RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -
11
Melalui penguatan sumber-sumber pendapatan daerah dan pemberian diskresi belanja daerah maka diharapkan terdapat efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.Hal ini dikarenakan dekatnya tingkatan pemerintahan yang memberikan layanan dengan masyarakat yang dilayaninya sehingga pemerintah daerah lebih
memahami kebutuhan dan prioritas daerah.
Dalam jangka waktu selanjutnya peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan akan mendorong akses layanan publik dan akan mendorong perekonomian daerah serta
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan kewenangan yang dimiliki dan keleluasaan dalam penggunaaan dana transfer yang diterimanya, Pemerintah Daerah dapat berbuat banyak untuk
penguatan sektor riil di wilayahnya masing-masing. Disamping itu, koordinasi dan kerja sama antar daerah juga perlu dilakukan agar terjadi sinergi dalam pelaksanaan program yang
direncanakan oleh Daerah. Selanjutnya masyarakat sebagai subyek dan obyek dari semua program yang dilaksanakan pemerintah, perlu diminta masukan dan sarannya, agar terjadi
kesesuaian apa yang dilakukan oleh pemerintah dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Peranan Pemerintah Daerah yang lebih besar dalam fungsi alokasi menunjukkan tanggung jawab daerah yang juga lebih besar dalam merencanakan dan melaksanakan
kebijakan di Daerah, sehingga tujuan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dapat tercapai.Dalam kaitan inilah, maka upaya untuk membangun kebijakan yang lebih
mempertimbangkan kepentingan publik dirasakan semakin penting. Untuk itu, penciptaan lingkungan yang kondusif perlu dibangun, antara lain melalui kepastian peraturan, transparansi
pelaksanaan aturan, kecepatan pemberian layanan, kemudahan dan kesederhanaan proses memperoleh layanan publik tersebut, serta sinergi antara Pusat dan Daerah, serta antar
daerah.
Sebagai subsistem yang tak terpisahkan dari pengelolaan keuangan negara, pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.Sumber-sumber keuangan daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, penggalian sumber-sumber potensi
baru untuk menambah penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD, serta perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sumber pembiayaan pemerintahan daerah
dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah diperoleh berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
Berdasarkan pedoman pengelolaan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah tersebut diatas, maka sumber pendapatan daerah dari pusat adalah
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Kebijakan alokasi dana perimbangan selain diarahkan dengan maksud untuk membantu daerah dalam membiayai berbagai urusan dan kewenangan pemerintahan yang telah dilimpahkan,
diserahkan danatau ditugaskan kepada daerah, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pemerintah pusat dan daerah, serta mengurangi kesenjangan
pendanaan pemerintahan antar daerah. Dalam rangka memperbaiki vertical fiscal imbalance dan horizontal fiscal imbalance pemerintah melakukan reformulasi Dana Perimbangan berupa
dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum DAU serta Dana Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan, serta dana Dana penyesuian.
Meskipun alokasi DAU secara nasional setiap tahun meningkat, peningkatan DAU per daerah tidak signifikan karena jumlah daerah terus bertambah, Proporsi Alokasi Dasar dalam
formula DAU diperkecil setiap tahun agar formula DAU berdasarkan celah fiskal lebih berperan dalam rangka pemerataan keuangan antar daerah, jika Proporsi celah fiskal dalam formula
DAU diperbesar peranannya dapat mengoptimalkan peran formula murni atau celah fiskal sehingga memberikan manfaat lebih besar kepada daerah-daerah yang kemampuan fiskalnya
rendah. DAU yang diluncurkan dari pemerintah ke daerah bertujuan untuk menghindari kesenjangan fiskal fiscal gap antar daerah yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang
menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang formula dan perhitungannya ditetapkan sesuai undang-undang.
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -
12
Berdasarkan formula dan perhitungan tersebut, diharapkan dari tahun ke tahun alokasi DAU- nya dapat menurun, sehingga daerah dikategorikan mandiri dalam kemampuan fiskalnya.
