Latar Belakang Prof. dr. A.A. Depari,DTMH, Sp.ParK 4. Prof. dr. Iskandar Z. Lubis, SpAK

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah Soil - Transmitted Helminths masih merupakan problem kesehatan masyarakat terutama di daerah tropik dan subtropik, termasuk di Indonesia. Parasit ini banyak terdapat di daerah pedesaan dan daerah kumuh perkotaan. Dari laporan WHO diketahui bahwa lebih dari 1 milyar orang menderita infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah, lebih dari 250 juta oleh Ascaris lumbricoides, 46 juta oleh Trichuris trichiura dan 151 juta oleh cacing tambang Montresor et al, 1998. Cacing yang ditularkan melalui tanah yang prevalensinya cukup tinggi di Indonesia adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang sedangkan Strongyloides stercoralis prevalensinya sangat rendah. Hasil survey Subdit Diarhe pada tahun 2002 dan 2003 pada 40 Sekolah Dasar SD di 10 provinsi menunjukkan prevalensi kecacingan berkisar antara 2,2 - 90,3 Depkes R.I, 2004. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, baik pada balita, anak-anak ataupun orang dewasa. Infeksi paling banyak terjadi pada anak usia SD disebabkan anak pada usia tersebut yang paling banyak kontak dengan tanah. Helma Samad : Hubungan Infeksi Dengan Pencemaran Tanah Oleh Telur Cacing Yang Ditularkan Melalui Tanah Dan Perilaku Anak Sekolah Dasar Di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung, 2009 USU Repository © 2008 Infeksi cacing ini dapat mengakibatkan terjadinya anemi, gangguan gizi, gangguan pertumbuhan dan gangguan kecerdasan. Dalam jangka panjang apabila terjadi infeksi terus menerus akan menurunkan kualitas sumberdaya manusia Montressor et al, 1998; Haju, 1998. Menurut Subakti 1980 adanya infeksi cacing usus dapat menyebabkan gangguan absorpsi zat gizi. Infeksi Asacaris lumbricoides pada tingkat ringan akan menyebabkan gangguan penyerapan nutrien kira-kira 3 dari kalori yang dicerna, sedangkan pada infeksi berat mengakibatkan 25 dari kalori yang dicerna tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh Maharani, 2005. Anak yang terinfeksi terutama dengan derajat infeksi yang tinggi seringkali diiringi dengan infeksi bakteri serta penyakit yang lain Albright et al, 2005. Pencemaran lingkungan, keadaan sanitasi, ada atau tidak ada jamban dan perilaku manusia sangat berperan pada penularan infeksi cacing. Pencemaran tanah dengan tinja merupakan media penularan yang baik bagi penularan Soil Transmitted Helminths STH. Telur yang dibuahi akan berkembang dengan cepat pada keadaan lingkungan yang menguntungkannya dan menjadi telur yang infektif dalam waktu beberapa minggu. Infeksi pada manusia terjadi melalui tangan yang tercemar telur cacing yang infektif, lalu masuk kemulut bersama makanan atau larva menembus kulit pada infeksi cacing tambang Ulukanligil et al, 2001. Tinggi rendahnya frekwensi penularan penyakit ini berhubungan erat dengan tercemarnya tanah dengan tinja yang mengandung telur cacing, yang dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui adanya pencemaran di suatu tempat Mardiana et al, 2000. Helma Samad : Hubungan Infeksi Dengan Pencemaran Tanah Oleh Telur Cacing Yang Ditularkan Melalui Tanah Dan Perilaku Anak Sekolah Dasar Di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung, 2009 USU Repository © 2008 Penelitian tentang epidemiologi sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan penelitian berdasarkan pemeriksaan tinja. Masih sedikit penelitian telur cacing yang mencemari tanah Nurdiana, 2004. Beberapa penelitian yang pernah dilaporkan adalah penelitian oleh Hadijaya 1992 di Kelurahan Pisangan Baru Jakarta Timur menemukan 18,0 telur Ascaris lumbricoides di halaman rumah penduduk. Sedangkan Mardiana 2000 menemukan telur Ascaris lumbricoides 5,6 yang terpapar di tanah halaman sekitar rumah penduduk di 4 Desa Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dari hasil penelitian Hawin 2005 ditemukan 46,15 telur STH di tanah sekitar rumah di 3 RT di Desa Patemon, Kecamatan Gunung Pati, Kodya Semarang. Di Sumatera Utara, Arrasyd 1999 menemukan pencemaran tanah oleh telur Ascaris lumbricoides di P. Samosir 30,24. Penelitian Pasaribu 2003 di Desa Suka Kabupaten Tanah Karo menemukan 45,8 telur Ascaris lumbricoides yang terpapar di tanah sebelum diberi pengobatan dan setelah 1 tahun pengobatan turun menjadi 10,4. Di Kota Medan penulis belum mendapatkan data tentang pencemaran tanah melalui STH. Faktor kebersihan pribadi merupakan salah satu hal penting, karena manusia sebagai sumber infeksi dapat mengurangi kontaminasipencemaran tanah oleh telur ataupun larva cacing atau sebaliknya akan menambah polusi lingkungan sekitarnya. Perilaku yang dapat membantu pencegahan cacingan adalah kebiasaan memelihara kebersihan kuku tangan dan kaki serta kebersihan sesudah buang air besar Maharani, 2005. Helma Samad : Hubungan Infeksi Dengan Pencemaran Tanah Oleh Telur Cacing Yang Ditularkan Melalui Tanah Dan Perilaku Anak Sekolah Dasar Di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung, 2009 USU Repository © 2008

1.2. Perumusan Masalah