilakukan dengan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan, dan data sekunder lainnya.

Berdasarkan penjelasan setiap bab dari penelitian ini akan diketahui bahwa kerjasama dalam konteks hukum internasional adalah cara terbaik untuk menanggulangi setiap jenis

kejahatan transnasional. ASEAN telah membuktikannya melalui penanganan kejahatan drug

trafficking di kawasan Golden Triangle (Thailand, Laosdan Myanmar). Hasil kerjasama

ASEAN dalam lingkup regional maupun eksternal mampu meredam produktivitas drug

trafficking di kawasan Golden Triangle. Keberhasilan ASEAN dilihat dari bagaimana melalui

berbagai aktivitas Ladang tanaman opium di kawasan golden triangle mengalami penurunan

mulai dari 157.900 hektar di tahun 1998 menjadi 24.160 hektar di tahun 2006 dan produksi opium tahun 1998, jumlah produksi opium dikawasan ini mencapai 1.435 metrik ton menjadi 337 metrik ton di tahun 2006.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan alat teknologi dan komunikasi pada era globalisasi juga berpengaruh pada aktivitas komunikasi antar individu yang semakin intensif dan telah mencakup jangkauan global. Kemajuan teknologi dan komunikasi juga meningkatkan kualitas kerja baik individu maupun organisasi. Namun disisi lain kemajuan teknologi dan komunikasi juga telah meningkatkan kualitas operasi kejahatan pada tingkat tataran domestik juga pada tingkat global. Seperti yang dikemukakan Thomas L.Friedman bahwa kemajuan teknologi akan mendorong terjadinya globalisasi yang melibatkan integrasi global, bahkan menurutnya dunia

telah menjadi global villageatau perkampungan global.1

Hubungan antar lintas negara yang semakin bebas dan berkembang menjadi alasan mengapa kejahatan juga semakin sulit dikendalikan. Kejahatan antar lintas negara pun telah menjadi salah satu bisnis yang paling menguntungkan. Kejahatan yang mengancam kredibilitas dan stabilitas negara ini memiliki ragam bentuk. PBB mengidentifikasikan 18

bentuk kejahatan transnasional yakni: Money Laundering (Pencucian uang) , terrorism

(terorisme), theft of art and cultural object (pencurian seni dan objek budaya), theft of

intellectual property (pencurian kekayaan intelektual), illicit traffict in arms(perdagangan

senjata gelap), aircraft hijacking(pembajakan pesawat terbang), sea piracy(pembajakan di

laut), insurance fraud(penipuan asuransi), computer crime(kejahatan

1

Situs internet http//:moneyloundering/ theory,The

Lexus and the Olive Tree: Understanding Globalization, New York, NY: Farrar, Straus, Giroux, 1999, dalam

William r. Schroeder, Money laundering; A global threat and the international Community’s response. Diakses 3 Februari 2015


(15)

computer)environmental crime(kejahatan lingkungan), trafficking in person (perdagangan

manusia), trade in humanbody part (perdagangan anggota tubuh manusia),illicit drug

trafficking(perdagangan obat bius), Fraudulent Bankruptcy(kebangkrutan bank), infiltration of illegalbussines(bisnis illegal), corruption and bribery of public officials (korupsi dan

penyogokan pejabat pemerintah)and others offences commited by organized criminal

group(kejahatan yang dilakukan oleh kelompok terorganisir lainnya).2Sedangkan dalam

pertemuan internasional The World Ministerial Conference on Organized Crime yang

diselenggarakan di Nepal tahun 1994 negara-negara peserta sepakat membagi kejahatan

transnasional menjadi 6 karakteristik yakni3

1. Group organization to commit crime(suatu organisasi yang melakukan kejahatan); :

2. hierarchical links or personal relationship which permit leaders to control the group ( memiliki jaringan hirarkis atau hubungan personal yang memberikan kewenangan pemimpinnya untuk mengendalikan kelompok tersebut);

3. Violence, intimidation, and corruption used to earn profit or control terotories or markets ( kekerasan, intimidasi, dan korupsi digunakan untuk mendapatkan keuntungan atau mengontrol daerah kekuasaan atau pasar ) ;

4. Loundering of illicit proceeds both in furtherance of crominal activity and to infiltrate the legitimacy economy (mencuci uang hasil perdagangan gelap baik yang berasal dari kegiatan kriminal dan disusupkan dalam kegiatan ekonomi yang sah);

5. The potential for expansion into any new activities and beyond national borders (potensi untuk memperluas jaringan operasinya keluar negeri);

6. cooperation with other organized transnational criminal group (Bekerjasama dengan kelompok kejahatan transnasional terorganisir lainnya).

Dalam buku Kerjasama ASEAN dalam Menanggulangi Kejahatan Lintas Negara dijelaskan bahwa satu dari enam asumsi dasar dari kejahatan lintas negara adalah bahwa kejahatan transnasional merupakan gejala global yang tidak dapat diselesaikan oleh satu

negara saja, melainkan harus melalui kerjasama internasional.4

2

Gerhard O. W. Mueller, Transnational Crime, Definitions and Concepts:, dalam P. Williams dan D. Vlassis (eds), Combating Transnational Crime, a Special Issue of Transnational Organized Crime, 4 (3&4), Autum/Winter 1998, hal 14

3

Alan Castle, Transnational Organized Crime and International Security, Working Paper, No. 19, Institute of International Relations the University of British Columbia, November 1997, hal: 7

4

Mattalitti, Abdurrachman, dkk. Kerjasama ASEAN dalam Menanggulangi Kejahatan Lintas Negara. Jakarta : Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 2001. Hal. 1.

kemampuan suatu negara untuk menyelesaikan sendiri tindakan-tindakan kejahatan transnasional adalah sangat


(16)

diragukan. Hal ini dikarenakan jenis kejahatan yang dihadapi adalah kejahatan dimana para pelaku dan operasi kejahatannya telah melibatkan pihak lebih dari satu negara dimana aturan hukum setiap negara berbeda dalam hal menanggulangi kejahatan kriminal. Untuk menanggulangi kejahatan yang mencakup antar lintas ini banyak negara-negara melakukan kerjasama internasional secara bilateral juga multilateral. Dengan kerjasama itu, maka kejahatan antar lintas negara akan lebih mudah ditanggulangi.

Tidak hanya negara, organisasi internasional pun turut serta melakukan upaya untuk menanggulangi tindakan-tindakan kejahatan transnasional yang terjadi di wilayah regional organisasi tersebut. Karena pada dasarnya gagasan untuk mendirikan suatu organisasi internasional adalah untuk menghimpun negara-negara dalam suatu sistem kerjasama yang dilengkapi dengan organ-organ yang dapat mencegah atau menyelesaikan sengketa-sengketa

yang terjadi diantara mereka.5

Association of SouthEast Asian Nation atau ASEAN sebagai satu-satunya organisasi regional di Asia Tenggara memiliki masalah yang serius dengan isu kejahatan transnasional. Bahkan kawasan Asia Tenggara disebut-sebut sebagai salah satu kawasan dengan tingkat kejahatan transnasional tertinggi di dunia. Berbagai macam kejahatan yang mencapai level kejahatan antar lintas batas negara terjadi di kawasan ini. Isu keamanan di kawasan ini Oleh karena itu untuk mengendalikan kejahatan transnasional yang marak terjadi di wilayah regional suatu organisasi internasional, hubungan kerjasama internasional menjadi suatu keniscayaan untuk menanggulangi kejahatan transnasional tersebut. Tidak hanya kerjasama regional yang dilakukan tetapi juga kerjasama organisasi itu sendiri dengan subjek hukum internasional lainnya pun turut dilakukan untuk memaksimalkan penanggulangan kejahatan-kejahatan transnasional yang terjadi di wilayah regional organisasi tersebut.

5

Boer Mauna, Hukum Internasional : Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Bandung: P.T. Alumni, 2005 . hal 458.


(17)

menjadi keprihatinan negara-negara di Asia Tenggara. Bukan hanya isu keamanan tradisional, isu keamanan non-tradisional yang meliputi keamanan lingkungan dan ekonomi juga menyita perhatian besar. Isu keamanan non-tradisional dewasa ini bahkan bukan hanya mencakup keamanan lingkungan dan keamanan ekonomi saja, tetapi juga mencakup

keamanan manusia yang meliputi organized crime dan trafficking.6

Apabila dilihat dari berbagai isu keamanan yang terjadi di Asia Tenggara, isu

kejahatan transnasional berupa organized crime menjadi isu yang paling memprihatinkan.

Organized crime atau disebut juga transnational crime adalah kelompok terorganisir yang tujuan utamanya mendapat uang baik secara legal maupun tidak legal dengan menjual barang dagangan apa pun yang dapat memberikan keuntungan maksimal dengan resiko sesedikit mungkin. Kegiatan mereka berupa jual-beli senjata, narkotika, pemerasan, pencucian uang, pornografi, prostitusi, kejahatan ekologi dan berbagai kejahatan lainnya.