Alokasi DAU untuk Pemerintah Kota Payakumbuh senantiasa mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 Kota Payakumbuh mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp
325.023.247.000,00 dan meningkat pada tahun 2012 sebesar Rp 369.115.746.000,00. Pada tahun 2013 DAU sebesar Rp 412.929.814.000 00 serta pada tahun 2014 alokasinya sebesar
Rp 441.834.900.980,00. Sedangkan Dana Alokasi Khusus DAK yang merupakan dan bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Alokasi DAK dari tahun 2011 cendrung mengalami peningkatan
kecuali pada tahun 2014 mengalami penurunan dari 34.950.620.000,00 tahun 2013 menjadi Rp.32.503.170.000,00 pada tahun 2014. Sedankan tahun 2012 alokasi DAK sebesar
Rp25.559.910.000,00.
Penerimaan Dana Alokasi Khusus yang diperoleh, diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan
publik antar daerah.Untuk itu DAK diarahkan dengan mempertajam indikator yang diperlukan dalam penyusunan kriteria dan penggunaan DAK. Alokasi DAK diarahkan untuk mendanai
bidang-bidang yang menunjang pelayanan dasar masyarakat, seperti peningkatan kualitas infrastruktur, aksesibilitas kualitas pendidikan, dan kesehatan.
Selanjutnya Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri dari : a. Pajak
penghasilan PPh pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan b. PPh pasal 21. Sedangkan dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari: a.
kehutanan; b. pertambangan umum; c. perikanan; d. pertambangan minyak bumi; e.pertambangan gas bumi; f. pertambangan panas bumi.
Sejalan dengan pembagian urusan pemerintahan tersebut, sebagai daerah otonom, Daerah diberikan kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi local taxing power.
Pemberian kewenangan untuk mengenakan pajak dan retribusi dimaksudkan agar daerah dapat menyediakan pelayanan sesuai dengan kemampuan masyarakatnya.Namun demikian,
perbedaan dalam pertimbangan pembagian urusan pemerintahan dan kewenangan perpajakan mengakibatkan terjadinya ketimpangan vertikal antara Pusat dan Daerah.Artinya, pembagian
urusan tidak selalu bisa diselaraskan dengan pembagian kewenangan perpajakan.Terdapat hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah. Pemerintah Pusat harus mengalokasi dana
perimbangan kepada daerah untuk mendanai urusan-urusan yang menjadi tanggung jawab daerah. Selain pemberian dana perimbangan tersebut, Pemerintah pusat juga memberikan
sumber pendanaan lainnya berupa hibah dan pinjaman.
Kewenangan perpajakan dan retribusi tersebut telah diatur terakhir dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang
28 Tahun 2009 merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 yang secara efektif mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2010. Undang-undang tersebut merupakan langkah strategis untuk memperkuat desentralisasi yang lebih ideal
.Beberapa perubahan kebijakan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, yaitu:
1. Kebijakan dalam penetapan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah PDRD dari open-list system menjadi closed-list system. Salah satu pertimbangan penerapan closed-list system
adalah untuk memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha mengenai jenis pungutan daerah yang wajib dibayar, serta meningkatkan efisiensi pemungutan PDRD.
