21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium PMC Pharmacy Medicinal Chemistry, PNA Pharmacy Natural Analysis dan PSO Pharmacy Solid
Preparation Technology, FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pusat Laboratorium Terpadu PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, LAPTIAB BPPT
Serpong dan Building Science Centre BSC ITB. Penelitian ini dimulai dari bulan Juni 2012 sampai dengan Desember 2012.
3.2 Alat
Peralatan gelas, mortar dan alu, ayakan no. 100, desikator, neraca analitik, filter membran 0,20 µm Sartorius, Jerman, tanur Thermolyne, Jerman,
moisture analyzer Wigan, Jerman, shaking waterbath Advance, Jerman, Oven France etuves C3000, Perancis, Spektrofotometer UVVis Lambda 25 Perkin
Elmer, Jerman, Karl fischer moisture titrator MKS 520 KEM, Scanning electron microscopy JEOL, Jepang.
3.3 Bahan
Fraksi etil asetat daun sukun kering LIPI-Serpong, ß-siklodekstrin grade analysis Wako, Jepang, PVP K30 grade analysis Wako, Jepang, Rutin LIPI -
Cibinong, metanol HPLC grade JT Beker, Jerman, aquabidest.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pembakuan Ekstrak FEAS
3.4.1.1 Parameter Non-Spesifik
a. Kadar Abu Total Depkes RI, 2000 Sebanyak 2 gram serbuk FEAS ditimbang dan dimasukkan ke dalam krus
telah dipijarkan dan ditara. Kemudian dimasukkan ke dalam tanur dan dipijarkan hingga bobot tetap. Sampel diangkat, didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dihilangkan, tambahkan air panas lalu saring dengan kertas saring bebas abu. Residu dan kertas saring dalam krus yang sama dipijarkan. Filtrat
dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dan dipijarkan hingga bobot tetap, lalu ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
di udara. b. Kadar Air
Kadar air dilakukan dengan menggunakan alat karl fischer titration. Sampel ditimbang sebanyak 1 gram W1. Mengalibrasi alat dengan
menetralisir pelarut metanol kering menggunakan pelarut hydranal, kemudian sampel dimasukkan apabila alat sudah netral. Sampel
dimasukkan sedikit ke dalam pelarut metanol kering. Sampel yang tersisa ditimbang kembali sehingga diperoleh bobot akhir W2. Data W1 dan W2
yang diperoleh dimasukkan ke alat karl fischer titration kemudian dicatat hasil persentasi kadar air dari sampel.
c. Susut Pengeringan Cakram yang ada dalam alat moisture balance ditara, kemudian masukkan
sebanyak 5 gram serbuk fraksi etil asetat daun sukun pada cakram yang telah ditara pada suhu 105°C. Lakukan pengukuran susut pengeringan,
catat hasil pengukuran.
3.4.1.2 Parameter Spesifik Depkes RI, 2000
a. Organoleptis Mengamati bentuk, warna, bau dan rasa dari fraksi etil asetat daun sukun.
b. Penentuan Kadar Total Flavonoid Penentuan Panjang Gelombang Rutin
Sebanyak 10 mg rutin kemudian dilarutkan dengan metanol hingga 10 mL untuk memperoleh larutan induk dengan konsentrasi 1000 ppm.
Diukur serapannya dari panjang gelombang 200 nm sampai dengan 400 nm kemudian ditentukan panjang gelombang maksimumnya.
Pembuatan Kurva Kalibrasi Dibuat larutan rutin standar dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50
ppm dengan pengenceran dari larutan induk. Kurva kalibrasi dibuat dengan cara memplot konsentrasi menggunakan spektrofotometer
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
UVVis dengan panjang gelombang maksimum. Kemudian dibuat kurva kalibrasi y = a + bx dengan absorbansi sebagai sumbu y dan
konsentrasi sebagai sumbu x serta dicari persamaan regresinya Rohyami, 2000.
Penentuan Kadar Total Flavonoid Serbuk FEAS ditimbang sebanyak 10 mg dan dilarutkan dalam 10 mL
metanol sebagai larutan induk 1000 ppm kemudian dipipet sebanyak 0,1 mL dan ditambahkan dengan metanol hingga 10 mL lalu diplot
terhadap kurva kalibrasi, pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali.
3.4.2 Pembuatan Campuran FEAS dengan