Pengaturan Penerbitan Obligasi Negara Ritel

BAB II PENGATURAN PENERBITAN OBLIGASI NEGARA RITEL ORI DALAM KETENTUAN SURAT UTANG NEGARA

A. Pengaturan Penerbitan Obligasi Negara Ritel

Pada tanggal 9 Agustus 2006, untuk pertama kalinya Pemerintah menerbitkan Obligasi Negara berbasis ritel, atau disebut sebagai Obligasi Negara Ritel ORI dengan seri ORI-001. ORI adalah Obligasi Negara yang dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual di pasar perdana. Penerbitan ORI-001 merupakan salah satu upaya untuk melaksanakan Strategi Pengelolaan Utang Negara tahun 2005 – 2009 yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 447KMK.062005 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun 2005-2009. Di dalam dokumen strategi dimaksud ditetapkan bahwa pengembangan pasar sekunder SUN dilakukan antara lain dengan melakukan diversifikasi instrumen SUN melalui SUN Ritel yang mana hal ini sejalan pula dengan upaya memperluas basis investor. Penerbitan ORI merupakan langkah nyata Pemerintah dalam melaksanakan strategi dimaksud. Selain itu, ORI diterbitkan juga dalam rangka memberikan alternatif investasi yang cukup menguntungkan dan aman bagi investor individu, serta memberikan unsur pendidikan bagi investor individu untuk berinvestasi pada instrumen pasar modal seperti ORI. Selama ini investor individu umumnya menyimpan dananya pada instrumen investasi berupa tabungan atau deposito yang notabene instrumen pasar uang. Terlebih dengan belum pulihnya kepercayaan masyarakat umum pada industri reksadana. ORI001 Elvira Fitriyani Pakpahan : Analisis Hukum Terhadap Penerbitan Obligasi Negara Ritel ORI, 2009 USU Repository © 2008 jatuh tempo pada tanggal 9 Agustus 2009 atau memiliki umur 3 tahun, tingkat kuponnya 12,05 yang dibayar bulanan, dan dapat diperjualbelikan. 47 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara Untuk menjamin keberadaan Obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Surat Utang Negara SUN, maka sejak tanggal 22 Oktober 2002 Pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara. Pengesahan Undang-Undang tersebut menjadi hal yang sangat penting dan paling dinanti oleh para investor, baik oleh investor asing maupun investor domestik. Dasar pertimbangan Pemerintah pada saat menyusun dan mengesahkan undang-undang tersebut adalah dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Dalam konteks kemandirian bangsa, potensi yang tersedia di dalam negeri harus dioptimalkan untuk melaksanakan kegiatan ekonomi dan membiayai kegiatan pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah perlu diberikan peluang untuk meningkatkan akses yang dapat menggali potensi sumber pembiayaan pembangunan dan memperkuat basis pemodal domestik. Pembiayaan tersebut akan terjamin keamanannya apabila mobilisasi dana masyarakat disertai dengan 47 Laporan Pertanggung Jawaban Pengelolaan Surat Utang Negara Tahun 2006, Disampaikan sebagai bagian pertanggung jawaban pelaksanaan APBN Tahun 2006, hlm. 13-14. Elvira Fitriyani Pakpahan : Analisis Hukum Terhadap Penerbitan Obligasi Negara Ritel ORI, 2009 USU Repository © 2008 bekerjanya sistem keuangan, meliputi sistem perbankan, pasar uang dan pasar modal, yang efisien. Terciptanya keragaman dalam mobilisasi dana dapat menghasilkan sistem keuangan yang kuat dan memberikan alternatif bagi para pemodal investor. Dalam kegiatan di pasar keuangan, peranan pasar SUN sangat strategis. Artinya, tingkat keuntungan yield dari SUN, sebagai instrumen keuangan yang bebas resiko, dipergunakan oleh para pelaku pasar sebagai acuan atau referensi dalam menentukan tingkat keuntungan suatu investasi atau aset keuangan lain. Dengan demikian, penerbitan SUN secara teratur dan terencana diperlukan untuk membentuk suatu tolak ukur yang dapat dipergunakan dalam menilai kewajaran suatu harga aset keuangan atau surat berharga. Adanya pasar keuangan yang efisien akan memberikan beberapa manfaat, antara lain: 48 a. Memberikan peluang dan partisipasi yang lebih besar kepada pemodal untuk melakukan diversifikasi portofolio investasinya. b. Membantu terciptanya suatu tata kelola yang baik good governance dikarenakan adanya tingkat transparansi informasi keuangan yang tinggi dalam pasar modal, dan c. Membantu terwujudnya suatu sistem keuangan yang stabil karena berkurangnya resiko sistemik sytemic risk akibat menurunnya ketergantungan pada modal yang berasal dari sistem perbankan. 