Dengan closed-list system, pemerintah daerah hanya dapat memungut jenis PDRD yang tercantum dalam undang-undang. Dengan kebijakan ini, pemerintah daerah didorong
untuk mengoptimalkan pemungutan PDRD dengan landasan hukum yang kuat dan tidak menciptakan jenis pungutan baru yang bertentangan dengan kepentingan umum dan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -
13
2. Pemberian kewenangan yang lebih besar kepada daerah di bidang perpajakan dan retribusi daerah local taxing empowerment, melalui beberapa kebijakan, yaitu:
a. Memperluas basis PDRD yang sudah ada, seperti perluasan basis Pajak Kendaraan
Bermotor PKB dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor BBN-KB yang meliputi kendaraan PemerintahTNI Polri, Pajak Hotel termasuk persewaan ruangan, Pajak
Restoran termasuk jasa bogakatering, dan Retribusi Izin Gangguan yang juga mencakup ketertiban lingkungan dan keselamatan kerja;
b. menambah jenis PDRD, seperti Pajak Rokok, Pajak Sarang Burung Walet, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan PBB-P2, Retribusi Pelayanan TeraTera Ulang, Retribusi
Pelayanan Pendidikan, Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, dan Retribusi Izin Usaha Perikanan. Selain itu, khusus untuk jenis retribusi daerah masih dibuka
peluang untuk ditambah jenisnya sesuai dengan kriteria yang diatur dalam undang- Undang dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
c. menaikkan tarif maksimum beberapa jenis pajak daerah, seperti PKB, BBN-KB, Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor PBBKB, Pajak Hiburan, Pajak Parkir, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. Dengan kebijakan ini, diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan daerah sekaligus sebagai kompensasi hilangnya penerimaan dari beberapa jenis pungutan daerah akibat dari adanya perubahan dari
open-list system menjadi closed-list system;
d. memberikan diskresi penetapan tarif pajak. Pemerintah daerah diberikan kewenangan
sepenuhnya untuk menetapkan besaran tarif pajak daerah, namun tidak boleh melebihi tarif maksimum yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun
2009. Kecuali Pajak Rokok, seluruh jenis pajak daerah dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 diberikan batas tarif maksimum. Kebijakan ini memberikan peluang
bagi pemerintah daerah untuk memberikan insentif dan disinsentif kepada masyarakat berkaitan dengan emungutan pajak daerah.
3. Memperbaiki sistem pengelolaan PDRD melalui kebijakan bagi hasil pajak provinsi kepada kabupatenkota yang lebih pasti, serta Kebijakan earmarking untuk jenis pajak daerah
tertentu. Kebijakan bagi hasil pajak ini mencerminkan bentuk tanggung jawab pemerintah provinsi untuk ikut serta menanggung beban biaya yang diperlukan oleh kabupaten kota
dalam melaksanakan fungsinya, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sementara itu, dengan adanya kebijakan earmarking, dapat menjamin bahwa sebagian
hasil pendapatan pajak daerah tertentu dialokasikan untuk mendanai kegiatan tertentu yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
4. Meningkatkan efektivitas pengawasan pungutan daerah dengan mengubah mekanisme pengawasan dari sistem represif menjadi sistem preventif dan korektif. Pelaksanaan
pemungutan PDRD tersebut dilakukan melalui penetapan peraturan daerah Perda. Pendapatan Asli Daerah akan tetap diupayakan menjadi sumber utama, untuk itu
kebijakan Pendapatan Daerah lebih difokuskan pada upaya untuk meningkatkan setiap komponen PAD. Oleh sebab itu, harus tetap diupayakan intensifikasi maupun ekstensifikasi
sumber-sumber PAD. Dalam rangka menyiapkan peningkatan pendapatan pada tahun 2015, maka dari tahun sebelumnya perlu dilakukan langkah-langkah intensifikasi dan ekstensifikasi
yakni:
1. Intensifikasi pajak dan retribusi daerah, ditujukan untuk meningkatkan kepatuhan dan memperkuat basis pajakretribusi yang ada, meliputi :
Penyempurnaan perda tentang pajak dan retribusi daerah; Sosialisasi dan pemberian penyuluhan yang memadai kepada masyarakat mengenai
ketentuan pajak dan retribusi daerah; Penghitungan potensi pajak dan retribusi;
Peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan pendapatan daerah dengan pendekatan sistem;
Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar unit satuan kerja terkait peningkatan kualitas aparat pajakretribusi daerah.
2. Ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah, ditujukan untuk memperluas basis pajak dan retribusi yang memberikan peluang untuk penerimaan daerah yang lain, melalui:
Pembaharuan data dasar database pajak dan retribusi daerah serta optimalisasi pemanfaatan data yang bersangkutan;
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -
14
Penerapan retribusi daerah baru berupa Retribusi pengendalian Menara Telekomunikasi;
Pengkajian penerapan jenis retribusi baru sesuai dengan potensi yang ada dan ketentuan perundangan yang berlaku;
Penerapan kebijakan pendapatan daerah yang membuka peluang untuk pengembangan sumber penerimaan lain.