Menyadari akan seriusnya ancaman kejahatan transnasional, ASEAN melakukan berbagai upaya untuk memerangi kejahatan transnasional di kawasan Asia Tenggara.

Pertemuan ke-2 ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime di Yangoon, bulan Juni

1999 menjadi upaya awal rencana aksi ASEAN untuk memerangi kejahatan

transnasional.Kemudian tahun 2000, di Wina, ASEAN mengikuti 7th Session of The Adhoc

Committee on The Ellaboration of a UN Convention Againts Transnational Organized Crime

kemudian ini terus berlanjut hingga Asia Pacific and Middle East Regional Conference &

High Level Prosecutors Meeting yang berlangsung di Istana Negara, Kamis 17 Maret 2011.

7

Perdagangan narkotika (drugs trafficking)merupakan isu kejahatan transnasional yang

paling berkembang di kawasan Asia Tenggara, lemahnya penegakan hukum dan pengawalan

6

Bambang Cipto, Hubungan Internasional Di Asia Tenggara, Teropong Terhadap Dinamika,Realitas, dan Masa

Depan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2007, hal 223

7

John McFarlae, Transnational Crime and the Asia Pacific Security, dalam The Many Faces of Asian Security, diedit oleh Sheldon W.Simon, Lanham and Oxford: Rowman & Littlefield Publisher, Ltd., 2001, hal 200.


(18)

kelembagaan pemerintah menjadi faktor mengapa bisnis perdagangan obat-obatan di

kawasan Asia Tenggara sangat mudah berkembang. Keberadaan Golden Triangle yang

diperankan oleh Myanmar sebagai penghasil opium terbesar di dunia, negara Laos sebagai penghasil opium terbesar kedua setelah Myanmar dan Thailand yang mendominasi penjualan ekstasi, sabu-sabu dan narkotika cair lainnya menjadi bukti betapa besarnya kekuatan narkotika di daerah ini. Bahkan dalam buku Zarina Othman disebutkan bahwa Thailand pada era Golden Triangle berada di peringkat I pengguna narkotika di dunia. 8

Kawasan dimana jenis narkotika seperti heroin dan amphetamine secara

besar-besaran diproduksi ini sangat sulit ditaklukkan karena pelakunya sangat sulit ditaklukkan.

Kaum Mafioso menanam opium dan mengolahnya menjadi heroin dikawasan yang sulit

dijangkau oleh aparat keamanan. Kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi

dimanfaatkan oleh kaum Mafioso dengan baik untuk memperluas jaringan kegiatan hingga

mencapai skala global.9

Segitiga Emas atau Golden Triangle yang terletak di perbatasan Thailand, Myanmar,

dan Laos menghasilkan 60% produksi opium dan heroin di dunia. Produksi narkoba di

kawasan tersebut termasuk dalam kategori narkotika dan potential addictive yang terbuat dari

jenis-jenis tumbuhan opium poppy dan papaver somniferum yang menghasilkan heroin.

Wilayah Segi Tiga Emas ini memberikan sumbangan pada industri heroin yang bernilai US$

160 Milyar pertahun.10

Menyadari akan ancaman besar keberadaanTheGolden Triangle, ASEAN sebagai

wadah kerja sama internasionalberupaya menangani maraknya fenomena perdagangan

narkotika di Asia Tenggara, terkhusus di wilayah Golden Triangle. Untuk menangani

8

Zarina Othman.Myanmar. Illicit Drugs Trafficking and Security Implication, (Akademika 65,2004) , hal 33

9

Sumarno Ma’sum, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat, Jakarta: CV. Haji Masagung 1987, hal 36-40

10

Fredy B. L. tobing. Aktifitas Drugs Trafficking Sebagai Isu Keamanan yang Mengancam Stabilitas Negara, dalam Jurnal Politik Internasional, Vol 5 No 1 November 2002 hal. 83.


(19)

fenomena pasar narkoba terbesar di dunia ini, kerja sama internasional memanglah sebuah keniscayaan dan keharusan bagi ASEAN. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Declaration of ASEAN concord, pada Tanggal 24 Februari 1976 bahwa telah disepakati perlunya peningkatan kerjasama dengan lembaga internasional yang relevan guna memberantas penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

Upaya ASEAN mewujudkan ASEAN drug free 2015 menjadi tantangan tersendiri

bagi ASEAN dalam menanggulangi maraknya perdagangan narkotika di wilayah Asia Tenggara. ASEAN dan negara-negara anggotanya perlu bergerak cepat dan harus serius dalam hal menanggulangi setiap jenis kejahatan transnasional. Kerja sama internasional adalah solusi yang tepat untuk menangani masalah yang dihadapi oleh setiap subjek hukum internasional termasuk ASEAN sebagai organisasi internasional. sehingga terciptalah kawasan regional yang bebas dari ancaman bahaya kejahatan transnasional.Berangkat dari ide permasalahan tersebut, maka perlu dikaji mengenai bagaimana bentuk kerja sama yang

dilakukan ASEAN dalam menanggulangi fenomena pasar narkoba di kawasan Golden

Triangle yang disebut sebagai salah satu pasar narkoba terbesar yang pernah ada di dunia. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bagaimana keefektifan suatu hubungan kerja sama maupun kesepakatan antar subjek hukum internasional dalam menangani setiap isu-isu

internasional, terkhusus kejahatan transnasional berupa drugs trafficking.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah perkembangan hubungan kerjasama organisasi internasional ASEAN

dengan subjek hukum internasional lainnya sejak berdiri sampai saat ini?

2. Bagaimanakah kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan oleh ASEAN dengan subjek


(20)

3. Bagaimana kesepakatan kerjasama yang dilakukan ASEAN secara internal maupun

eksternal dalam menanggulangi kejahatan transnasional berupa drug trafficking di

wilayah Golden Triangle?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui bidang-bidang hubungan kerjasama ASEAN dengan subjek hukum

Internasional lainnya.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis kejahatan transnasional, terkhusus kejahatan yang menjadi

isu-isu di ASEAN.

3. Untuk mengetahui bagaimana kerjasama ASEAN dengan subjek hukum internasional

lainnya dalam upaya menyelesaikan kejahatan transnasional berupa drugs trafficking

yang terjadi di wilayah The Golden Triangle.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka terkhusus pustaka di bidang hukum internasional yang berkaitan dengan hubungan kerja sama internasional dan isu-isu kejahatan internasional. selain itu, penelitian ini juga diharapkan menjadi dasar ide untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut di dalam bidang hukum internasional mengenai kerjasama suatu organisasi internasional terkhususnya ASEAN menanggulangi isu-isu kejahatan transnasional yang terjadi di wilayah negara-negara anggotanya.


(21)

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi organisasi internasional maupun subjek hukum internasional lainnya dalam menanggulangi isu-isu kejahatan transnasional. Bagi pemerintah Indonesia diharapkan penelitian ini menjadi masukan tentang bagaimana hubungan kerjasama ASEAN dalam menanggulangi kejahatan transnasional

terkhusus kasus drugs trafficking. Selain itu, bagi masyarakat diharapkan penelitian ini dapat

menggambarkan bagaimana kejahatan transnasional itu menjadi ancaman serius bagi kehidupan setiap negara, sehingga perlu ditangani dengan serius. Dan penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan mengenai sejarah bagaimana suatu organisasi

internasional seperti ASEAN mampu menanggulangi kejahatan transnasional berupa drugs

trafficking di wilayah segitiga emas (The Golden Triangle). E. Keaslian Penulisan

Penelitian ini merupakan karya tulis asli, sebagai refleksi dan pemahaman selama menjadi mahasiswa di fakultas hukum terutama saat berada di jurusan departemen hukum internasional. Penelitian ini dilakukan dengan cara menuangkan ide dan gagasan dari sudut pandang hukum internasional terhadap kerjasama ASEAN dalam upaya menanggulangi

kejahatan transnasional berupa drugs traffickingyang terjadi di wilayah The Golden Triangle.

Sepanjang penelusuran dalam lingkup Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan penelitian tentang “Kerjasama ASEAN Dalam Menanggulangi Kejahatan

Transnasional Yang Berupa Drugs Trafficking di Wilayah Golden Triangle” belum pernah

ditulis sebelumnya. Namun demikian dalam beberapa literatur penulisan sebelumnya dalam lingkup Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Hukum Internasional dapat dijumpai beberapa persamaan dalam hal substansi dasar mengenai kajian perkembangan kerjasama ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya, akan tetapi belum dijumpai penelitian yang mengangkat topik kerjasama ASEAN dalam menanggulangi


(22)

kejahatan transnasional terkhusus dalam menanggulangi kasus drugs trafficking di wilayah Golden Triangle.