48 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara, Bagian Umum. Elvira Fitriyani Pakpahan : Analisis Hukum Terhadap Penerbitan Obligasi Negara Ritel ORI, 2009 USU Repository © 2008 Dari sisi mobilisasi dana masyarakat melalui mekanisme APBN, penggunaan SUN secara potensial dapat mengurangi ketergantungan pada pembiayaan luar negeri yang sangat rentan terhadap fluktuasi nilai tukar. Di samping itu, pengelolaan SUN secara baik dan benar dapat mengurangi kerugian negara yang ditimbulkan oleh berbagai resiko keuangan dalam portofolio utang negara. Melalui mekanisme APBN, maka dengan sendirinya akan terselenggara sistem pengawasan langsung oleh publik. 49 Pelaku pasar keuangan sangat berkepentingan terhadap informasi tentang arah kebijakan pembangunan ekonomi nasional yang tercermin dalam APBN, mengingat implikasi kebijakan tersebut terhadap minat dan kesempatan investasi di pasar keuangan domestik. Persepsi pasar akan sangat tergantung pada konsistensi tindakan Pemerintah dalam menjalankan kebijakan tersebut. Di samping itu, para pemodal membutuhkan adanya kepastian hukum dan jaminan adanya pengelolaan pasar keuangan yang profesional dan berstandar internasional. Bertitik tolak dari pemikiran di atas maka diperlukan pasar SUN yang aktif dan likuid, baik di pasar perdana maupun di pasar sekunder. Dalam rangka mewujudkan pasar tersebut diperlukan langkah-langkah strategis untuk membangun infrastruktur, antara lain sistem penerbitan di pasar perdana, sistem perdagangan di pasar sekunder, sistem registrasi, kliring dan setelmen yang efisien, serta kerangka regulasi yang transparan dan adil. Prasyarat terpenting bagi terciptanya SUN adalah adanya kepercayaan pasar terhadap SUN yang diterbitkan oleh Pemerintah. Untuk itu, melalui Undang-Undang Nomor 49 Ibid., Elvira Fitriyani Pakpahan : Analisis Hukum Terhadap Penerbitan Obligasi Negara Ritel ORI, 2009 USU Repository © 2008 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara, Pemerintah mengatur hal-hal sebagai berikut: 50 a. Transparansi pengelolaan SUN dalam kerangka kebijakan fiskal dan kebijakan pengembangan pasar SUN dengan mengatur lebih lanjut tentang tujuan penerbitan SUN. b. Kewenangan pemerintah untuk menerbitkan SUN yang didelegasikan kepada Menteri Keuangan, misalnya dalam menentukan persyaratan dan ketentuan term and conditions SUN. c. Kewenangan pemerintah untuk membayar semua kewajiban yang timbul dari penerbitan SUN tersebut secara penuh dan tepat waktu sampai berakhirnya kewajiban tersebut. d. Landasan hukum bagi pengaturan lebih lanjut atas tata cara dan mekanisme penerbitan SUN di pasar perdana maupun perdagangan SUN di pasar sekunder agar pemodal memperoleh kepastian untuk memiliki dan memperdagangkan SUN secara mudah dan aman. 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36PMK.062006 tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana Selain Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara SUN yang dijadikan sebagai payung hukum oleh para investor, khusus mengenai Obligasi Negara Ritel, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengeluarkan 50 Ibid., Elvira Fitriyani Pakpahan : Analisis Hukum Terhadap Penerbitan Obligasi Negara Ritel ORI, 2009 USU Repository © 2008 keputusan Menteri Keuangan Nomor 36PMK.062006 tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana, yang ditetapkan pada tanggal 16 Mei 2006. Dalam rangka pengelolaan Surat Utang Negara SUN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 Tentang SUN, Menteri Keuangan dapat melakukan penjualan SUN melalui lelang danatau tanpa lelang. Penjualan SUN tanpa lelang dapat dilaksanakan dengan melakukan penjualan Obligasi Negara Ritel kepada masyarakat melalui agen penjual. Penerbitan Obligasi Negara Ritel akan memperluas basis SUN di masyarakat. Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka dirasakan cukup penting bagi Menteri Keuangan untuk mengeluarkan Peraturan tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana sebagaimana tertuang melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36PMK.062006 tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana. Pihak ketiga yang sangat membantu pemasaran Obligasi Negara Ritel sebagaimana telah disebutkan di atas adalah agen penjual. Oleh karena itu dalam Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36PMK.062006 tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana telah diatur secara khusus mengenai penunjukan agen penjual yang dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: a. Penyampaian surat permintaan proposal request for proposal kepada Bank danatau Perusahaan Efek yang memiliki reputasi dan telah menunjukkan minatnya untuk menjadi Agen Penjual Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana. b. Penerimaan dan penelitian dokumen proposal dari calon Agen Penjual. c. Pemilihan calon Agen Penjual untuk ikut tahap presentasi. Elvira Fitriyani Pakpahan : Analisis Hukum Terhadap Penerbitan Obligasi Negara Ritel ORI, 2009 USU Repository © 2008 d. Presentasi dari calon Agen Penjual. e. Pemeringkatan Agen Penjual f. Penunjukan Agen Penjual Sedangkan dalam Pasal 6 ayat 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36PMK.062006 tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana, disebutkan bahwa untuk dapat ditunjuk menjadi Agen Penjual, Calon Agen Penjual harus: a. Menyampaikan proposal dan dokumen pendukungnya b. Memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditetapkan, dan c. Lulus seleksi yang dilaksanakan oleh Panitia Seleksi Kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b di atas, sekurang- kurangnya meliputi: a. Memiliki kantor cabang minimal pada 5 lima kota di Indonesia. b. Memiliki rencana kerja, strategis, dan metodologi penjualan obligasi ritel c. Memiliki anggota tim yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman melakukan penjualan produk keuangan secara ritel. d. Memiliki dukungan teknologi sistem informasi yang terintegrasi ke kantor cabang. Selain pengaturan mengenai Agen Penjual, dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36PMK.062006 tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana juga diatur mengenai dokumen, ketentuan penjualan Obligasi Negara Ritel, Perjanjian Kerja antara Pemerintah dan Agen Penjual, penetapan hasil penjualan dan Elvira Fitriyani Pakpahan : Analisis Hukum Terhadap Penerbitan Obligasi Negara Ritel ORI, 2009 USU Repository © 2008 penjatahan, setelmen serta biaya penjualan yang timbul dalam rangka pelaksanaan penjualan Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana. Pengaturan penerbitan Obligasi Negara Ritel sebagaimana tercantum pada Pasal 1 ayat 1 UU No. 24 Tahun 2002 tentang SUN, pemerintah menjamin pembayaran bunga dan pokok surat utang negara pada saat jatuh temponya. Adanya jaminan dari pihak pemerintah dimaksudkan untuk menciptakan daya tarik bagi investor agar berinvestasi pada surat utang negara. Dengan adanya UU SUN tersebut, maka pemegang obligasi tidak perlu khawatir terjadi risiko gagal bayar default risk. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 1 UU No. 24 Tahun 2002 tentang SUN dan Pasal 8 ayat 2, pemerintah wajib membayar bunga dan pokok setiap Surat Utang Negara pada saat jatuh tempo. Selain itu, teori Perjanjian Overeenkomst Theorie oleh Thol sangat tepat untuk menjelaskan dasar hukum yang mengikat antara pemerintah dengan investor pemegang obligasi. Teori ini menyatakan bahwa yang menjadi dasar hukum mengikatnya surat berharga antara penerbit dan pemegang ialah suatu perjanjian yang merupakan perbuatan hukum dua pihak, yaitu penerbit yang menandatangani dan pemegang pertama yang menerima surat berharga itu. Mengenai hal bahwa jika pemegang pertama mengalihkan surat itu kepada pemegang berikutnya maka penerbit tetap terikat di dalam perjanjian. 51 51 Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: Prenhallindo, 2002, hlm.47. Elvira Fitriyani Pakpahan : Analisis Hukum Terhadap Penerbitan Obligasi Negara Ritel ORI, 2009 USU Repository © 2008 Untuk kepentingan umum, surat utang negara harus selalu mencantumkan informasi yang material dan penting bagi calon investor, yakni: 52 a. Kupon: pendapatan tingkat suku bunga yang dibayarkan secara berkala oleh pemerintah kepada para pemegang obligasi. b. PrinsipalNilai Nominal: sejumlah nilai pokok yang akan dibayar pemerintah kepada investor pada saat jatuh tempo. c. Jatuh Tempo: periode akhir dari masa obligasi tersebut, di mana akan dilakukan pelunasan pokoknominal obligasi. d. Tanggal Pembayaran Bunga: jadwal pembayaran kupon kepada pemegang obligasi yang waktu pembayarnnya telah disepakati sebelumnya. e. Perhitungan Pembayaran Bunga: metode perhitungan pembayaran bunga yang cukup terperinci dan dipahami secara jelas oleh investor. f. Hak Membeli Kembali buy back: pihak pemerintah mempunyai hak untuk membeli kembali obligasi tersebut walaupun belum masuk periode jatuh tempo. Tentunya diperhitungkan pula berbagai biaya yang timbul. g. Pengalihan Kepemilikan: prosedur pengalihan kepemilikan surat utang negara diatur tata caranya secara resmi dan jelas apabila berpindah nama pemiliknya. Dalam UU SUN Pasal 20 sudah diatur mengenai peralihan, selain itu dalam Pasal 11 huruf h juga menyebutkan ketentuan tentang pengalihan kepemilikan. Dengan demikian obligasi negara ritel dapat dialihkan kepada orang lain. 52 Sapto Rahardjo, Panduan Investasi Obligasi, Cetakan kedua, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm.119. Elvira Fitriyani Pakpahan : Analisis Hukum Terhadap Penerbitan Obligasi Negara Ritel ORI, 2009 USU Repository © 2008

B. Karakteristik Obligasi