Kedudukan anak perusahaan sebagai badan hukum. Grup perusahaan sebagai kesatuan ekonomi.

dan ikut campurnya pihak induk perusahaan ke dalam manajemen anak perusahaan itu sendiri 54

1. Kedudukan anak perusahaan sebagai badan hukum.

. Seperti juga induk perusahaan yang merupakan suatu badan hukum legal entity yang mandiri dan terpisah dari badan hukum lainnya, maka anak perusahaan juga pada umumnya berbentuk Perseroan Terbatas, yang tentu juga mempunyai kedudukan yang mandiri. Sebagai badan hukum, maka anak perusahaan merupakan penyandang hak dan kewajiban sendiri. Dan juga mempunyai kekayaan sendiri, yang terpisah secara yuridis dengan harta kekayaan pemegang sahamnya. Tidak kecuali apakah pemegang sahamnya itu merupakan induk perusahaan ataupun tidak. Berdasarkan prinsip kemandirian badan hukum tersebut, maka pada prinsipnya secara hukum yang konvensional, maka induk perusahaan dalam kedudukannya sebagai induk perusahaan tidak punya kewenangan hukum untuk mencampuri manajemen dan policy anak perusahaan. Menurut teori ilmu hukum yang konvensional, maka keterlibatan induk perusahaan hanya dimungkinkan dalam hal-hal sebagai berikut : 1. Melalui direktur dan komisaris yang diangkat oleh induk perusahaan sebagai pemegang saham, sejauh tidak bertentangan dengan anggaran dasar perusahaan. 2. melalui hubungan yang kontraktual. Juga sejauh tidak bertentangan dengan anggaran dasar perusahaan.

