BAB IV STATUS HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB ANAK PERUSAHAAN DALAM
SUATU KELOMPOK PERUSAHAAN
A. Tanggung jawab hukum antara induk perusahaan dengan anak perusahaan.
Jika ada klaim dari pihak luar karena aktifitas bisnis dari anak perusahaan, siapakah yang bertanggung jawab secara hukum. Apakah anak perusahaan, atau induk
perusahaan, ataupun keduanya. Dalam ilmu hukum dikenal doktrin keterbatasan tanggung jawab dari suatu badan
hukum. Maksudnya, secara prinsipil, setiap perbuatan yang dilakukan oleh badan hukum, maka hanya badan hukum itu sendiri yang bertanggung jawab. Para pemegang
saham tidak ikut bertanggung jawab, kecuali sebatas nilai saham yang dimasukkannya. Pasal 40 ayat 2 KUHD menyebutkan bahwa pemegang saham tidak bertanggung
jawab lebih daripada jumlah penuh dari saham-saham itu. Prinsip yang sama juga diberlakukan oleh Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan
dengan tegas bahwa Perseroan Terbatas adalah merupakan suatu badan hukumPasal 1 ayat 1, dan tanggung jawabnya hanya sebatas atas saham-saham yang telah diambil
oleh pemegang saham Pasal 3 ayat 1
51
51
Munir Fuady.S.H.M.H.LL.M, hukum perusahaan dalam paradigma hukum bisnis.Bandung:PT.Citra Aditya Bakti,1999hal.125
. Hanya saja,Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas menegaskan tentang adanya beberapa kekecualian atas prinsip
keterbatasan tanggung jawab badan hukum yang bersangkutan, termasuk untuk menarik pihak induk perusahaan sebagai pemegang saham untuk ikut
mempertanggungjawabkan terhadap perbuatan anak perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Sungguhpun secara prinsip, tanggung jawab hukum induk perusahaan sebagai pemegang saham hanya terbatas pada nilai saham setornya, namun dalam hal-hal
tertentu hukum memperkenalkan atau setidak-tidaknya memperkenankan tanggung jawab hukum pemegang saham melebihi dari tanggung jawab sebatas saham setornya,
yang dalam hal ini dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu ; 1. Yang berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan, dan
2. Yang berdasarkan ikatan kontraktual.
Sebuah perusahaan dalam menjalankan perusahaannya sudah pasti berhubungan dengan pihak lain, yaitu pihak ketiga. Perusahaan melakukan transaksi seperti
melakukan jual beli, sewa-menyewa, kontrak kerja dan sebagainya. Biasanya kalau transaksinya dapat berjalan dengan lancar atau tidak ada masalah, kondisinya aman-
aman saja. Namun apabila terjadi hal yang sebaliknya, terjadi masalah misalnya perusahaan melakukan wanprestasi, maka yang dicari adalah yang menyangkut
persoalan tanggung jawab. Yang dipersoalkan yang paling utama tidak lain tentang siapakah yang bertanggung jawab
52
Status tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut : .
Berhubung yang bertransaksi adalah suatu perusahaan, maka mengenai masalah tanggung jawabnya dipengaruhi oleh statusnya, apakah berstatus badan hukum atau
tidak. Adanya perbedaan status tersebut, berpengaruh kepada siapa yang harus bertanggung jawab pada suatu perusahaan. Yang pasti dengan perbedaan itu pihak yang
bertanggung jawab tidak sama.
52
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
1. Tanggung jawab perusahaan yang berbadan hukum. 2. Tanggung jawab perusahaan yang bukan badan hukum.
53
i. Tanggung jawab perusahaan yang berbadan hukum.
Sebagaimana telah dibahas tentang badan hukum, bahwa badan hukum termasuk subjek hukum. Badan hukum dalam kenyataannya dipandang sebagai manusia, yang
dapat melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Sebuah badan hukum memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pengurus. Dalam Perseroan Terbatas
modal yang terbagi atas saham, merupakan modal perusahaan. Demikian pula badan hukum dapat melakukan perbuatan hukum, yang diwakili oleh pengurusnya. Oleh
karena kedudukannya sebagai subjek hukum, maka segala perbuatan badan hukum menjadi tanggung jawab badan hukum itu sendiri. Bukan tanggung jawab pengurusnya
maupun tanggung jawab pribadi pengurusnya. Pemegang saham hanya menanggung sebesar nilai saham yang dimasukkan.
ii. Tanggung jawab perusahaan yang bukan badan hukum.
Bagi perusahaan-perusahaan yang berstatus bukan badan hukum, dengan mengingat bahwa perusahaan bukan merupakan subjek hukum, dan kekayaan
perusahaan tidak terpisah dengan kekayaan pengurusnya. Oleh karena itu pada prinsipnya yang bertanggung jawab terhadap pihak ketiga berada pada pengurus
perusahaan, baik direksi maupun induk perusahaan.
53
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pada perusahaan perorangan, pemiliknya hanya seorang dan sekaligus merangkap sebagai pengurus perusahaan, maka yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga
adalah pengurusnya. Untuk persekutuan Perdata, apabila di dalam mengelola perusahaan diangkat
pengurus, tanggung jawab terhadap pihak ketiga dibebankan kepada pengurus. Sebaliknya jika tidak diangkat pengurus, maka pertanggungan jawab kepada pihak
ketiga berlaku Pasal 1643 KUHPerdata yang berbunyi “ para sekutu dapat dituntut oleh si berpiutang dengan siapa mereka bertindak, masing-masing untuk jumlah dan bagian
yang sama, meskipun bagian sekutu yang satu dalam persekutuan adalah kurang daripada bagian dari sekutu lainnya, terkecuali apabila sewaktu utang tersebut
dibuatnya dengan tegas ditetapkan kewajiban sekutu untuk membayar hutangnya menurut bagian besarnya masing-masing dalam persekutuan”.
B. Kemandirian anak perusahaan secara yuridis.