F. Tinjauan Kepustakaan

Penulisan skripsi ini berkisar tentang kerjasama ASEAN sebagai organisasi

internasional menanggulangi kejahatan transnasional berupa drugs trafficking. Adapun

tinjauan kepustakaan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Hukum Internasional

Secara umum hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara

negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat internasional11

a) Negara

. Dalam buku Pengantar Hukum Internasional oleh Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R.Agoes disebutkan bahwa yang menjadi subjek hukum internasional adalah sebagai berikut :

b) Takhta suci (Vatican)

c) Palang merah internasional

d) Organisasi internasional

e) Orang perorangan (individu)

f) Pemberontak dan pihak dalam sengketa

11

Dr.Boer Mauna, Hukum Internasional : Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global


(23)

Sedangkan yang menjadi sumber hukum internasional berdasarkan Statuta Mahkamah

Internasional (International Court of Justice) adalah:12

a) International conventions, whether general or particular , establishing rules expressly recognized by the contesting states (Perjanjian internasional, baik yang bersifat umum maupun khusus, menyangkut aturan-aturan yang disepakati para pihak yang membuat);

b) International custom, as evidence of a general practice accepted as law ( Hukum kebiasaan internasional, sebagai bukti dari suatu praktik umum yang diterima sebagai hukum);

c) The general principles of law recognized by civilized nations (Prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab);

d) Subject to the provisions of article 59, judicial decisions and the teachings of the most highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary means for the determination of rules of law ( Ketentuan-ketentuan yang tunduk pada pasal 59, keputusan hukum dan ajaran ahli yang memenuhi syarat dari berbagai negara, sebagai cara tambahan untuk menentukan aturan hukum). Tujuan utama hukum internasional lebih mengarah kepada upaya untuk menciptakan ketertiban daripada sekedar menciptakan sistem hubungan-hubungan internasional yang adil.

2. Organisasi Internasional

Pengertian mengenai organisasi internasional sangat banyak dijumpai di berbagai literature, namun sangatlah jarang pengertian organisasi internasional itu didefinisikan secara langsung. Para sarjana hukum internasional lebih sering memberikan ilustrasi mengenai substansi elemen-elemen dasar yang harus dimiliki sehingga suatu entitas disebut sebagai organisasi internasional.

Menurut Bowwet D.W bahwa batasan mengenai organisasi internasional publik itu belum ada yang sudah diterima secara umum. Pada umumnya organisasi ini merupakan organisasi permanen yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional yang pada

12


(24)

umumnya lebih banyak berasal dari perjanjian multilateral dibandingkan perjanjian bilateral

yang disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya.13

Sedangkan menurut pasal 57 Piagam PBB dapat disimpulkan bahwa pengertian organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan persetujuan antar

pemerintah atau antar negara ( an international organization is on organization established

by intergovernmental or interstate agreement ).14

3. Kejahatan Transnasional (Transnasional crime)

Defenisi mengenai kejahatan transnasional cukuplah banyak dijumpai di berbagai literatur, para ahli banyak yang mengemukakan pendapat mengenai defenisi kejahatan transnasional.

Menurut Mueller Kejahatan transnasional digunakan untuk menyebut offences whose

inception, prevention, and/or direct or indirect effects involve more than one country.

Mueller sendiri menggunakan istilah kejahatan transnasional untuk mengidentifikasi certain

criminal phenomena transcending international borders, trans-gressing the laws of several states or having an impact on another country. 15

Dalam definisi yang dikeluarkan Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) transnational

crime diartikan sebagai suatu kejahatan yang memiliki dampak langsung maupun tidak

langsung dengan melibatkan lebih dari satu negara, “as offences whose inception, prevention

and/or direct or indirect effects involve more than one country.16

Sementara dari ASEAN sendiri, dalam pertemuan di Yangon, Myanmar pada bulan

Juni 1999, telah ditetapkan ASEAN Plan of Action to Combat Transnational Crimes (

13

Ade Maman Suherman , 2003, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, PT Ghalia Indonesia , Jakarta , hlm 45

14

Pasal 57 Piagam Perserikatan Bangsa - Bangsa

15

Gerhard O. W. Mueller, Op.cit, hal 4

16


(25)

Rencana Aksi ASEAN untuk memerangi kejahatan lintas Negar) dimana rencana aksi tersebut memprioritaskan enam bidang kerjasama dalam kejahatan transnasional, antara lain: trafficking in illegal drugs (perdagangan, peredaran, dan penyalahgunaan narkotika dan

obat-obatan terlarang), woman and children trafficking(perdagangan perempuan dan anak-anak),

sea piracy (pembajakan di laut),arms smuggling(penyelundupan senjata), money laundring(pencucian uang), dan terrorism(terorisme).

G. Metode Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini, metode yang digunakan adalah metode yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka dan data sekunder.17

1. Bahan hukum primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan

oleh pihak-pihak berwenang yang relevan dengan masalah penelitian ini, yakni berupa undang-undang, perjanjian internasional, dokumen-dokumen resmi yang berupa sumber hukum internasional, dan sebagainya.

Penelitian yuridis normatif digunakan dalam penelitian ini untuk meneliti norma hukum internasional yang terbentuk dari hasil kerja sama ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya dalam upaya menanggulangi kejahatan

transnasional berupa drugs trafficking di wilayah Golden Triangle.

Adapun data sekunder yang digunakan dalam karya ilmiah ini meliputi :

2. Bahan hukum sekunder, yaitu semua dokumen yang merupakan tulisan-tulisan atau

karya-karya para ahli hukum dalam buku-buku teks, tesis, disertasi, jurnal,makalah , surat kabar, majalah, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3. Bahan hukum tersier , yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan

keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, kamus bahasa, ensiklopedia, dan lain-lain.

17

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, P.T. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 13.


(26)

Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa untuk mengetahui bagaimana norma hukum yang terbentuk dari hasil kerja sama ASEAN dalam

upaya menanggulangi kejahatan transnasional berupa drugs trafficking di wilayah Golden

Triangle.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Melakukan inventarisasi buku hukum internasional dan bahan-bahan hukum lainnya

yang relevan dengan objek penelitian.

2. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui artikel-artikel media elektronik,

dokumen-dokumen internasional yang resmi dikeluarkan oleh instansi berwenang.

3. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.

4. Menganalisis data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang

menjadi objek penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Salah satu ciri karya ilmiah adalah bersifat sistematis, artinya penulisannya dilakukan dengan suatu sistem dan berdasarkan pada suatu aturan tertentu. Untuk memahami materi skripsi ini terhadap pemahaman masalahnya, makadiuraikan secara garis besar sistematika penulisan yang bertujuan agar tidak terjadi kesimpangsiuran pemikiran maupun penafsiran dalam menguraikan lebih lanjut.

Pada bagian ini dibuat ringkasan garis besar lima bab, yang dimulai dengan kata pengantar dan dilanjutkan dengan daftar isi.Setiap bab akan terdiri dari beberapa sub bab yang akan mendukung keutuhan topik dari setiap bab.

Pada bab Pendahuluan ini akan dikaji mengenai Latar belakang penulisan sebagai kajian mengenai ide lahirnya permasalahan. Kemudian dari penulisan latar belakang,


(27)

terbentuklah Perumusan masalah yang lebih rinci yang menjadi poin-poin utama permasalahan dari penulisan skripsi ini. Setelah itu dalam bab ini akan dikaji mengenai Manfaat dan Tujuan penulisan. Dalam kajian bab pendahuluan ini juga dikaji mengenai Keaslian penulisan untuk membuktikan kemurnian penyusunan karya ilmiah. Tinjauan kepustakaan, Metode dan Sistematika penulisan akan menjadi pembahasan yang selanjutnya di bab ini yang mengkaji mengenai bagaimana proses penyusunan dan metode yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini. Untuk menghindari adanya kekeliruan penafsiran dalam membahas karya ilmiah ini, maka Sistematika penulisan akan mengkaji mengenai gambaran umum isi pembahasan skripsi ini.

Selanjutnya pada Bab II akan dijelaskan secara umum mengenai ASEAN (Association

of South East Asian Nation) sebagai organisasi regional Asia Tenggara. Di dalam bab ini dijelaskan bagaimana sejarah terbentuknya ASEAN sebagai organisasi internasional, Tujuan dibentuknya organisasi ASEAN, Norma dan Prinsip ASEAN sebagai organisasi internasional, serta bagaimana hubungan kerjasama internasional organisasi ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya pasca pembentukannya.

Pada bab selanjutnya yaitu Bab IIIakan dijelaskan tentang isu kejahatan antar lintas batas negara di wilayah Asia Tenggara dan bagaimana ASEAN menjalin kesepakatan-kesepakatan dengan subjek hukum internasional lainnya. Kesepakatan ASEAN dalam upaya menanggulangi isu kejahatan transnasional mencakup pada kesepakatan internal dan kesepakatan eksternal.

Bab yang akan membahas mengenai keterkaitan dua variabel yang ada pada bab II dan bab III adalah bab IV. Bab ini adalah bab yang menjawab permasalahan – permasalahan dalam skripsi ini secara rinci. Bab IV terlebih dahulu akan membahas mengenani gambaran


(28)

akan dijelaskan bagaimana kerjasama internasional yang dijalin oleh ASEAN dengan subjek hukum internasional lainnya dalam upaya menanggulangi kejahatan transnasional berupa drugs trafficking di wilayah golden triangle. Kerjasama – kerjasama itu meliputi kerjasama

regional ASEAN yang berupaya menanggulangi Drugs Trafficking. Kerjasama ASEAN-Cina

(Tiongkok) dan juga Kerjasama ASEAN dengan PBB dalam upaya menanggulangi drugs

trafficking di wilayah golden triangle.

Sebagai bab terakhir adalah bab V. Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran sebagai penutup dari skripsi ini.Pada Bab ini akan dirangkum inti sari dari penulisan skripsi dan penulisan saran terhadap permasalahan yang terdapat pada penulisan skripsi ini.

BAB II

PEMBENTUKAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL REGIONAL SE-ASIA TENGGARA

A. Sejarah Terbentuknya ASEAN Sebagai Organisasi Internasional

Secara geopolitik dan geoekonomi, kawasan Asia Tenggara memiliki nilai yang sangat strategis. Hal ini tercermin dari adanya berbagai konflik di kawasan yang melibatkan kepentingan negara-negara besar pasca Perang Dunia II, sehingga Asia Tenggara pernah

dijuluki sebagai “Balkan-nya Asia”.18

18

Dirjen kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, ASEAN Selayang Pandang Edisi ke-17, Jakarta, Deplu RI, 2007 hal 1

Sebelum terbentuknya ASEAN negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina menjalin hubungan yang baik dengan negara barat. Malaysia dan Singapura terikat dengan kerjasama keamanan denganInggris bersama-sama dengan Australia dan Selandia Baru. Demikian juga dengan Thailand dan Philipina yang memiliki sejarah panjang dengan Amerika. Sebaliknya Indonesia, khususnya sebelum


(29)

kudeta PKI, dikenal cenderung ke blok komunis karena kedekatan Sukarno dengan pimpinan

Cina dan Uni Soviet. 19

Berakhirnya konfrontasi Indonesia-Malaysia pasca jatuhnya rejim Soekarno tahun 1966 dan ketidakpastian masa depan perang Vietnam juga menjadi dorongan lain bagi negara-negara non-komunis untuk membentuk organisasi regional menjadi motivasi awal pembentukan ASEAN pada tahun 1967.

Dilatarbelakangi oleh hal itu, negara-negara Asia Tenggara menyadari perlunya dibentuk kerjasama untuk meredakan rasa saling curiga dan membangun rasa saling percaya, serta mendorong kerja sama pembangunan kawasan. Pada pembentukan organisasi regional

awal dimulai pada tahun 1961 dengan dibentuknya Association of southeast Asia (ASA).

Namun konflik antara Filipina dan Malaysia menghancurkan upaya awal tersebut. Upaya kedua pun dilakukan dengan membentuk Maphilindo (Malaysia, Philipina dan Indonesia), tetapi tetap juga tidak bertahan lama karena Indonesia menentang pembentukan Malaysia melalui politik konfrontasi yang dilancarkan Soekarno. Selain kedua organisasi tersebut

pernah juga terbentuk Souteast Asia treaty Organization (SEATO), yang merupakan

organisasi atas prakarsa Amerika yang berupaya untuk membendung pengaruh komunis di

kawasan Asia Tenggara. Selain itu pernah juga terbentuk Southeast Asian Minister of

Education Organization (SEAMO) dan Asia and Pacific Council (ASPAC).

20

19

Evelyn Colbert, Southeast Asian Regional Politics: Toward a Regional Order, New York, Columbia University Press, 1992, hal. 231

20

Bambang Cipto., Op cit hal 15

Upaya pembentukan organisasi kerjasama kawasan membuahkan hasil dengan ditandatanganinya Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia dan para Menteri Luar Negeri dari Indonesia, Philipina, Singapura dan Thailand. Deklarasi tersebut menandai bahwa telah didirikannya sebuah perhimpunan


(30)

Pada awal pembentukan, ASEAN beranggotakan lima negara. Lima negara itu adalah negara yang memprakarsai pembentukan ASEAN yakni; Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Philipina. Namun sesuai dengan pasal 4 Deklarasi Bangkok, keanggotaan ASEAN terbuka bagi seluruh negara Asia Tenggara lainnya dengan syarat negara-negara calon anggota dapat menyetujui dasar-dasar dan tujuan organisasi ASEANseperti yang tercantum dalam deklarasi ASEAN dan semua traktak/persetujuan yang telah dibentuk oleh ASEAN. Proses perluasan keanggotaan ASEAN hingga tercapainya ASEAN-10 adalah

sebagai berikut. 21

1. Brunei Darussalam secara resmi diterima menjadi anggota ke-6 ASEAN pada

tanggal 7 Januari 1984, dalam sidang Khusus menteri- menteri Luar Negeri ASEAN di Jakarta.

2. Vietnam diterima menjadi anggota ke-7 ASEAN dalam Pertemuan Para

Menteri Luar Negeri (AMM) ke-28 pada tanggal 29-30 Juli 1995 di Bandar Seri Begawan.

3. Laos dan Myanmar diterima sebagai anggota penuh ASEAN melalui suatu

upacara resmi pada tanggal 23 Juli 1997 dalam rangkaian Pertemuan Para Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) ke-30 di Subang Jaya, Malaysia, tanggal 23-28 Juli 1997.

4. Kamboja diterima sebagai anggota penuh ASEAN pada upacara penerimaan

resmi di Hanoi tanggal 30 April 1999.

Dengan diterimanya Kamboja sebagai anggota ke-10 ASEAN, cita-cita para pendiri ASEAN yang mencakup sepuluh negara di kawasan Asia Tenggara (visi ASEAN-10) telah

tercapai22

Pada tanggal 15 desember 1997 dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN pada tahun 1997 di Kuala Lumpur,para petinggi ASEAN bersepakat mengembangkan kawasan ASEAN menjadi kawasan yang terintegrasi dengan membentuk komunitas negara-negara Asia Tenggara menjadi kawasan yang damai, stabil, sejahtera, dan saling peduli dalam ikatan kemitraan yang dinamis pada tahun 2020. Visi yang dituangkan dalam Visi ASEAN

2020 itu semakin diperkuat dengan dibentuknya Bali Concord II dalam Konferensi Tingkat

21

Dirjen kerjasama ASEAN kemenlu RI , Op cit hal. 3

22

Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Asean Selayang Pandang edisi ke- 19, 2010. Jakarta. Hal. 3


(31)

Tinggi ke-9 ASEAN pada tahun 2003 sebagai wujud dari keseriusan ASEAN merealisasikan

terbentuknya komunitas ASEAN (ASEAN Community). Upaya pembentukan ASEAN

Community semakin kuat setelah disahkannya Deklarasi Cebu pada tahun 2007 di Filipina. Deklarasi Cebu yang dihasilkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-12 pada 13 Januari 2007 ini bahkan mempercepat pembentukan komunitas ASEAN menjadi tahun 2015 (Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015). 23

Dalam piagam ASEAN tersebut tercantum mengenai ketetapan pembentukan ASEAN

Community 2015. Komunitas ASEAN terdiri dari 3 (tiga) pilar yaitu Komunitas Politik Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN.Untuk mencapai terbentuknya Komunitas ASEAN 2015, ASEAN menyusun Cetak

Biru (Blue Print) dari ketiga pilar tersebut sebagai pedoman arah pembentukan Komunitas

ASEAN di tiga pilar. Untuk Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN disahkan pada KTT ASEAN ke-13 tahun 2007 di Singapura. Selanjutnya Cetak Biru Komunitas Politik

Pada tahun yang sama lahirnya Deklarasi Cebu, para petinggi ASEAN pun berhasil menetapkan piagam ASEAN sebagai suatu anggaran dasar bagi organisasi regional Asia Tenggara ini. Piagam ASEAN ini baru terbentuk ketika usia organisasi ASEAN yang ke-40 tahun dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN yang ke-13 di Singapura bulan November tahun 2007. Piagam ASEAN ini secara resmi berlaku pada pada tanggal 18 desember 2008 setelah semua negara menyampaikan ratifikasinya secara resmi kepada Sekretaris Jenderal ASEAN. Indonesia secara resmi mensahkan pemberlakuan piagam ASEAN melalui Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa

Asia Tenggara (Charter of The Association of Southeast Asian Nations).

23


(32)

Keamanan ASEAN dan Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN disahkan pada KTT

ASEAN ke-14 tahun 2009 di Cha Am Hua Hin, Thailand.24

B. Tujuan Asean Sebagai Organisasi Internasional

Tujuan dibentuknya ASEAN seperti yang tercantum dalam deklarasi Bangkok adalah

untuk25

1. To accelerate the economic growth, social progress and cultural development in the region through join endeavours in the spirit of equality and partnership in order to strengthen the foundation for a prosperous and peaceful community of Southeast Asian Nations. (Mempercepat pertumbuhan ekonomi , kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai) ;

:

2. To promote regional peace and stability through abiding respect for justice and the rule of law in the relationship among countries of the region and adherence to the principles of the United Nations Charter.(Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip – prinsip piagam Perserikatan Bangsa – Bangsa);

3. To promote active collaboration and mutual assistance on matters of common interest in economic, social, cultural, technical and administrative fields. (Meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi) ;

24

Ibid, Hal 5-6

25


(33)

4. To provide assistance to each other in the form of training and research facilities in the educational, professional, technical and administrative spheres. (Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang bidang pendidikan, profesi, teknik dan administrasi) ;

5. To collaborate more effectively for the greater utilization of their agriculture and industries , the expansion of their trade, including the study of the problems of international commodity trade, the improvement of their transportation and communications facilities and raising of the living standarts of their peoples(Bekerjasama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan pertanian dan industri mereka , memperluas perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi internasional , memperbaiki sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi, serta meningkatkan taraf hidup rakyat mereka) ;

6. To promote Southeast Asian studies. (Memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara) ;

7. To maintain close and beneficial cooperation with existing international and regional organizations with similar aims and purpose, and explore all avenues for even closer cooperation among themselves. (Memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan berbagai organisasi internasional dan regional yang mempunyai tujuan serupa , dan untuk menjajagi segala kemungkinan untuk saling bekerjasama secara erat di antara mereka sendiri).

Setelah ASEAN berhasil membentuk piagam ASEAN sebagai anggaran dasar dari bagi perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara, maka tujuan dari organisasi ini semakin diperluas. Adapun yang menjadi tujuan utama organisasi ASEAN yang tertuang dalam ASEAN Charter atau Piagam ASEAN antara lain26

26

Pasal 1 Piagam ASEAN


(34)

1. Memelihara dan meningkatkan perdamaian, keamanan, dan stabilitas, serta lebih memperkuat nilai-nilai yang berorientasi pada perdamaian di kawasan.

2. Meningkatkan ketahanan kawasan dengan memajukan kerja sama politik,

keamanan, ekonomi, dan sosial budaya yang lebih luas.

3. Mempertahankan Asia Tenggara sebagai Kawasan Bebas Senjata Nuklir dan

bebas dari semua jenis senjata pemusnah massal.

4. Menjamin bahwa rakyat dan Negara-Negara Anggota ASEAN hidup damai

dengan dunia secara keseluruhan di lingkungan yang adil, demokratis, dan harmonis.

5. Menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, sangat

kompetitif, dan terintegrasi secara ekonomis melalui fasilitasi yang efektif untuk perdagangan dan investasi, yang di dalamnya terdapat arus lalu lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang bebas; terfasilitasinya pergerakan pelaku usaha, pekerja profesional, pekerja berbakat dan buruh; dan arus modal yang lebih bebas.

6. Mengurangi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan pembangunan di

ASEAN melalui bantuan dan kerja sama timbal balik.

7. Memperkuat demokrasi, meningkatkan tata kepemerintahan yang baik dan

aturan hukum, dan memajukan, serta melindungi hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan fundamental dengan memperhatikan hak dan kewajiban dari Negara-Negara Anggota ASEAN.

8. Menanggapi secara efektif, sesuai dengan prinsip keamanan menyeluruh,

segala bentuk ancaman, kejahatan lintas-negara dan tantangan lintas-batas.

9. Memajukan pembangunan berkelanjutan untuk menjamin perlindungan

lingkungan hidup di kawasan, sumber dayaalam yang berkelanjutan, pelestarian warisan budaya, dan kehidupan rakyat yang berkualitas tinggi.

10. Mengembangkan sumber daya manusia melalui kerja sama yang lebih erat di

bidang pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat, serta di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk pemberdayaan rakyat ASEAN dan penguatan Komunitas ASEAN.

11. Meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak bagi rakyat ASEAN

melalui penyediaan akses yang setara terhadap peluang pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan sosial, dan keadilan.

12. Memperkuat kerja sama dalam membangun lingkungan yang aman dan

terjamin bebas dari narkotika dan obat-obat terlarang bagi rakyat ASEAN.

13. Memajukan ASEAN yang berorientasi kepada rakyat yang di dalamnya

seluruh lapisan masyarakat didorong untuk berpartisipasi dalam, dan memperoleh manfaat dari, proses integrasi dan pembangunan komunitas ASEAN.

14. Memajukan identitas ASEAN dengan meningkatkan kesadaran yang lebih

tinggi akan keanekaragaman budaya dan warisan kawasan.

15. Mempertahankan sentralitas dan peran proaktif ASEAN sebagai kekuatan

penggerak utama dalam berhubungan dan bekerja sama dengan para mitra eksternal dalam arsitektur kawasan yang terbuka, transparan, dan inklusif.


(35)

Menurut Amitav Acharya adapun yang menjadi landasan pembentukan norma organisasi regional seperti ASEAN, terdapat dua sumber nilai. Pertama, sebuah organisasi seperti ASEAN dapat belajar dari organisasi regional lain atau organisasi dunia yang ada.

Kedua, sumber juga bisa didapatkan dari nilai-nilai sosial, politik dan budaya setempat. 27

Perjanjian Persahabatan Dan Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation) yang

ditandatangani pada pertemuan puncak ASEAN pertama di Bali tahun 1976 sering disebut sebagai wujud dari nilai-nilai global yang mendasari pembentukan organisasi regional. Dalam pertemuan tersebut negara-negara ASEAN sepakat untuk (1) saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas wilayah semua bangsa, (2) setiap negara berhak memelihara keberadaannya dari campur tangan, subversi, kekerasan dari kekuatan luar, (3) tidak mencampuri urusan dalam negara lain, (4) menyelesaikan perbedaan pendapat dan

pertikaian dengan jalan damai, (5) menolak ancaman penggunaan kekerasan.28

Kejelasan mengenai prinsip maupun norma ASEAN dalam mewujudkan tujuan organisasi regional ini, terlihat setelah berhasilnya dibentuk piagam ASEAN oleh para petinggi negara-negara anggota pada November tahun 2007silam. Pada pasal 2, piagam

ASEAN tercantum mengenai prinsi-prinsip ASEAN, yaitu 29

1. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, dan identitas

nasional seluruh Negara-Negara Anggota ASEAN. :

2. Memiliki bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan perdamaian,

keamanan, dan kemakmuran di kawasan.

3. Menolak agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan atau tindakan-tindakan lainnya

dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan hukum internasional;

4. Mengedepankan penyelesaian sengketa secara damai.

5. Memegang teguh prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri negara-negara

Anggota ASEAN.

6. Menghormati hak setiap Negara Anggota untuk menjaga eksistensi nasionalnya bebas

dari campur tangan eksternal, subversi, dan paksaan.

27

Amitav Acharya, Constructing a security Community in South-East Asia: ASEAN and the problem of regional

order, London and New York, Routledge, 2001 , hal 45.

28

Bambang Cipto Op cit, hal. 23

29


(36)

7. Meningkatkan konsultasi mengenai hal-hal yang secara serius mempengaruhi kepentingan bersama ASEAN.

8. Memegang teguh pada aturan hukum, tata kepemerintahan yang baik, prinsip-prinsip

demokrasi dan pemerintahan yang konstitusional.

9. Menghormati kebebasan fundamental, pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia,

dan pemajuan keadilan sosial.

10.Menjunjung tinggi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional,

termasuk hukum humaniter internasional, yang disetujui oleh Negara-Negara Anggota ASEAN.

11.Memegang teguh prinsip tidak turut serta dalam kebijakan atau kegiatan apa pun,

termasuk penggunaan wilayahnya, yang dilakukan oleh Negara Anggota ASEAN atau Negara non-ASEAN atau subjek non-negara mana pun, yang mengancam kedaulatan, integritas wilayah atau stabilitas politik dan ekonomi Negara-Negara Anggota ASEAN.

12.Menghormati perbedaan budaya, bahasa, dan agama yang dianut oleh rakyat ASEAN

dengan menekankan nilai-nilai bersama dalam semangat persatuan dalam keanekaragaman.

13.Mengutamakan sentralitas ASEAN dalam hubungan eksternal di bidang politik,

ekonomi, sosial dan budaya, dengan tetap berperan aktif, berpandangan ke luar, inklusif dan nondiskriminatif.

14.Memegang teguh prinsip berpegang teguh pada aturan perdagangan multilateral dan

rezim yang didasarkan padaaturan ASEAN untuk melaksanakan komitmen ekonomi secara efektif dan mengurangi secara progresif ke arah penghapusan semua jenis hambatan menuju integrasi ekonomi kawasan dalam ekonomi yang digerakkan oleh pasar.

D. Hubungan Kerjasama ASEAN Sebagai Subjek hukum Internasional dengan Subjek Hukum Internasional Lainnya

ASEAN sebagai subjek hukum internasional mempunyai kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan subjek hukum internasional lainnya. Suatu organisasi internasional dapat melakukan hubungan dengan negara anggotanya atau yang disebut dengan hubungan intern. Selain itu organisasi internasional dapat mengadakan hubungan dengan negara yang bukan anggota atau dengan organisasi lainnya yang disebut dengan

hubungan eksternal30

Pada Paragraf 7 Deklarasi Bangkok, ASEAN memiliki tujuan untuk memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi kawasan dan internasional yang mempunyai kesamaan tujuan. ASEAN sejak berdiri telah menunjukkan sikap berpandangan ke luar dan

.

30


(37)

keinginan untuk aktif menjalin hubungan dengan pihak-pihak di luar ASEAN. Sesuai semangat tersebut, ASEAN telah menjalin hubungan dengan berbagai negara baik di kawasan

Asia, Pasifik, Amerika, dan Eropa.31

1. Hubungan eksternal

Secara umum gambaran hubungan kerjasama ASEAN dibagi menjadi dua bidang, yaitu eksternal dan internal.

Sesuai dengan pasal 41 Piagam ASEAN pelaksanaan hubungan eksternal ASEAN bertujuan untuk mengembangkan hubungan yang bersahabat dan dialog,kerja sama, dan kemitraan yang saling menguntungkan dengan negara-negara,dan organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga sub-kawasan, kawasan, dan internasional dengan memegang teguh tujuan-tujuan serta prinsip sebagaimana dinyatakan dalam Piagam ASEAN. Dalam melaksanakan hubungan eksternal ASEAN, Pertemuan paraMenteri Luar Negeri ASEAN dapat memberikan suatu status formal kepadapihak eksternal sebagai Mitra Wicara, Mitra Wicara Sektoral, MitraPembangunan, Pengamat Khusus, Tamu, atau status lainnya yang

dapatditetapkan selanjutnya.32

Mekanisme hubungan ASEAN dengan Mitra Wicara dilaksanakan melalui beberapa

tahapan, yaitu33

a. Pada tingkat Kepala Negara dilakukan melalui KTT ASEAN dan KTT terkait

lainnya. :

b. Pada tingkat Menteri dilakukan melalui pertemuan tingkat menteri ASEAN

(ASEAN Ministerial Meeting/AMM), pertemuan dengan mitra wicara (Post Ministerial Conference/PMC), dan pertemuan tingkat menteri di luar rangkaian PMC.

c. Pada tingkat Pejabat Tinggi ASEAN (Senior Officials Meeting/SOM), mitra

wicara, dan pertemuan di luar rangkaian SOM seperti Senior Officials

Consultations/SOC, Forum, dan Consultation among Senior Officials.

31

Sekretariat Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN edisi ke-19, Ibid, hal. 159

32

Pasal 44 Piagam ASEAN

33


(38)

d. Pada tingkat Direktur Jenderal seperti Working Group/WG, Joint Cooperation Committee/JCC, Joint Planning Committee/JPC, dan Japan-ASEAN Integration Fund /JAIF Management Committee/JMC.

e. Pada tingkat kelompok ahli

f. Pada tingkat sektoral

g. Pada tingkat Komite Wakil Tetap (Committee of Permanent

Representatives/CPR.

Dalam situs resmi ASEAN, adapun yang menjadi mitra wicara resmi ASEAN dalam

hubungan kerjasama eksternalnya, antara lain:34

a. ASEAN-Australia, Australia adalah negara pertama yang secara resmi menjadi mitra

wicara ASEAN yaitu sejak tahun 1974 dengan pembentukan ASEAN-Australia

Consultative Meetings (AACM). Hubungan kerjasama antara ASEAN-Australia meliputi berbagai bidang. Pada bidang keamanan, ASEAN dan Australia sepakat untuk

bekerjasama melawan terorisme melalui penandatanganan ASEAN-Australia Joint

Declaration on Counter Terrorismoleh kedua belah pihak. Aksesi Australia kedalam Treaty of Amity Cooperation pada tahun 2005 juga menjadi tahapan penting kerjasama ASEAN dengan Australia. Selain itu, ASEAN dan Australia juga menjalin kerjasama di bidang ekonomi. Kemajuan kerja sama ekonomi ASEAN-Australia ditandai dengan ditandatanganinya Persetujuan Pasar Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru atau ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA) pada bulan Februari 2009 dan mulai berlaku sejak pada tanggal 1 Januari 2010.Berikut adalah persetujuan dan deklarasi yang sudah ditandatangani oleh ASEAN dan Australia;

1) Plan of Action to Implement the ASEAN-Australia Comprehensive Partnership (2015-2019)

2) Agreement Establishing the ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area, Cha-am, Thailand, 27 February 2009

34

http//www.asean.org , dijelaskan dalam buku Asean Selayang Pandang edisi ke-19. Kementerian Luar Negeri Indonesia, 2010.


(39)

3) Annexes to the Agreement Establishing the ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area, Cha-am, Thailand, 27 February 2009

4) Implementing Arrangement for the ASEAN-Australia-Australia-New Zealand Free Trade Area Economic Co-Operation Work Programme Pursuant to Chapter 12 (Economic Co-Operation) of the Agreement Establishing the ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area

5) Understanding on Article 1 (Reduction And/Or Elimination of Customs Duties) of Chapter 2 (Trade in Goods) of the Agreement Establishing the ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area

6) MOU on ASEAN Australia Development Cooperation Program (AADCP) II 7) Plan of Action to Implement the Joint Declaration on ASEAN-Australia

Comprehensive Partnership

8) Instrument of Accession to the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia by Australia, Kuala Lumpur, 10 December 2005

9) Instrument of Extension of the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia by Australia, Kuala Lumpur, 10 December 2005

10) Declaration of Intention to Accede to the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia by Australia, Vientiane, 28 July 2005

11) ASEAN Declaration of Consent to the Accession to the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia by Australia, Vientiane, 28 July 2005

12) Co-Chairs Statement 19th ASEAN-Australia Forum Bandar Seri Begawan, 8-9 May 2003

13) Ministerial Declaration on the AFTA-CER Closer Economic Partnership, Bandar Seri Begawan, 14 September 2002


(40)

15) Memorandum of Understanding between the Governments of the Member Countries of the Association of Southeast AsiaNations and the Government of Australia on the ASEAN-Australia Economic Cooperation Programme (AAECP) Phase IIIn Bangkok, Thailand, 27 July 1994

b. ASEAN-Kanada,

1) ASEAN-Canada Joint Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism, Kuala Lumpur, 28 July 2006

Pertemuan formal ASEAN-Kanada pertama kali dilakukan pada

Februari 1977 melalui pertemuan ASEAN Standing Committee (ASC). Pada pertemuan itu

Kanada menyampaikan komitmen untuk memberikan bantuan kepada ASEAN dalam program pembangunan. Untuk bidang politik dan keamanan ASEAN dan Kanada telah menjalin kesepakatan untuk memerangi terorisme internasional yang dituangkan dalam ASEAN-Canada Joint Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism yang ditandatangani pada tanggal 28 Juli 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia. Pada tahun 2007 bertepatan dengan 30 tahun hubungan ASEAN-Kanada ditandai dengan Pengesahan

2�� ASEAN-Canada Joint Cooperation Workplan 2007-2010 (ACJCWP).Pada pertemuan

ASEAN PMC ke-42 tanggal 22 Juli 2009 di Phuket, Thailand, telah diadopsi Joint

Declaration on ASEAN-Canada Enhanced Partnership. Pada pertemuan tersebut juga disepakati bahwa penanda-tanganan aksesi TAC Kanada akan dilakukan pada pertemuan ASEAN PMC ke-43 dengan syarat Kanada menyertakan surat pernyataan resmi untuk

menyetujui 3�� Protocol Amendment. Berikut adalah kesepakatan-kesepakatan yang

sudah ditandatangani ASEAN dan Kanada ;

2) Joint Declaration on the ASEAN-Canada Enhanced Partnership

3) Joint Declaration Between ASEAN and Canada on Trade and Investment, October 2012.


(41)

4) Plan of Action to Implement the Joint Declaration on ASEAN-Canada Enhanced Partnership 2010-2015

c. ASEAN – Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Hubungan kerja sama ASEAN-RRT telah

dimulai secara informal pada tahun 1991. RRT dikukuhkan menjadi mitra wicara penuh

ASEAN pada ASEAN Ministerial Meeting ke-29 di Jakarta tahun 1996. Sebelas Bidang

Prioritas Kerjasama ASEAN-RRT meliputi: pertanian, energi, informasi dan teknologi

komunikasi (ICT), sumber daya manusia (SDM), mutual investment, Mekong

development, transportasi, budaya, pariwisata, kesehatan publik dan lingkungan

hidup.35

1) Memorandum of Understanding Between the Association of Southeast Asian Nations and the Government of the People's Republic of China on Strengthening Sanitary and Phytosanitary Cooperation, Singapore, 20 November 2007

Beberapa deklarasi dan kesepakatan penting yang pernah disepakati oleh ASEAN maupun RRT, antara lain:

2) Declaration on The Conduct of Parties in The South China Sea

3) Memorandum of Understanding between the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Secretariat and the Ministry of Agriculture of the People's Republic of China on Agricultural Cooperation, Cebu, Philippines, 14 January 2007

4) Plan of Action to Implement the Beijing Declaration on ASEAN-China ICT Cooperative Partnership for Common Development, Cebu, Philippines, 14 January 2007

5) Agreement on Trade in Goods of the Framework Agreement on

Comprehensive Economic Co-operation between the Association of Southeast

35


(42)

Asian Nations and the People's Republic of China, Vientiane, 29 November 2004

6) ANNEX I. Modality for Tariff Reduction and Elimination for Tariff Lines Placed in the Normal Track

7) ANNEX II. Modality for Tariff Reduction/ Elimination for Tariff Lines Placed in the Sensitive Track

8) ANNEX III. Rules of Origin for the ASEAN-China Free Trade Area

9) Agreement on Dispute Settlement Mechanism of the Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-Operation Between the Association of Southeast Asian Nations and the People's Republic of China, Vientiane, 29 November 2004

10)The Second Consultation Between The ASEAN Economic Ministers and The Minister of Commerce of The People's Republic of China (AEM-MOFCOM), 3 September 2003 Phnom Penh Cambodia

11)Protocol to Amend the Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-Operation Between the Association of South East Asian Nations and the People's Republic of China, Bali, 6 October 2003

12)Protocol to Amend The Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-operation Between The Association of South East Asian Nations and The People's Republic of China

13)Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-Operation Between ASEAN and the People's Republic of China, Phnom Penh, 4 November 2002 14)Joint Declaration of ASEAN and China on Cooperation in the Field of


(43)

15)Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-Operation Between ASEAN and the People's Republic of China Phnom Penh, 4 November 2002 16)Memorandum of Understanding Between the Association of Southeast Asian

Nations (ASEAN) Secretariat and the Ministry of Agriculture of the People’s Republic of China on Agricultural Cooperation

17)Memorandum of Understanding Between The Association of Southeast Asian Nations and The People's Republic of China on Cooperation in information and Communications Technology

d. ASEAN – India , India menjadi Mitra Wicara penuh ASEAN pada saat KTT ke-5

ASEAN di Bangkok tanggal 14-15 Desember 1995 setelah sebelumnya menjadi mitra

wicara sektoral sejak 1992.ASEAN-India Partnership for Peace, Progress and Shared

Prosperity dan Plan of Action merupakan dua dokumen inti kemitraan

ASEAN-India.Pada bidang ekonomi, ASEAN dan India telah menandatangani ASEAN-India

Trade in Goods Agreement yang berlaku pada 1 Januari 2010 di Bangkok tanggal 13 Agustus 2009. Berikut adalah deklarasi dan kesepakatan yang pernah disepakati oleh ASEAN dan India;

1) Agreement on Investment under the Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between the Association of Southeast Asian Nations and The Republic of India.

2) Agreement on Trade in Services under the Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between the Association of Southeast Asian Nations and The Republic of India.

3) ASEAN-India Partnership for Peace, Progress and Shared Prosperity, Vientiane, 30 November 2004


(44)

4) The Second ASEAN Economic Ministers and The Minister of India Consultation (AEM-India), 3 September 2003, Phnom Penh, Cambodia

5) Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between the Republic of India and the Association of Southeast Asian Nations, Bali, Indonesia, 8 October 2003

6) ASEAN - India Joint Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism, Bali, Indonesia, 8 October 2003

7) Plan of Action to Implement the ASEAN-India Partnership for Peace, Progress and Shared Prosperity

8) Instrument of Accession to the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia by India

9) ASEAN India Joint Declaration for Cooperation to Combat International Terrorism, Bali, Indonesia, October 2003

10)Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between the Republic of India and the Association of Southeast Asian Nation, Ocotber 2003

e. ASEAN – Jepang , mulai melakukan dialog informal pada tahun 1973 dan hubungan

formal mulai terbentuk dengan terwujudnya Forum ASEAN-Jepang pada bulan Maret 1977 dimana pada awalnya hubungan kerjasama hanya ditekankan pada hubungan kerja sama ekonomi. Sampai saat ini ASEAN dan Jepang tercatat telah menjalin banyak hubungan kerjasama di berbagai bidang seperti : kemitraan ekonomi; lingkungan hidup dan perubahan iklim; penanganan bencana alam, kontra terorisme, kesehatan dan kesejahteraan; keamanan maritim termasuk penanganan pembajakan laut; dan pertukaran masyarakat. Berikut adalah beberapa deklarasi maupun instrument kesepakatan yang disepakati oleh ASEAN dan Jepang:


(1)

ditimbulkannya. Sementara itu dalam konteks hubungan kerjasama eksternal, ASEAN menjalin kesepakatan dengan Republik Rakyat Tiongkok dalam menangani drug trafficking di Golden Triangle dituangkan dalam ASEAN-China Cooperative Response to Dangerous Drugs (ACCORD) dan ratifikasi plan of action ACCORD pada tahun 2005. ASEAN juga turut serta mensponsori resolusi PBB no 40/122 mengenai perlunya untuk mengadakan suatu Konferensi Dunia pada tingkat menteri mengenai penyalahgunaan Narkoba dan peredaran illegalnya. ASEAN berhasil membentuk International Conference on Drug Abuse and Illicit Trafficking (ICDAIT) yang diadakan di Wina, Austria pada tahun 1987 dan mengeluarkan dua kesepakatan penting yaitu Deklarasi dan Comprehensive Multi diciplinary Outline of Future Activities in Drug Abuse Control atau CMO. B. Saran

1. ASEAN perlu meningkatkan hubungan kerjasama dalam konteks sub regional maupun dengan subjek hukum internasional lainnya dengan cara menambah negara ataupun organisasi internasional lainnya sebagai mitra wicara penuh demi terpenuhinya kebutuhan ASEAN dalam mewujudkan komunitas masyarakat ASEAN tahun 2015.

2. ASEAN belum memiliki wadah kerjasama yang cukup untuk menangani isu-isu kejahatan transnasional yang memiliki bentuk yang semakin berubah lebih kuat. ASEAN tidak memiliki ikatan kerjasama ataupun kesepakatan khusus dengan subjek hukum internasional lainnya untuk menangani salah satu dari beberapa isu kejahatan transnasional, seperti kejahatan ekonomi, cyber crime dan lain-lain. Selain itu instrumen yang paling kuat yang dimiliki ASEAN dalam menghadapai kejahatan internasional masih berupa deklarasi, sehingga kekuatan kerjasama ataupun kesepakatan ASEAN kurang efektif dalam menanggulangi isu-isu kejahatan transnasional yang berkembang di Asia Tenggara.


(2)

3. Melihat keberhasilan ASEAN menanggulangi drug trafficking di Golden Triangle, negara-negara ASEAN perlu mencontoh langkah aksi kesepakatan ACCORD dan kerjasama dengan PBB dalam menanggulangi kejahatan transnasional di Golden Triangle melalui hukum nasional masing-masing negara demi terselenggaranya negara yang bebas narkoba pada tahun 2015. ASEAN juga perlu meningkatkan kerjasama dalam konteks regional dan eksternal dalam menanggulangi perkembangan kejahatan drug trafficking di Asia Tenggara demi mewujudkan visi dan misi ASEAN mewujudkan Asia Tenggara sebagai kawasan bebas narkoba di tahun 2015.

DAFTAR PUSTAKA

Situs internet http//:moneyloundering/ theory, http://www.yahoo.com/ dalam buku Thomas L. Friedman, The Lexus and the Olive Tree: Understanding Globalization, New York, NY: Farrar, Straus, Giroux, 1999, dalam William r. Schroeder, Money laundering; A global threat and the international Community’s response. Diakses 3 Februari 2015 Mueller Gerhard. 1998, Transnational Crime, Definitions and Concepts:, dalam P. Williams

dan D. Vlassis (eds), Combating Transnational Crime, a Special Issue of Transnational Organized Crime, 4 (3&4), Autum/Winter.

Castle Alan,1997.Transnational Organized Crime and International Security, Working Paper, No. 19, Institute of International Relations the University of British Columbia, Mattalitti, Abdurrachman, dkk.2001.Kerjasama ASEAN dalam Menanggulangi Kejahatan

Lintas Negara. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta.

Mauna Boer, 2005. Hukum Internasional : Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global,P.T. Alumni ,Bandung,.

Cipto Bambang,2007.Hubungan Internasional Di Asia Tenggara, Teropong Terhadap Dinamika,Realitas, dan Masa Depan, Pustaka Pelajar), Yogyakarta

John McFarlae, Transnational Crime and the Asia Pacific Security, dalam The Many Faces of Asian Security, diedit oleh Sheldon W.Simon, Lanham and Oxford: Rowman & Littlefield Publisher, Ltd., 2001,

Othman.Zarina.2004.. Illicit Drugs Trafficking and Security Implication. Akademika 65.Myanmar

Ma’sumSumarno.1987, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat, CV. Haji Masagung .Jakarta


(3)

Fredy B. L. tobing. Aktifitas Drugs Trafficking Sebagai Isu Keamanan yang Mengancam Stabilitas Negara, dalam Jurnal Politik Internasional, Vol 5 No 1 November 2002 hal. 83

Pasal 38 Ayat (1) Statute of the International Court of Justice

SuhermanAde Maman , 2003, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, PT Ghalia Indonesia , Jakarta

Pasal 57 Piagam Perserikatan Bangsa – Bangsa

Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji. 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, P.T. Rajagrafindo Persada, Jakarta,

Dirjen kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia.2007, ASEAN Selayang Pandang Edisi ke-17,Deplu RI, Jakarta.

ColbertEvelyn, 1992.Southeast Asian Regional Politics: Toward a Regional Order, New York, Columbia University Press,

Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.2010, Asean Selayang Pandang edisi ke- 19,deplu RI. Jakarta

Deklarasi Bangkok , 8 agustus 1967 Piagam ASEAN

AcharyaAmitav.2001, Constructing a security Community in South-East Asia: ASEAN and the problem of regional order, London and New York, Routledge

SuwardiSri Setianingsih.2004.Pengantar Hukum Organisasi Internasional, UI Press. Jakarta. http//www.asean.org , dijelaskan dalam buku Asean Selayang Pandang edisi ke-19.

Kementerian Luar Negeri Indonesia, 2010

Mari Pangestu, Southeast Asian Regional and International Economic Cooperation, dalam Weatherbee, International Relations in Southeast Asia,

HewDenis.2005, Southeast ASIAN Economies: Toward Recovery and Deeper Integration, Southeast Asian Affairs 2005, Singapore: ISEAS

AtmasasmitaRomli .1997, Tindak Pidana Narkotika Transnasional dalam Sistem Hukum PidanaIndonesia, Citra Aditya Bhakti, Bandung,

Wagley John. R.2006, Transnational Organized Crime:Principal Threats and U.S. Responses ,Congressional Research Service, The Library of Congress

United Nations, Changes in Forms and Dimensions of Criminality - Transnational and National, Working paper prepared by the Secretariat for the Fifth United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders (Toronto, Canada, 1-12 September 1975)

United Nations, Eigth United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders, Havana, Cuba 27 August to 7 September 1990, A/Conf.144/7, 26 July 1990


(4)

Martin. and Romano, A. T.1992, Multinational Crime-Terrorism, Espionage, Drug & Arms Trafficking ,SAGE Publications,

Majalah KESAKSIAN , Media Informasi Perlindungan Saksi dan Korban edisi no.III tahun 2012, diakses melalui http//:www.lpsk.go.id

Prof. Dr. H.R. Abdulsalam.2006, Hukum Pidana Internasional,. Restu Agung.Jakarta

Muladi, 2002.Demokratisasi, Hak Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum di Indonesia, edisi I.: The Habibie Center.Jakarta

Henkin, Louis.1980.International Law , Cases and Materials, American Casebook Series, ST, PaulMinn, West Publishing Co, USA,

Kusumaatmadja Mochtar, Hukum Laut Internasional, Binacipta, Bandung, Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. V No. II Agustus 2009, hal. 32

CapieDavid (2004) , Small Arms in SouthEast Asia , ASEAN Country studies, Australia : Strategic and Defence Studies Centre Australian National Universty

Annex : Protocol against the Illicit Manufacturing of and Trafficking in Firearms, Their Parts and Components and Ammunition, supplementing the United Nations Convention against Transnational Organized Crime, Protocol Palermo 2000

SyahraniSutan Remi.2004, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan Terorisme, Grafiti, Jakarta

Nawawi Arif, Makalah, Fungsionalisasi Hukum dalam Penanggulangan Kejahatan Ekonomi., hal . 4

Cyberlaw, in the Legal Ewironment., dalam http://blt.westbusilaw.com.,

HamzahAndi.1992, Aspek-Aspek Pidana Dibidang Komputer., sinar Grafika, Jakarta,

Karya Ilmiah Dr. H. Obsatar Sinaga, M.Si , Dosen Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran Bandung tentang Penanggulangan Kejahatan Internasional Cyber Crime Di Indonesia.

Second ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime Yangon, Mynamar Pertemuan pada tingkat Menteri Luar Negeri. Mengeluarkan Komunike Bersama pada 23 Juni 1999

Third ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crimes Singapura Pertemuan pada tingkat Menteri Luar Negeri. Mengeluarkan Komunike Bersama pada 11 Oktober 2001

e-Journal Ilmu Hubungan Internasional. Upaya Asean Dalam Menanggulangi Perdagangan Dan Peredaran Narkotika Ilegal Di Kawasan Asia Tenggara tahun 2013

BuzanBarry.1998, Ole Waever dan Jaap de Wilde, Security: A New Framework for Analysis,Lynne Rienner Publishers, London


(5)

Mattalitti, Abdurrachman, dkk. 2001. Kerjasama ASEAN dalam Menanggulangi Kejahatan Lintas Negara. Jakarta : Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Jakarta

Kansil.1979, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Jurnal Hubungan Internasional ., M. Arif Sebastian dan Syafri Harto, PERANAN ASEAN

SENIOR OFFICIAL ON DRUGS MATTERS (ASOD) DALAM MENANGGULANGI DRUGS TRAFFICKING DI NEGARA THAILAND 2005-2010

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.2009, ADVOKASI Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba . BNN RI. Jakarta

World Drug Report 2006

Artikel tentang Human Security oleh Edy Prasetyono (Ketua Departemen Hubungan Internasional, Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta dan anggota Working Group on Security Sector Reform)

National Narcotics Control Commission (NNCC), Annual Report on Drug Control in China, 2008; UNODC, Addiction, Crime and Insurgency: The Transnational Threat of Afghan Opium, Vienna: UNODC, September 2009, p. 45; Niklas Swanström, “Narcotics and China: An Old Security: Threat from New Sources,” China and Eurasia Forum Quarterly, Volume 4, No. 1 (2006), pp. 113-131.

Himpunan hasil penelitian penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika tahun 2009, Badan Narkotika Nasional 2010

Artikel Hubungan Internasional , Human Security oleh Edy Prasetyono (Ketua Departemen Hubungan Internasional, Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta dan anggota Working Group on Security Sector Reform.)

Sumber berdasarkan penelusuran akses internet :

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0401/12/opini/795190.html dalam situs http://www.unisosdem.org, diakses pada 13 Maret 2015

media massa http://beritasore.com tanggal 14 Maret 2014

Isu-isu khusus , http://www.kemlu.co.id diakses pada 12 Maret 2015

Tabloid diplomasi, diakses melalui internet : http//:www.tabloiddiplomasi.org, 4 Maret 2015 , pukul 23.54


(6)

UNESCO Study Area The Mekong River Basin, ” http://www.unesco-ihe.org/Post-Doctoral- Research-Programme-on-Adaptation-to-Climate-Change-PRoACC/Study-area-The-Mekong-River-Basin, diakses pada 13 Maret 2015.

“Trafficking In Thailand”, 22 November 2010, diakses dari http://thaitrafficking. wordpress.com pada tanggal 13 Maret 2015.

http://news.liputan6.com/read/475553/kaleidoskop-6-catatan-kriminal-2012, diakses pada tanggal 13 Maret 2015.

Kasus Perdagangan Anak Meningkat”, dalam perdagangan-anak-meningkat, diakses tanggal 13 Maret 2015.

http:www.aseanapol.org

artikel Money Laundering dan Dana Teroris dalam situs http://www.interpol.go.id diakses pada 13 Maret 2015,

http://www.unisosdem.org/article_detail.php, diakses pada 17 Maret 2014

artikel “Upaya Negara-Negara Asia Tenggara dalam Menghadapi Terorisme” diakses melalui situs internet http://www.giovanni-d-afisip10.web .unair.id

The philipines and Terrorism dalam situs http//:archive.adl.org

ancaman Terorisme di ASEAN diakses melalui internet dalam situs http://lautanopini.wordpress.com

Subjek Hukum Internasional , “Pengertian Subjek Hukum Internasional”, Status Hukum, Art in the Science of Law, 2013, artikel website : http://statushukum.com/subjek hukuminternasional.html

http://www.propatria.or.id/download/Paper%20Diskusi/human_security_ep.pdf diakses pada 18 Maret 2015

Drugs free ASEAN 2015: , “Status and Recommendation”, United Nation Office on Drugs and Crime Regional Centre for East Asia and The Pacific Treatment Approaches for Drug Addiction, http://www.nida.nih.gov/ Infofacts/treatmeth.html, diakses tanggal 20 Maret 2015

Upaya asean dalam mencapai drug free ASEAN 2015Diakses melalui internet http://old.setkab.go.id/en/artikel-5850-.html pada tanggal 20 Maret 2015

http//:www.bnn.go.id , laporan pelaksanaan kegiatan pertemuan ASOD ke-24, Yangon Myanmar

“More and More Drugs Trafficking into China via China-Vietnam Border,” Zhongguo Jingji Zhoukan, July 6, 2010. http://fpc.org.uk/articles/514 diakses pada 23 Maret 2014

http://www.unodc.org/easternafrica/en/illicit-drugs/drug-trafficking-patterns.html diakses pada 23 Maret 2015