2. Grup perusahaan sebagai kesatuan ekonomi.

54 Ibid. Universitas Sumatera Utara Merupakan fakta yang tidak terbantahkan bahwa melalui approach dari segi ekonomi, maka grup perusahaan secara keseluruhan, di mana di dalamnya terdapat induk perusahaan dan anak perusahaan, dianggap merupakan suatu kesatuan. Hal yang demikian berlaku, baik terhadap grup investasi maupun terhadap grup manajemen. Karena merupakan suatu kesatuan ekonomi, maka grup perusahaan mestinya dikomandokan pula oleh infuk perusahaan. Hanya saja erat longgarnya sentralisasi manajemen oleh induk perusahaan pada kenyataannya bervariasi, mengikuti bentuk grup yang bagaimana yang dipilih oleh induk perusahaan. Dalam grup perusahaan manajemen, sentralisasi pengaturannya cukup ketat, sementara dalam grup investasi, pengaturan oleh induk perusahaan cukup longgar. Demikian pula wewenang dan peran yang dimainkan oleh induk perusahaan dalam grup perusahaan yang tersentralisasi jauh lebih ketat dibandingkan dengan yang terdapat dalam grup perusahaan yang menganut prinsip desentralisasi 55 Jika melalui pendekatan ekonomi suatu kelompok perusahaan dianggap merupakan suatu kesatuan, maka lain halnya apabila dilakukan pendekatan dari segi hukum. Ilmu hukum yang konvensial mengajarkan bahwa sebagai badan hukum, maka masing-masing anak perusahaan maupun induk perusahaannya berkedudukan terpisah atau sama lain. Kalaupun dicari benang merah yang menghubungkan satu anak perusahaan dengan anak perusahaan lainnya, ataupun dengan induk perusahaan, paling- paling hanya lewat kedudukan dan peran yang dimainkan oleh para pemegang sahamnya. Yakni lewat mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham, yang secara yuridis memang mempunyai kedudukan tertinggi dan menentukan dalam suatu perusahaan. Atau dapat juga benang merah tersebut diciptakan lewat ikatan-ikatan . 55 Ibid. Universitas Sumatera Utara kontraktual yang bersifat temporer, sejauh tidak bertentangan dengan anggaran dasar perusahaan 56 Dengan demikian jelaslah bahwa pendekatan ekonomi terhadap hubungan antara perusahaan-perusahaan dalam suatu grup perusahaan konglomerat ternyata berbeda dengan pendekatan dari segi hukum. Di satu pihak, pendekatan ekonomi lebih dilatarbelakangi dan didasari oleh kebutuhan dalam praktek bisnis, jadi lebih praktis dan pragmatis, sementara pendekatan yuridis lebih bersifat konvensional, sehingga lebih teoritis. Tentu saja perbedaan pandangan dari sector ekonomi dan sector hukum ini tidak reasonable untuk dipertahankan terus. Titik temu di antara kedua belah pihak tentu harus dicari, karena hal tersebut merupakan kebutuhan manusia dalam berbisnis . 57 Tampaknya, sector hukumlah yang banyak harus mengalah ke sector ekonomi, mengingat merupakan salah satu tugas dari hukum, yang secara prinsip, regulatoris maupun aplikatif, menciptakan keadaan yang kondusif bagi lancarnya perkembangan hidup manusia, termasuk perkembangannya di sector bisnis. Karena itu, tentang kewenangan induk perusahaan dalam suatu kelompok perusahaan, dalam banyak hal sector hukumlah yang harus menyesuaikan diri dengan kenyataan dan perkembangan ekonomi . 58 Sungguhpun ini tidak berarti bahwa sector hukum harus mengikuti para ekonom. Sebab, sector hukum harus juga tetap berfungsi sebagai palang pintu penjaga-penjaga nilai-nilai keadilan, kesebandingan, perlindungan pihak lemah, dan sebagainya. Dengan demikian pun harus bersedia berkorban demi menjaga kelestarian nilai-nilai dipelihara oleh hukum tersebut. . 56 Ibid. 57 Ibid. 58 Ibid. Universitas Sumatera Utara Secara lebih factual dapat dikatakan bahwa sungguhpun dalam banyak hal hukum harus mentolerir ikut campurnya induk perusahaan kedalam manajemen anak perusahaan, tetapi sampai batas-batas tertentu, prinsip kemandirian anak perusahaan pun harus tetap dipertahankan. Batas-batas tersebut adalah sejauh nilai-nilai yang harus dipelihara oleh hukum tersebut tidak dilanggar. Misalnya, jika dengan campur tangan induk perusahaan tersebut, aka nada pihak-pihak yang dirugikan, katakanlah pihak kreditur dari anak perusahaan, maka prinsip kemandirian anak perusahaan sebagai badan hukum semestinya dipertahankan. Artinya, campur tangan induk perusahaan tidak dapat dibenarkan oleh hukum 59 3.Campur tangan induk perusahaan kedalam bisnis anak perusahaan. . Karena adanya fenomena dalam dunia bisnis bahwa grup usaha konglomerat cenderung dianggap sebagai suatu kesatuan ekonomi, maka implikasinya kedalam sector hukum antara lain berupa diterobosnya batas-batas kemandirian badan hukum dari anak perusahaan maupun induk perusahaan. Sebagai konsekuensi logis, berkembanglah teori-teori tentang : 1. Ikutnya ditarik induk perusahaan, maupun anak perusahaan lain dalam satu grup dalam hal-hal tertentu untuk mempertanggungjawabkan perbuatan hukum yang dilakukan oleh salah satu atau lebih anak perusahaan. 2. berwenangnya pihak induk perusahaan dalam batas-batas tertentu untuk mencampuri urusan bisnis anak perusahaan. 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara Sector hukum memainkan peranan penting untuk menjaga equilibrium antara kepentingan induk perusahaan untuk ikut campur ke dalam bisnis anak perusahaan dengan kepentingan anak perusahaan danatau pihak ketiga untuk membebankan tanggung jawab hukum tertentu kepada induk perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa sampai batas-batas tertentu induk perusahaan dapat mencampuri bisnis dan manajemen anak perusahaan. Dan sector hukum seharusnya memberikan legalisasi terhadap campur tangan perusahaan tersebut. Teori-teori hukum yang konvensional yang mengajarkan bahwa anak perusahaan sebagai badan hukum mempunyai hak dan kewajiban terpisah dari induk perusahaan, sudah tidak dapat dipertahankan lagi secara utuh. Dalam hal ini, modifikasi-modifikasi hukum perlu dikembangkan, sehingga hukum akan kondusif dengan kepentingan dan perkembangan bisnis. Karena itu, disamping ikut campur induk perusahaan ke dalam bisnis anak perusahaan lewat sarana-sarana yuridis yang konvensional, yaitu secara organic penunjukan organ perusahaan, atau secara kontraktual, maka dalam batas- batas tertentu hukum harus pula mentolerir ikut campur induk perusahaan tersebut secara non konvensional. Misalnya dalam hal sentralisasi terhadap penentuan policy perusahaan, manajemen dan keuangan. Karena ikut campur induk perusahaan tersebut akan terkait dengan kepentingan berbagai pihak, maka berbagai benturan kepentingan sangat mungkin terjadi. Adapun diantara para pihak yang kemungkinan akan mengalami benturan kepentingan tersebut dapat disebutkan sebagai berikut : 1. Pihak induk perusahaan pemilik perusahaan 2. Pihak pengurus induk perusahaan. Universitas Sumatera Utara 3. Pihak komisaris induk perusahaan. 4. Pihak pemegang saham minoritas dalam induk perusahaan. 5. Pihak anak perusahaan. 6. Pihak pengurus dari anak perusahaan. 7. Pihak komisaris dari anak perusahaan. 8. Pihak pemegang saham minoritas dalam anak perusahaan. 9. Pihak pekerjakaryawan pada induk perusahaan. 10. Pihak kreditur dari induk perusahaan. 11. Pihak kreditur dari anak perusahaan, dan 12. Pihak pekerjakaryawan pada anak perusahaan 60 Dengan demikian, merupakan salah satu tapal batas bagi induk perusahaan dalam mencampuri urusan bisnis anak perusahaan adalah jika dengan perbuatannya itu tidak merugikan pihak-pihak tersebut di atas. .

C. Perluasan tanggung jawab induk perusahaan berdasarkan peraturan Perundang-Undangan.