Realisasi dan ProyeksiTarget Pendapatan Daerah Tahun 2009-2015 dapat di lihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.4 Realisasi Dan ProyeksiTarget Pendapatan Tahun 2012 s.d. 2015
Kota Payakumbuh
No Uraian
Realisasi Target Proyeksi
2012 2013
2014 2015
1 Pendapatan Daerah
476.101.100.124 542.604.532.144
587.035.946.858 620.554.123.762
Pendapatan Asli Daerah 50.708.914.124
54.177.950.838 60.965.911.396
65.439.902.730
Pajak Daerah 5.720.646.198
7.110.931.746 7.748.998.278
8.136.448.190 Retribusi Daerah
7.596.006.900 6.869.912.041
11.804.063.11 12.630.347.540
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg
dipisahkan 7.407.462.121
9.028.866.865 11.600.000.000
13.264.000.000 Lain-Lain PAD yang sah
29.984.798.904 31.168.240.186
29.812.850.000 31.409.107.000
2 Dana Perimbangan
370.491.322.000 420.604.625.706
459.342.842.982 488.387.028.552
Bagi Hasil PajakBagi Hasil Bukan Pajak
19.908.165.000 16.538.259.706
13.909.858.982 14.048.957.572
Dana Alokasi Umum 325.023.247.000
369.115.746.000 412.929.814.000
441.834.900.980 Dana Alokasi Khusus
25.559.910.000 34.950.620.000
32.503.170.000 32.503.170.000
3 Lain-lain Pendapatan
Daerah yang sah 54.900.864.000
67.821.955.600 66.727.192.480
66.727.192.480
Pendapatan Hibah 1.799.988.000
Dana Bagi Hasil Pajak Propinsi
11.693.813.000 12.567.996.000
12.375.864.480 12.375.864.480
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
41.407.063.000 54.351.328.000
54.351.328.000 54.351.328.000
Bantuan Keuangan Propinsi atau Pemerintah Daerah
lainnya 902.631.600
Sumber : data diolah DPPKA Kota Payakumbuh 2014
Sebagian besar pendapatan daerah berasal dari dana perimbangan, baik dari APBN maupun APBD Provinsi. Kondisi ini menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2012
ketergantungan pemerintah Kota Payakumbuh pada dana perimbangan dari pusat dan provinsi masih cukup besar. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Arah Kota Payakumbuh pada tahun
2014 adalah Peningkatan pendapatan daerah akan difokuskan pada optimalisasi pengelolaan jenis-jenis pendapatan yang dapat dikendalikan oleh Pemerintah Daerah, yaitu Pendapatan Asli
Daerah PAD. Upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD harus dilaksanakan secara hati-hati dan bijaksana dalam upaya untuk tetap menjaga terciptanya iklim usaha yang kondusif
bagi berkembangnya dunia usaha dan masyarakat dengan melihat kemampuan dunia usaha dan masyarakat untuk membayar pajak. Sejalan dengan hal tersebut, upaya untuk
meningkatkan PAD akan lebih difokuskan pada upaya.
1. Perbaikan manajemen penerimaan, terutama menyangkut perbaikan sistem dan prosedur pengelolaan pajak dan retribusi daerah;
2. Penataan dan pengelolaan aset-aset daerah, baik yang dipisahkan maupun tidak dipisahkan;
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III -
15
3. Peningkatan upaya penegakan hukum law enforcement terhadap wajib pajak dan wajib retribusi yang tidak memenuhi kewajibannya;
4. Optimalisasi potensi pajak dan retribusi daerah yang ada serta selalu mencari dan menggali peluang untuk dikembangkan;
5. Peningkatan kesadaran wajib pajak dan wajib retribusi; 6. Pemutakhiran data potensi pajak dan retribusi daerah dengan memanfaatkan
Pengembangan Teknologi Informasi.
3.2.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah