BAB II Perubahan RPJMD Cetak

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

2.1.1.1 Letak dan Luas Wilayah Administrasi

Secara geografis Kota Payakumbuh terletak pada posisi 00o10’ sampai dengan 00o17’’ LS dan 100o35’ sampai dengan 100o45’ BT dengan luas wilayah 80,43 Km2.. Kota Payakumbuh berada pada ketinggian 500-825 mdari permukaan laut.

Secara administrasi Kota Payakumbuh berbatasan dengan beberapa kecamatan dalam wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota, yaitu:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Harau dan Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Lima Puluh Kota

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Luhak dan Kecamatan Situjuah Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Payakumbuh dan Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Luhak dan Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota

Letak Kota Payakumbuh sangat strategis bila dilihat dari segi lalu lintas angkutan darat Propinsi Sumatera Barat – Propinsi Riau. Kota Payakumbuh merupakan pintu gerbang masuk dari arah Pekanbaru menuju kota-kota penting di Propinsi Sumatera Barat. Jarak Kota Payakumbuh ke Kota Pekanbaru  188 km dan dapat ditempuh selama  4,5 jam perjalanan dengan angkutan pribadi, sedangkan jarak ke kota Padang sejauh 124 km, dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi selama2,5 jam perjalanan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 6 Tahun 2008, Kota Payakumbuh dimekarkan dari 3 kecamatan menjadi 5 kecamatan, dengan pembagian wilayah administratif seperti terdapat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Pembagian Wilayah Administratif Kota Payakumbuh

No Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (Km2)

1 Payakumbuh Barat Tanjung Pauh 19,08

2 Payakumbuh Utara Padang Kaduduak 14,53

3 Payakumbuh Timur Balai Batimah 22,73

4 Payakumbuh Selatan Sawah Padang 14,67

5 Lamposi Tigo Nagari Sungai Durian 9,42

T o t a l 80,43


(2)

2.1.1.2 Kondisi Geografis a. Topografi

Secara topografis wilayah Kota Payakumbuh dapat dikelompokkan atas enam kelas kemiringan lahan, yaitu datar, agak landai, landai, agak curam, curam dan sangat curam. Secara Umum Kota Payakumbuh berdasarkan kondisi topografinya datar dengan tingkat kemiringan 0-2% seluas 6.601,7 Ha atau 82% dari luas wilayah. Untuk lebih jelasnya tingkat kemiringan lahan Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2

Kemiringan lahan di Kota Payakumbuh

No Kemiringan lahan Tingkat Kemiringan (%) Luas (Ha)

1. Datar 0 – 2 6.601,70

2. Agak Landai 2 – 8 304,00

3. Landai 8 – 15 588,80

4. Agak Curam 15-30 112,60

5. Curam 30-45 298,40

6. Sangat Curam 45-60 137,50

Jumlah 8.043,00

Sumber : Payakumbuh Dalam AngkaTahun 2014 b. Geologi

Secara regional Kota Payakumbuh terletak pada suatu ketidak menerusan patahan (sesar) yaitu diantara ujung tenggara sesar Mengani dan ujung barat laut sesar Sungai Takung di Gunung Malintang. Pada berbagai studi geologi yang pernah dipublikasikan, tidak ditunjukkan kehadiran sesar (patahan) di area Kota Payakumbuh. Namun dari data regional memperlihatkan bahwa Kota Payakumbuh dikelilingi oleh tiga zona patahan besar yaitu :

- Zona Patahan Mangani : 12 km di barat laut Kota Payakumbuh.

- Zona Patahan Sungai Takung : 15 km ditenggara di balik Gunung Malintang.

- Zona Patahan Sungai Pakis : 35 km di timur laut Kota Payakumbuh. Ketiga zona patahan tersebut berada diluar wilayah administrasi Kota Payakumbuh, namun perlu diantisipasi sebagai kawasan yang akan terkena dampak sebagai kawasan evakuasi bencana alam dari wilayah sekitarnya. c. Hidrologi

Kota Payakumbuh dilalui oleh tiga buah sungai yang tergolong besar yaitu Batang Agam, Batang Sinamar dan Batang Lampasi. Batang Agam melewati Kota Payakumbuh di bagian tengah dan melalui 4 kecamatan yang ada. Batang Lampasi mempunyai anak sungai yaitu Batang Simantung dan Batang Pulau yang melewati Kecamatan Payakumbuh Utara dan Kecamatan


(3)

Lamposi Tigo Nagori. Batang Agam dan Batang Lampasi, akhirnya bermuara ke Batang Sinamar. Disamping itu juga terdapat sungai kecil dengan kisaran lebar 5 - 6 meter yaitu Batang Pulau, Sungai Talang, Batang Sikali dan Sungai Bai.

d. Klimatologi

Curah hujan dan suhu udara merupakan unsur-unsur iklim yang penting yang mempengaruhi kondisi suatu wilayah. Curah hujan di Kota Payakumbuh pada tahun 2011 tergolong sedang yaitu rata-rata 2.434 mm dengan jumlah hari hujan 120 hari setahun.

Musim hujan pada umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai April dan musim kemarau pada bulan Mei sampai September. Curah hujan tertinggi pada tahun 2011 ada pada bulan Desember yaitu 439 mm dan terendah pada bulan Juli yaitu 17 mm. Suhu udara rata-rata di Kota Payakumbuh berkisar 26° Celsius dengan kelembaban udara berkisar antara 45% - 50%.

e. Penggunaan Lahan

Pemanfaatan ruang atau lahan wilayah perencanaan merupakan bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan fungsi serta karakter kegiatan manusia dan alam. Penggunaan lahan Kota Payakumbuh saat ini adalah 34,45% lahan merupakan tanah sawah, dan sisanya 65,55% berupa tanah kering. Tanah kering ini sebagian besar dimanfaatkan untuk bangunan yaitu sebesar 35,58%, kebun/ladang 15,23%, dan lainnya 14,74%.

Penggunaan lahan Kota Payakumbuh tahun 2011 dapat dilihat lebih rinci pada tabel 2.3 dibawah ini :

Tabel 2.3

Luas Penggunaan Tanah Menurut Jenisnya di Kota Payakumbuh

No. Jenis Lahan Luas (Ha) Presentase

(%)

1. Sawah 2,751 34.21

2. Tanah untuk bangunan dan sekitarnya 2,902 36.08

3. Kebun/ladang 1.456 18.10

4. Kolam/tebat 14 0.17

5. Ditanami pohon (hutan rakyat) 356 4.43

6. Pengembalaan / Padang rumput 11 0.14

7. Lainnya 553 6.87

Jumlah / Total 8,043 100.00


(4)

2.1.2. Potensi Pengembangan Ekonomi Wilayah

Analisis potensi pengembangan ekonomi wilayah dilakukan untuk mengetahui secara konkrit sektor dan subsektor yang mempunyai potensi pengembangan yang mempengaruhi perkembangan ekonomi wilayah. Informasi ini diperlukan dalam penyusunan rencana pembangunan daerah dalam menentukan arah dan prioritas pembangunan sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga pertumbuhan ekonomi daerah dapat diwujudkan secara optimal dan peningkatan kesejahteraan masyarakat akan menjadi maksimal. Potensi pengembangan ekonomi suatu daerah dari sisi pembangunan sektoral ditentukan oleh keuntungan komperatif yang dimiliki oleh daerah bersangkutan dibandingkan dengan kinerja sektor yang sama secara nasional.

Alat analisa yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan komperatif sektor dan subsektor suatu daerah adalah dengan Indek koefisien lokasi (Location Quotient, LQ). LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional atau dengan kata lain LQ menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan sektor-sektor dalam suatu daerah/wilayah dengan kondisi sektor-sektor pembangunan yang ada didaerah yang lebih luas. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki suatu daerah yaitu sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis dan sektor mana yang bukan sektor basis dan indikator ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan karena dalam era globalisasi seperti saat ini, tingkat persaingan sangatlah tajam. Dalam kondisi yang demikian, sektor dan subsektor yang dapat berkembang dengan pesat adalah sektor dan subsektor yang mempunyai daya saing yang didukung oleh keuntungan komperatif yang cukup tinggi. Sedangkan potensi pembangunan wilayah lebih banyak ditentukan oleh kandungan sumberdaya alam yang dimiliki oleh wilayah bersangkutan sehingga menentukan arah pembangunan daerah terkait.

Dalam uraian ini nilai LQ diperoleh dengan membandingkan PDRB Kota Payakumbuh untuk sektor tertentu tahun 2010-2014 dengan PDRB secara keseluruhan di Provinsi Sumatera Barat tahun 2010-2014, hasil perhitungan sebagaimana yang tergambar pada Tabel 2.4


(5)

Tabel 2.4

Perkembangan Nilai Indek Koefisien Lokasi (LQ)Menurut Sektor dan Subsektor di Kota Payakumbuh Tahun 2010-2014

No Sektor / Subsektor 2010 2011 2012 2013 2014 Ratarata

1. Pertanian 0,44 0,45 0,45 0,46 0,44 0,45

a. Tanaman Pangan 0,58 0,58 0,59 0,59 0,57 0,58

b. Perkebunan 0,06 0,06 0,06 0,06 0,05 0,06

c. Peternakan 1,39 1,42 1,43 1,54 1,48 1,45

d. Perikanan 0,26 0,26 0,26 0,53 0,59 0,38

2. Pertambangan& penggalian 0,12 0,12 0,12 0,13 0,13 0,12

a. Penggalian 0,14 0,14 0,14 0,15 0,14 0,14

Industri Pengolahan 0,55 0,55 0,56 0,57 0,55 0,56

a. Industri Tanpa Migas 0,55 0,55 0,56 0,57 0,55 0,56

Listrik, Gas & Air Minum 1,25 1,28 1,29 1,29 1,23 1,27

a. Listrik 1,00 1,02 1,04 1,06 1,00 1,02

b. Air Bersih 3,54 3,68 3,6 3,40 3,29 3,50

Bangunan 1,39 1,37 1,37 1,34 1,24 1,34

Perdagangan, hotel dan restoran 1,04 1,04 1,05 1,05 1,01 1,04 a. Perdagangan Besar dan Eceran 1,02 1,03 1,03 1,04 0,99 1,02

b. Hotel 0,40 0,39 0,41 0,41 0,39 0,40

c. Restoran 1,79 1,78 1,86 1,87 1,79 1,82

Angkutan dan Komunikasi 1,42 1,36 1,3 1,25 1,14 1,29

a. Angkutan 1,65 1,57 1,48 1,41 1,29 1,48

b. Komunikasi 0,78 0,81 0,81 0,82 0,75 0,79

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,00 2,07 2,11 2,17 2,10 2,09

a. Bank 2,82 2,94 3,02 3,08 2,96 2,96

b. Lembaga Keu. Tanpa Bank 0,51 0,51 0,51 0,51 0,5 0,51

c. Sewa Bangunan 2,28 2,34 2,38 2,43 2,38 2,36

d. Jasa Perusahaan 0,81 0,83 0,84 0,85 0,83 0,83

Jasa – Jasa 1,41 1,38 1,38 1,37 1,29 1,37

a. Pemerintahan Umum dan Pertahanan 1,39 1,37 1,37 1,37 1,28 1,36

b. Swasta 1,45 1,42 1,39 1,38 1,30 1,39

Sumber : data PDRB Kota Payakumbuh tahun 2010 – 2014

Dari tabel 2.4 terlihat bahwa nilai LQ dalam periode waktu 5 tahun terakhir sedikit mengalami fluktuasi. Sektor yang memiliki potensi ekonomi wilayah yang cukup penting untuk dikembangkan pada saat ini dan akan datang di Kota Payakumbuh adalah yang memiliki nilai LQ lebih besar dari satu, yaitu sektor listrik, gas dan air minum dengan nilai LQ rata-rata = 1,27, sektor bangunan dengan nilai LQ rata-rata = 1,34, sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai LQ rata-rata = 1,04, sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai LQ rata-rata 1,29, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai LQ rata-rata 2,09 dan sektor jasa-jasa dengan nilai LQ rata-rata 1,37.

Angka koefisien ini memperlihatkan bahwa sektor tersebut mempunyai keunggulan komperatif yang cukup tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama secara rata-rata di tingkat provinsi Sumatera Barat dan merupakan sektor basis di Kota Payakumbuh.


(6)

Dilihat dari nilai LQ yang kurang dari satu, sektor pertanian merupakan sektor non basis di Kota Payakumbuh, tetapi didalam sektor pertanian tersebut terlihat bahwa subsektor peternakan ternyata mempunyai potensi pengembangan yang cukup tinggi dengan nilai LQ rata-rata sebesar 1,45. Pada subsektor peternakan, saat ini Kota Payakumbuh telah terbentuk Sentra Pemasaran Peternakan Terpadu yang mengintegrasikan Pasar Ternak, Rumah Potong Hewan (RPH), laboratorium percontohan, BPP dan pabrik Pengolahan Pakan ikan di kawasan Kelurahan Payobasung Kecamatan Payakumbuh Timur, dan juga telah dikembangkan breeding farm di Kelurahan Kapalo Koto Kecamatan Payakumbuh Selatan.

Meskipun nilai LQ sektor pertanian kurang dari satu, tetapi sektor pertanian masih potensial untuk dikembangkan. Sebagai wilayah perkotaan yang cepat berkembang dan semakin terbatas lahan pertaniannya, bahkan semakin lama akan semakin berkurang dengan tumbuhnya kota sebagai pusat pelayanan ekonomi, sosial, pemerintahan, pendidikan dan kesehatan, maka pola pengembangan agribisnis yang prospektif perlu untuk dikembangkan adalah pengembangan agribisnis yang terintegrasi dengan komoditi peternakan dan perikanan yaitu dengan memadukan beberapa kelompok komoditi pertanian, peternakan, dan perikanan dalam satu siklus dengan prinsip zero waste atau tak ada bahan terbuang. Prinsip tersebut dilakukan dengan pengelolaan pertanian, mulai dari penanaman hingga pascapanen, pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak, serta pemanfaatan limbah ternak menjadi bioenergi. Pemasaran produk pertanian dan permodalan perlu juga diperhatikan dalam rangka pengembangan agribisnis.

Sektor industri pengolahan selama lima tahun terakhir ini belum menjadi sektor basis ekonomi Kota Payakumbuh dilihat dari LQ dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 yang relatif tetap dan nilai LQ rata-rata sebesar 0,56. Namun kedepan sektor industri pengolahan ini akan menjadi potensi yang dapat dikembangkan, terutama industri yang mengolah produk pertanian menjadi produk setengah jadi dan barang jadi (industri agro), seperti usaha pengolahan, pengawetan dan pengemasan hasil pertanian serta produksi bioenergi. Hal ini merupakan tuntutan sebuah kota yang terus berkembang dimana sektor pertanian terus terdesak dan bertransformasi menjadi kota industri dan jasa. Kondisi ini telah disikapi oleh Pemerintah Kota Payakumbuh dengan penetapan Kawasan Industri dalam Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 01 Tahun 2012 tentang RTRW disepanjang koridor jalan lingkar utara tepatnya di Kelurahan Parambahan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori. Pada saat ini industri yang ada di Kota Payakumbuh umumnya masih tergolong menengah dan industri kecil. Mayoritas dari UKM didominasi oleh usaha rumahtangga (home industry).


(7)

Sektor listrik dan air bersih merupakan sektor basis di Kota Payakumbuh dengan nilai LQ rata-rata 1,27. Tetapi secara subsektor, subsektor listrik masih kurang untuk memenuhi kebutuhan listrik rumahtangga, perkantoran dan dunia usaha yang terus berkembang. Untuk kedepan tenaga listrik yang merupakan infrastruktur kota yang penting untuk mendukung perkembangan semua sektor ekonomi mesti tersedia dalam jumlah yang cukup.

Potensi pengembangan subsektor air bersih cukup besar dalam perekonomian Kota Payakumbuh. Kota Payakumbuh disuplai dari empat sumber, yaitu Batang Tabik, Sungai Dareh, Sikamarunciang dan Embung Bulakan. Kapasitas produksi air bersih yang ada pada saat ini telah mampu melayani sekitar 94,1 % jumlah penduduk Kota Payakumbuh.

Sektor bangunan dengan nilai LQ rata-rata mencapai 1,34 pada lima tahun terakhir ini menunjukkan potensi pengembangan yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah masyarakat yang mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan peningkatanAdvice Planning.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor basis dengan nilai LQ rata-rata 1,04, kecuali pada subsektor hotel belum cukup berkembang dengan nilai LQ rata-rata lebih kecil dari satu. Namun kedepan, subsektor perhotelan punya prospek untuk dapat dikembangkan, mengingat Kota Bukittinggi sebagai daerah wisata sudah jenuh karena keterbatasan lahan.

Subsektor perdagangan besar dan eceran cukup berkembang di Kota Payakumbuh yang lokasinya menyebar di berbagai wilayah kota, baik Pasar Tradisional Ibuh, Pasar Pusat Pertokoan, Pasar Modern (Mall Payakumbuh) maupun yang tersebar di sepanjang ruas jalan utama dan diberbagai kelurahan di Kota Payakumbuh.

Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan di Kota Payakumbuh. Perkembangan sektor ini terutama pada subsektor pengangkutan cukup pesat karena semakin pesatnya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Kota Payakumbuh

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan termasuk sektor basis utama di Kota Payakumbuh dengan nilai LQ rata-rata tertinggi dibandingkan sektor lain yaitu 2,09. Namun yang lebih dominan dan pesat perkembangannya adalah subsektor keuangan terutama jasa perbankan. Pesatnya perkembangan jasa perbankan dikarenakan penambahan jumlah bank dan meningkatnya kucuran kredit yang disalurkan dunia perbankan serta kesadaran masyarakat untuk menabung semakin meningkat.

Potensi pengembangan sektor jasa cukup besar dalam perekonomian Kota Payakumbuh dengan nilai LQ rata-rata nomor dua tertinggi setelah


(8)

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 1,37. Sektor jasa disini banyak dihasilkan dari peranan sektor pemerintahan dalam melayani kebutuhan publik seperti jasa pelayanan administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, jasa rumah sakit, dan jasa pelayanan masyarakat lainnya. Sedangkan peranan sektor swasta masih belum cukup berarti terutama dari jasa hiburan dan rekreasi yang masih cukup rendah.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera Barat yang terletak di zona patahan, Kota Payakumbuh relatif aman dari ancaman bencana alam gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan letusan gunung api, begitu juga terhadap ancaman tsunami. Dalam RPJM Daerah Provinsi Sumatera Barat tahun 2010-2015, Kota Payakumbuh sama sekali tidak termasuk dalam wilayah rawan bencana. Namun demikian, pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Nasional, Kota Payakumbuh paling teratas di Indonesia rawan terhadap ancaman dan potensi bencana angin puting beliung.

Walaupun jauh dari zona patahan yang biasa menghasilkan episentrum gempa bumi, namun tetap berpotensi menerima dampak energi gempa bumi seperti halnya getaran. Efek secara menyeluruh terhadap stabilitas wilayah Kota Payakumbuh tergantung dari 4 (empat) faktor, yaitu : sifat fisik dan keteknikan material (tanah dan batu), kemiringan lereng, karakter gempa bumi, dan struktur geologi. Efek secara menyeluruh tersebut, diungkapkan sebagai tipologi kerawanan terhadap gempa bumi dan kelas stabilitas wilayah.

Di samping itu, potensi longsor juga ada di beberapa wilayah di Kota Payakumbuh. Potensi ini dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu : aspek fisik alamiah dan aspek aktivitas manusia.

a. Aspek Fisik Alamiah :

Dari aspek fisik alamiah, potensi terhadap longsor diindikasikan oleh 7 (tujuh) indikator, yaitu : kemiringan lereng, kondisi tanah, batuan penyusun lereng, curah hujan, tata air lereng, kegempaan, dan vegetasi. Dari kajian terhadap indikator-indikator tersebut, maka dari aspek fisik alamiah ini, Kota Payakumbuh masih termasuk berpotensi “rendah” terhadap bencana longsor.

b. Aspek Aktivitas Manusia :

Dari aspek aktivitas manusia, tingkat kerawanan terhadap longsor diindikasikan oleh 7 (tujuh) indikator yaitu : pola tanam, penggalian dan pemotongan lereng, pencetakan kolam, drainase, pembangunan konstruksi, kepadatan penduduk, dan usaha mitigasi.


(9)

Dari analisa terhadap indikator-indikator tersebut, maka Kota Payakumbuh termasuk berpotensi “sedang” akan bencana longsor. Dilihat bencana alam selama ini, maka bencana angin puting beliung paling sering terjadi di Kota Payakumbuh. Wilayah yang sering dilanda angin ini antara lain Kecamatan Payakumbuh Utara dan Payakumbuh Timur, yaitu Kelurahan Payonibung, Kelurahan Talawi, Kelurahan Balai Batuang, Kelurahan Tanjuang Anau, Kelurahan Koto Baru, Kelurahan Koto Panjang dan Kelurahan Payobasung.

Sedangkan potensi wilayah rawan longsor berada di Kecamatan Payakumbuh Barat dan Payakumbuh Selatan, karena terdapat perbukitan dengan kemiringan 20-40%, yaitu di Kelurahan Payolansek, Kelurahan Kubu Gadang, Kelurahan Balai Panjang, Kelurahan Limo Kampuang, Kelurahan Kapalo Koto dan Kelurahan Ampangan.

Ancaman bencana banjir relatif tidak ada di Kota Payakumbuh, karena sistem drainase dan pembuangan air saat hujan sudah cukup baik, selain itu dengan adanya sungai Batang Agam dan beberapa sungai lain yang melintasi kota dapat menampung air limpahan saat musim penghujan. Untuk kondisi saat ini, yang terjadi hanyalah daerah genangan pada beberapa lokasi, seperti kawasan Nunang, kawasan Napar (Jalan Kenanga), Pusat Kota Jalan Sudirman, Labuh Baru, Perumahan Padang Leba, Padang Tiakar Hilir, Kawasan Ibuh, Tambago dan Padang Tangah Payobadar. Pengurangan daerah genangan sudah menjadi prioritas pemerintah selama beberapa tahun terakhir ini, karena berkaitan dengan kinerja layanan sanitasi daerah.

2.1.4. Demografi

Perencanaan pembangunan daerah sangat erat kaitannya dengan jumlah dan perkembangan penduduk, karena perencanaan dilakukan berorientasi pada kebutuhan penduduk. Penduduk dengan jumlah yang terus bertambah dan kegiatannya yang kompleks sementara lahan yang tersedia terbatas maka perencanaan sangat berperan untuk mengatur penduduk dan kebutuhan terhadap segala kegiatan yang komplek

1. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk merupakan indikator yang menunjukkan kecepatan perubahan penduduk di suatu daerah yang akan mempengaruhi pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan, khususnya mengenai penyediaan perumahan, pendidikan, dan fasilitas sosial lainnya. Laju pertumbuhan penduduk merupakan indikator yang menunjukkan kecepatan perubahan penduduk di suatu daerah.

Komposisi penduduk Kota Payakumbuh menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki sebagaimana terlihat pada tabel 2.5 berikut :


(10)

Tabel 2.5

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010-2014 Kota Payakumbuh

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan

rata-rata (%) Laki-laki Perempuan Total

2010 58.333 59.543 117.876 10,26

2011 59.493 60.558 120.051 1,81

2012 60.650 61.800 122.450 1.99

2013 61.379 62.275 123.654 1.83

2014 62.391 63.229 125.690 1.64

Sumber : Payakumbuh Dalam Angka Tahun 2014 Tabel 2.6

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan Tahun 2014 Kota Payakumbuh

No Kecamatan Penduduk

Laki-Laki Perempuan Lk + Pr Sex Ratio

1 Payakumbuh Barat 24.136 24.488 48.624 98

2 Payakumbuh Utara 14.950 15.167 30.117 98

3 Payakumbuh Timur 13.525 13.721 27.246 98

4 Payakumbuh Selatan 5.102 5.176 10.278 98

5 Lamposi Tigo Nagari 4.678 4.747 9.425 98

Kota Payakumbuh 62.391 63.299 125.690 98

Sumber : Payakumbuh Dalam Angka Tahun 2014

Tahun 2014 penduduk Kota Payakumbuh berjumlah 125.690 jiwa yang terdiri dari 62.391 jiwa penduduk laki-laki dan 63.229 jiwa penduduk perempuan dengan sex ratio 98. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 1.62%.

2. Kepadatan Penduduk

Salah satu dampak dari perubahan penduduk adalah tingkat kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk merupakan salah satu indikator yang dapat mencerminkan tingkat kehidupan sosial masayarakat. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin kompleks permasalahan sosial yang akan dihadapi oleh suatu daerah. Tingkat kepadatan penduduk menunjukkan jumlah penduduk di suatu wilayah pada tahun tertentu dibandingkan dengan luas wilayah yang dihuninya, dengan kata lain banyaknya penduduk di suatu wilayah untuk setiap kilometer persegi.

Tingkat kepadatan yang tinggi di daerah perkotaan sangat rawan terhadap terjadinya konflik sosial yang muncul di masyarakat seperti banyaknya pengangguran dan munculnya lingkungan kumuh atau lingkungan yang tidak memadai. Hal ini akan menyulitkan pemerintah daerah dalam menyediakan fasilitas-fasilitas sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebaliknya jika tingkat kepadatan penduduk terlalu rendah akan


(11)

menyebabkan penyediaan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat relatif mahal. Sehingga ukuran kepadatan penduduk akan lebih bermakna bila dikaitkan dengan potensi yang ada dalam suatu daerah

Tingkat kepadatan penduduk Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut :

Tabel 2.7

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2010 – 2014 Kota Payakumbuh Tahun Jumlah Penduduk Luas (Km.2) Kepadatan Penduduk

(Jiwa /Km2)

2010 117.876 80,43 1.465

2011 120.051 80,43 1.493

2012 122.450 80,43 1.522

2013 123.654 80,43 1.537

2014 125.690 80,43 1.563

Sumber data : Payakumbuh Dalam Angka 2014

Dengan luas wilayah Kota Payakumbuh sekitar 80,43 km² kepadatan penduduk pada tahun 2013 adalah 1.537 jiwa/km². Bila dibanding dengan tahun 2014 yaitu 1.563 jiwa/km², berarti telah terjadi kenaikan 26 jiwa/km². 3. Persebaran Penduduk

Kecamatan Payakumbuh Barat merupakan daerah terpadat karena dihuni oleh hampir 40% dari jumlah penduduk. Hal ini terjadi karena lokasi pasar berada pada kecamatan ini. Kecamatan Lamposi Tigo Nagari memiliki penduduk paling sedikit sebesar 8.889 jiwa, akan tetapi kepadatan penduduk paling rendah ada di Kecamatan Payakumbuh Selatan yaitu 684 orang per Km2, hal ini dapat dilihat pada tabel 2.8.

Tabel 2.8

Sebaran Penduduk Menurut Luas Wilayah dan Kepadatan Tahun 2014 Kota Payakumbuh

No Kecamatan Luas

(Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk

2014

2013 2014

1 Payakumbuh Barat 19.06 48.537 48.624 2551

2 Payakumbuh Utara 14.53 30.063 30.117 2073

3 Payakumbuh Timur 22.73 25.904 27.246 1199

4 Payakumbuh Selatan 14.68 10.028 10.278 700

5 Lamposi Tigo Nagari 9,43 9.112 9.425 999

Kota Payakumbuh 80,43 123.654 125.690 1563

Sumber : BPS Kota PayakumbuhTahun 2014

Kecamatan Payakumbuh Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak yaitu 48.624 jiwa dan Kecamatan Latina dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu 9.425 jiwa. Untuk kepadatan penduduk Kecamatan Payakumbuh Barat merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling banyak yaitu 2.551/km2 jiwa dan Kecamatan Payakumbuh Selatan dengan kepadatan penduduk paling rendah yaitu 700 jiwa/km2.


(12)

4. Pengelompokan Penduduk

Karakteristik penduduk yang paling berpengaruh terhadap tingkah laku sosial ekonomi penduduk adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut komposisi penduduk jenis kelamin.

Penduduk menurut kelompok umur dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok usia 0–14 tahun, 15–64 tahun dan 65 tahun keatas atau kelompok usia produktif dan non produktif. Penduduk yang non produktif adalah gabungan antara penduduk muda (0–14 tahun) dengan usia tua (65 tahun ke atas).

Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Sementara itu penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi karena sudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15–64 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif.

Komposisi penduduk Kota Payakumbuh berdasarkan kelompok umur menunjukkan penduduk dengan usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih besar bila dibandingkan jumlah penduduk usia tidak produktif (<15 tahun dan 64 tahun >). Persentase penduduk berdasarkan kelompok usia produktif dan tidak produktif tertera pada Tabel 2.9 berikut :

Tabel 2.9

Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2010 - 2014 Kota Payakumbuh

No Usia

Jiwa %

(tahun) 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 1 <15 36.793 37.474 37.906 37.110 37.509 31,21 31,22 30,96 30,01 29,84 2 15- 64 74.344 75.714 77.859 79.764 81.261 63,07 63,07 63,58 64,51 64,65 3 >64 6.739 6.863 6.685 6.780 6.920 5,72 5,72 5,46 5,48 5,51 J u m l a h 117.876 120.051 122.450 123.654 125.690 100 100 100 100 100

Sumber : Payakumbuh Dalam Angka 2014

Berdasarkan data Tabel 2.9 terlihat bahwa dalam 5 tahun terakhir rata-rata jumlah penduduk usia < 15 berada pada kisaran 31% dari jumlah penduduk, jumlah usia produktif 15-64 tahun sekitar 63% dan jumlah penduduk usia tidak produktif > 64 adalah 6% dari total penduduk Kota Payakumbuh. Hal ini menerangkan bahwa usia produktif mendominasi dari komposisi penduduk Kota Payakumbuh.


(13)

2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Untuk melihat gambaran umum kondisi daerah pada aspek kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, laju inflasi dan PDRB per kapita.

1. Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan ekonomi Kota Payakumbuh selama peiode 2010-2014 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana secara rata-rata mencapai sebesar 6,65%. Pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh melebihi pertumbuhan ekonomi daerah Sumatera Barat dan juga pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Sumatera Barat yaitu sebesar 6,53%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah Kota Payakumbuh adalah relatif lebih baik dan meningkat secara terus menerus selama periode 2010-2014 seperti terlihat dalam Tabel 2.10.

Tabel 2.10

Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2010-2014 Kota Payakumbuh

No Sektor / Lapangan usaha

Tahun

Rata -Rata

2010 2011 2012 2013 2014

1 Pertanian 5,18 6,20 6,07 5,47 5,95 5,77

Tanaman Pangan 4,98 6,25 5,68 4,18 4,67 5,15

Perkebunan 5,65 5,82 7,11 4,19 6,34 5,82

Peternakan 5,80 6,77 7,31 9,16 7,89 7,39

Perikanan 4,53 3,66 4,60 4,29 4,22 4,26

2 Pertambangan &

penggalian 5,61 5,48 4,71 2,73 4,17 4,54

Penggalian 5,61 5,48 4,71 2,73 4,17 4,54

3 Industri 5,98 5,95 6,52 6,86 6,85 6,43

Industri Tanpa Migas 5,98 5,95 6,52 6,86 6,85 6,43

4 Listrik, Gas & Air Minum 4,65 7,11 6,12 4,73 5,07 5,54

Listrik 10,61 6,42 7,06 6,21 4,41 6,94

Air Bersih 1,73 8,92 3,72 0,82 6,90 4,42

5 Bangunan

8,53 8,35 7,13 7,39 6,59 7,60

6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 7,41 7,85 8,71 8,45 7,63 8,01

Perdagangan Besar dan

Eceran 7,5 7,82 8,66 8,35 7,73 8,01

Hotel 5,94 8,54 8,11 10,11 8,67 8,27

Restoran 5,76 8,55 9,91 10,40 9,45 8,81

7

Angkutan dan

Komunikasi 5,26 5,16 4,29 3,95 4,45 4,62

Angkutan 3,5 3,66 2,79 2,77 3,29 3,20


(14)

No Sektor / Lapangan usaha

Tahun

Rata -Rata

2010 2011 2012 2013 2014

8

Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan 9,47 9,00 8,76 9,20 8,23 8,93

Bank 12,2 11,18 11,09 11,60 11,20 11,45

Lembaga Keuangan Tanpa

Bank & Jasa Penunjang 6,39 6,22 6,46 5,48 6,22 6,16

Sewa Bangunan 7 6,98 6,34 6,81 6,54 6,73

Jasa Perusahaan 5,68 5,11 6,99 5,89 6,72 6,08

9 Jasa-Jasa 5,38 6,46 7,06 7,04 6,51 6,49

Pemerintahan Umum &

Pertahanan 5,72 7,11 7,78 7,24 7,10 6,99

Swasta 4,72 5,17 5,63 6,63 6,01 5,63

Pertumbuhan PDRB 6,38 6,79 6,82 6,72 6,53 6,65

Sumber : Buku PDRB Kota Payakumbuh

Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi menurut sub sektor atau sub lapangan usaha, maka laju pertumbuhan yang tertinggi pada tahun 2013 adalah sub sektor Bank dengan pertumbuhan sebesar 11,60% dan diikuti oleh sub sektor restoran sebesar 10,40%. Selanjutnya yang ke tiga dan seterusnya berturut turut adalah sub sektor hotel (10,11%), sub sektor komunikasi (9,64%), sub sektor peternakan (9,16%), sub sektor bangunan (7,39%) sub sektor pemerintahan umum dan pertahanan (7,24) sub sektor industry tampa gas (6,86%) sub sektor sewa bangunan (6,81%) sub sektor swasta (6,63%) sub sektor listrik (6,21%), dan diikuti oleh sub sektor lainnya dengan pertumbuhan di bawah 6 %, sebagaimana terlihat pada Tabel 2.10.

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh, Sumatera Barat dan Nasional pada tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11

Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Payakumbuh dengan Propinsi Sumatera Barat dan Nasional tahun 2010-2014

Tahun

Laju Pertumbuhan (%) Kota Payakumbuh Prop. Sumatera

Barat Nasional

2010 6,38 5,93 6,10

2011 6,79 6,22 6,50

2012 6,82 6,35 6,23

2013 6,72 6,20 5,70

2014*) 6,53 5,90 5,10

Sumber : Buku PDRB Kota Payakumbuh

Dari Tabel 2.18 tampak bahwa laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dan Nasional masih berada dibawah laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh pada kurun waktu tersebut. Ekonomi Kota Payakumbuh tumbuh sebesar 6,38 % pada tahun 2010, yang meningkat setiap tahunnya sampai tahun 2012, namun tahun 2012 mengalami kontraksi menjadi 6,72 dan tahun 2014 turun menjadi 6,53%. Demikian halnya dengan ekonomi Sumatera Barat dan nasional yang


(15)

tumbuh sebesar 5,93 % dan 6,10 % pada tahun 2010, mengalami peningkatan pada tahun 2011 hingga tumbuh sebesar 6,22% dan 6,50 %. Pada tahun 2012 laju pertumbuhan ekonomi nasional menurun pertumbuhan, yang disebabkan karena faktor eksternal yang mempengaruhi perekonomian Indonesia itu berupa ketidakpastian perekonomian global. Isu penghentian penggelontoran stimulus perekonomian AS oleh bank sentral AS, Federal Reserve, karena sejumlah indikator perekonomian menunjukkan perbaikan. Banyak negara yang goyah atas kebijakan bank sentral AS itu. Indonesia menjadi salah satunya. Kondisi internal yang buruk yaitu berupa melemahnya ekspor Indonesia, yang selama ini didominasi ekspor sumber daya alam, dan meningkatnya impor yang didominasi jasa dan barang modal, telah menyebabkan terjadinya defisit transaksi berjalan, defisit ini akhirnya membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melorot.

Untuk Provinsi Sumatera Barat, terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi disebabkan antara lain karena kenaikan harga BBM sehingga konsumsi rumah tangga melemah akibat tingkat inflasi yang cukup tinggi, di samping juga aktivitas perdagangan melambat, dan juga disebabkan karena kurangnya pasokan pangan, struktur pasar yang kurang sehat, dan jalur transportasi angkutan yang sangat panjang. Sejalan dengan hal tersebut, kondisi ini juga berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh.

Selanjutnya, sektor ekonomi yang memiliki sumbangan berarti dalam pembentukan PDRB Kota Payakumbuh Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2010-2014, dapat dilihat pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12

Perkembangan Nilai dan Distribusi (Persentase) Sektor Ekonomi Dalam Pembentukan Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2010 - 2014 (Jutaan-Rupiah) Kota Payakumbuh

No Lapangan usaha 2010 2011 2012 2013 2014

(Rp) % (Rp) (Rp) (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1. Pertanian 187.902,55 9,96 215.048,07 9,97

241.282,57 9,97 281.437,83 9,99 320.414,46 9,94 2. Pertambangan &

penggalian 9.917,07 0,53 10.959,38 0,51 11.919,14 0,49 12.777,10 0,45 13.961,80 0,43 3. Industri

pengolahan 140.158,60 7,43 162.393,29 7,53 181.224,76 7,49 208.335,85 7,40 236.141,32 7,32 4. Listrik, Gas & AirMinum 33.369,41 1,77 36.783,59 1,71 40.521,41 1,67 45.354,78 1,61 51.075,11 1,58 5. Bangunan 170.372,92 9,03 199.410,10 9,24

225.073,62 9,30 258.528,81 9,18 292.737,05 9,08 6. Perdagangan,hot

el dan restoran 363.137,27 19,25 421.136,68 19,52 488.876,59 20,20 582.441,97 20,68 670.651,44 20,80 7. Pengangkutan

dan Komunikasi 397.634,90 21,08 446.517,08 20,70 481.587,95 19,90 555.637,07 19,73 645.406,11 20,02 8.

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

169.448,06 8,98 193.121,18 8,95 220.359,05 9,11 260.364,23 9,25 298.061,79 9,24 9. Jasa – jasa 414.046,72 21,95 471.991,62 21,88

529.240,25 21,87 611.216,22 21,70 696.152,37 21,59 Total 1.885.987,50 100 2.157.360,99 100 2.420.085,35 100 2.816.093,86 100,00 3.224.601,44 100


(16)

Pada Tabel 2.12 terlihat bahwa sampai tahun 2014 struktur PDRB Kota Payakumbuh masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor jasa-jasa sebesar Rp. 696.152.370,000- (21,59%), diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar Rp.670.651.440.000,- (20,80%) , sektor Pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 645.406.110.000,- (20,02%). Dibandingkan tahun 2013 dimana lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi peranannya meningkat sebesar 0,29%, lapangan usaha jasa-jasa berkurang 0,11% dan kenaikan juga terjadi pada sektor usaha perdagangan, hotel dan restoran sebesar 0,12 % pada tahun 2013.Sementara kontribusi lapangan usaha lainnya masih relatif rendah dibandingkan dengan tiga lapangan usaha di atas.

Selanjutnya pada Tabel 2.13 juga terlihat perkembangan kontribusi lapangan usaha selama 2 (dua) tahun terakhir, tampak bahwa lapangan usaha yang mengalami peningkatan adalah perdagangan, hotel dan restoran dan lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi, sementara lapangan usahan lainya mengalami penurunan.

Kemudian jika dilihat dari peranan sub lapangan usaha maka kontribusi sub sektor perdagangan besar dan eceran yang paling besar terhadap perekonomian Kota Payakumbuh dengan kontribusi sebesar 19,84% terhadap PDRB tahun 2014 meningkat dari tahun 2013 dengan kontribusi sebesar 19,69%. Selanjutnya nomor dua dan seterusnya berturut-turut diikuti oleh sub sektor angkutan sebesar 17,26% meningkat dari tahun 2013 sebesar 16,75%; sub sektor jasa pemerintahan umum sebesar 14,50% meningkat dari tahun 2013 sebesar 14,37% ; sub sektor industri tanpa migas dengan kontribusi 7,32% menurun dari tahun 2013 sebesar 7,40%, sub sektor jasa swasta dengan kontribusi sebesar 7,09%; sub sektor tanaman pangan sebesar 5,84% dan sub sektor lainnya dengan kontribusi dibawah 5%.

Pada lapangan usaha jasa-jasa yang peranannya cukup tinggi dalam pembentukan PDRB tahun 2014 (21,59 %), sebenarnya lebih banyak dihasilkan dari kontribusi sektor pemerintahan dalam melayani kebutuhan publik seperti : jasa-jasa pelayanan administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, jasa rumah sakit, dan jasa pelayanan masyarakat lainnya. Kontribusi jasa pemerintahan umum dan pertahanan terhadap PDRB Kota Payakumbuh pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 404.680.900.000,- (14,50%) meningkat menjadi Rp. 467.616.900.000,- pada tahun 2014. Sedangkan peranan sektor swasta masih belum cukup berarti hanya sebesar 7,09 % tahun 2014 mengalami penurunan yang signifikan .

Jika dilihat dari kondisi geografis, Payakumbuh merupakan kota penghubung antara propinsi Sumatera Barat dan propinsi Riau. Dengan posisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi mempunyai potensi yang cukup besar terhadap PDRB Kota Payakumbuh dengan kontribusi sebesar 20,02% pada tahun 2014. Kontribusi lapangan usaha pengangkutan diberikan oleh Jasa pelayanan angkutan darat,


(17)

diperoleh dari jasa pemindahan penumpang dan barang baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, serta jasa penunjang seperti pergudangan, parkir, keagenan dan terminal. Sementara dari jasa komunikasi kontribusinya masih relatif kecil, seperti jasa pos (wesel, surat dan paket pos), telekomunikasi (telegram, telpon dan telex) serta jasa penunjang (warnet dan ponsel) yaitu sebesar 2,76%

Peranan lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,80 % pada PDRB tahun 2014, juga mempunyai peranan yang cukup tinggi setelah sektor jasa-jasa. Hal ini didukung oleh makin meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat kota dan masyarakat di daerah hinterland yang ditunjang oleh letak Kota Payakumbuh yang berada di tengah-tengah kabupaten Lima Puluh Kota. Jenis usaha yang memegang peranan cukup besar adalah pedagang besar dan eceran (19,84% pada tahun 2014), sedangkan kontribusi jasa hotel dan restoran 0,11% dan 0,85% pada tahun 2014 belum begitu memberikan peranan yang berarti pada perekonomian Kota Payakumbuh.

Lapangan usaha pertanian juga memberikan peranan yang cukup baik dalam perekonomian yaitu sebesar 9,94% akan tetapi kondisi ini menurun bila dibandingkan dari PDRB tahun 2013 sebesar 9,99%. Pertanian yang ada di Kota Payakumbuh umumnya masih bersifat pertanian rakyat dan berskala kecil sehingga lapangan usaha ini belum berkembang menjadi suatu pertanian yang modern, namun dalam penyerapan tenaga kerja lapangan usaha ini memberikan kontribusi yang cukup besar dibandingkan dengan lapangan usaha lainnya. Dilihat dari jenis usaha, maka tanaman pangan dan hortikultura (peranan 5,84% dari PDRB tahun 2014) adalah usaha yang mempunyai peranan cukup tinggi dibandingkan dengan peternakan (2,96%), perkebunan (0,28 %), dan perikanan (0,86%). Sub sektor perikanan mengalami peningkatan dibanding tahun 2013 yaitu 0,86%, di mana sebelumnya 0,69%, peningkatan ini disebabkan meningkatnya nilai tambah sub kegiatan meliputi penangkapan, pembenihan maupun budidaya ikan air tawar di Kota Payakumbuh. Peranan lapangan usaha ini masih cukup tinggi karena lahan pertanian masih cukup tersedia. Namun ke depan, dengan semakin berkurangnya lahan pertanian diharapkan lapangan usaha ini mampu digantikan peranannya oleh lapangan usaha industri pengolahan yang menggunakan bahan baku dari produk pertanian sehingga selain untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian juga tenaga kerja yang tidak terserap oleh lapangan usaha pertanian khususnya, dan lapangan usaha lainnya dapat diserap oleh lapangan usaha industri.

Lapangan usaha industri (peranannya terhadap PDRB Tahun 2014 sebesar 7,32%, menurun dibanding tahun 2013 yang tercatat sebesar 7,40% peranannya yang belum optimal dalam PDRB Kota Payakumbuh, disebabkan oleh berbagai masalah antara lain: skala usaha umumnya masih berskala mikro, kecil dan home industri, kemudian kendala klasik yang dialami UMKM yaitu: masih


(18)

kurangnya modal usaha, rendahnya kemampuan sumber daya manusia, kurang nya penerapan teknologi dalam proses produksi, lemahnya jaringan pemasaran dan masih lemahnya kelembagaan. Namun dalam jangka menengah dan panjang, lapangan usaha ini diharapkan akan menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja. Dengan makin berkembangnya pembangunan di wilayah timur Sumatera, terutama sekali Provinsi Riau diharapkan akan semakin membuka peluang bagi masyarakat Kota Payakumbuh untuk memasarkan produk-produknya sebagai akibat meningkatnya permintaan pada daerah tersebut.

Kemudian secara kelompok sektoral, selama lima tahun terakhir (2010-2014) perekonomian Kota Payakumbuh masih didominasi oleh sektor tersier dengan kontribusi rata-rata 71,36% dari nilai PDRB yang mencakup aktivitas jasa-jasa secara umum (meliputi lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran; lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi; lapangan usaha keuangan, sewa dan jasa perusahaan; dan lapangan usaha jasa-jasa), kemudian diikuti oleh kelompok sektor sekunder dengan kontribusi rata-rata sebesar 18,13% dari nilai PDRB (meliputi lapangan usaha industri; dan lapangan usaha listrik, gas dan air minum, dan lapangan usaha bangunan); dan kelompok sektor primer dengan kontribusi rata-rata sebesar 10,50% dari PDRB (mencakup Lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian).

Tabel 2.13

Distribusi Kelompok Sektoral PDRB

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 s.d. 2014 Kota Payakumbuh

No Kelompok

Sektoral

Distribusi (%)

2010 2011 2012 2013 2014*) Rata-rata

1 Primer 10,55 10,47 10,46 10,44 10,37 10,46

2 Sekunder 17,88 18,57 18,46 18,19 17,98 18,22

3 Tersier 71,57 70,96 71,07 71,36 71,65 71,36

Total 100,00 100,00 100,00 100.00 100.00 100,00

Sumber: PDRB Kota Payakumbuh 2014 *) data sementara

Perkembangan sektor primer dan tersier selama periode 2010-2014 tampaknya relatif stabil, sedangkan sektor sekunder kelihatannya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Bila dibandingkan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi dalam RPJPD Kota Payakumbuh 2008 - 2012, dapat digambarkan bahwa pada tahun 2009 proyeksi pertumbuhan ekonomi mencapai 6,52% dan pada tahun 2014 mencapai 6,89%. Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi terlihat bahwa target capaian tahun 2009 telah tercapai pada tahun 2014 sebesar 6,53%.

2. PDRB Per kapita

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah PDRB per-kapita. PDRB per-kapita Kota Payakumbuh kelihatannya mengalami peningkatan dari tahun ketahun baik


(19)

menurut harga konstan maupun harga berlaku. Perkembangan PDRB perkapita Kota Payakumbuh selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.14.

Tabel 2.14

PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan (2000=100) Tahun 2010 s.d. 2014 Kota Payakumbuh

No Tahun PDRB (juta rupiah) Jumlah

penduduk

PDRB per kapita (rupiah)

ADHB ADHK ADHB ADHK

1. 2010 1.885.987 871.662 117.876 16.114.180 7.447.618

2. 2011 2.157.360 930.856 120.051 18.123.709 7.820.284

3. 2012 2.423.142 994.371 122.450 20.202.614 8.290.433

4. 2013 2.816.094 1.061.214 124.694 23.151.622 8.724.441

5. 2014 3.224.601 1.129.720 125.690 25.655.191 8.988.145

Sumber : PDRB Kota Payakumbuh Tahun 2014 *) data sementara

Dari tabel di atas terlihat bahwa PDRB per kapita Kota Payakumbuh setiap tahunnya terus meningkat baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan, dimana pertumbuhan menurut harga berlaku jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan menurut harga konstan. Hal ini sekali lagi memperlihatkan masih tingginya tingkat inflasi dalam perekonomian Kota Payakumbuh selama lima tahun terakhir ini.

Dalam proyeksi PDRB per kapita Atas Dasar Harga Berlaku dalam RPJPD Kota Payakumbuh tahun 2005-2025, pada tahun 2009 ditargetkan sebesar Rp.15,49 juta dan pada tahun 2014 sebesar Rp.23,73 juta. Bila dibandingkan dengan capai tahun 2011, terlihat bahwa target RPJMD tahap Pertama dapat dicapai pada tahun 2010 dengan nilai sebesar Rp. 16,143 juta.

3. Laju Inflasi

Perkembangan angka inflasi diKota Payakumbuh kelihatannya juga cukup menggembirakan. Hal ini terlihat dimana tingkat inflasi di Kota Payakumbuh selama periode 2010-2014 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2010 angka inflasi Kota Payakumbuh adalah sebesar 7,84% dan kemudian naikmenjadi 10,90% pada tahun 2014. Tingkat inflasi Kota Payakumbuh ini selama periode tersebut kelihatannya juga berada dibawah tingkat inflasi Provinsi Sumatera Barat dan nasional. Secara keseluruhan laju inflasi dapat dilihat pada Tabel 2.15.

Tabel 2.15

Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun 2010 s.d. 2014 Kota Payakumbuh

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014*) Rata-rata

Pertumbuhan Inflasi (%) 7,84 5,37 4,16 10,87 11,90 8,03 Sumber : PDRB Kota Payakumbuh dan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014

*) Data Sementara

Dalam RPJPD Kota Payakumbuh tahun 2005 – 2025, laju inflasi tahun 2009 ditargetkan sebesar 2,05% dan tahun 2014 sebesar 5,50%. Dari data diatas


(20)

terlihat bahwa RPJMD Tahap pertama telah tercapai pada tahun 2009 dan target Tahap Kedua tercapai pada tahun 2010, meskipun pada tahun 2014 terjadi peningkatan signifikan.

Tingkat inflasi Kota Payakumbuh pada tahun 2014 yang dihitung menggunakan angka inflasi ibu kota propinsi Sumatera Barat (Kota Padang) adalah sebesar 11,90% lebih tinggi dari inflasi tahun 2013 sebesar 10,87 % dan nasional sebesar 2,78 %.

Sejalan dengan terjadinya penurunan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 maka tingkat inflasi secara nasional juga mengalami peningkatan. Penyebab terjadinya kenaikan inflasi adalah pertama karena kenaikan tingkat harga barang impor karena semakin melemahnya nilai rupiah; kedua karena adanya kenaikan tingkat upah tenaga kerja yang tidak diimbangi oleh peningkatan produktifitasnya. Kenaikan upah tenaga kerja menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga memicu kenaikan harga jual di dalam negeri. Terlebih lagi jika tidak diimbangi oleh peningkatan produktifitas dengan peningkatan jumlah produksi. Jika kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi terjadi kenaikan harga juga tidak bisa dielakkan; dan ketiga karena adanya kenaikan harga BBM yang mengakibatkan meningkatnya harga barang dan jasa terkait produksi maupun konsumsi masyarakat dan UKM.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Tingkat kesejahteraan sosial masyarakat kota dilihat dari dua aspek, yaitu pendidikan dan kesehatan

1. Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat kecerdasan dan keterampilan serta sikap manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, maka kualitas sumber daya manusia juga semakin tinggi. Pemerintah dalam setiap rencana pembangunan selalu menetapkan pendidikan sebagai salah satu urusan yang harus mendapat perhatian penting. Hal ini berkaitan dengan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas secara intelegensia maupun skill yang mampu menunjang kebutuhan pada era sekarang ini.

Program pemerintah dalam jangka pendek adalah dengan meningkatkan tingkat partisipasi sekolah, sehingga diharapkan seluruh masyarakat dapat mengenyam pendidikan secara formal.Tujuan akhir dari kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi yang semakin berkembang. Untuk menggambarkan sejauh mana capaian program dalam bidang pendidikan di Kota Payakumbuh digunakan berbagai indikator di bidang pendidikan sebagai berikut :


(21)

a. Angka Melek Huruf

Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk dapat menuju hidup yang lebih sejahtera. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari angka melek huruf yang dalam hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Kemampuan baca tulis (angka melek huruf) di Kota Payakumbuh pada tahun 2010 sebesar 99.5%, tahun 2011 sebesar 99.58%, tahun 2012 sebesar 99.2%, tahun 2013 sebesar 99,25% dan tahun 2014 sebesar 99,30%. Data lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2.16

Tabel 2.16

Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Payakumbuh Tahun 2010 s/d 2014

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

1 Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis

80.678 82.230 83.869 85.895 80.515

2 Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas 81.083 82.577 84.545 86.544 81.083

3 Angka melek huruf (%) 99,50 99,58 99,20 99,25 99,30

Sumber : Profil Daerah Tahun 2014 b. Angka Rata-rata Lama Sekolah

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung. Artinya semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan semakin besar sehingga tingkat kesejahteraan diharapkan semakin meningkat. Sedangkan pengaruh tidak langsung, akan terlihat dari pola pikir masyarakat. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkannya, maka cara berpikir mereka akan lebih maju sehingga lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan.

Kesadaran akan pentingnya pendidikan dan semakin tingginya kebutuhan pasar mengenai sumber daya manusia yang mempunyai kualitas pendidikan yang lebih tinggi, membuat masyarakat semakin berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikannya.

Hal ini dapat dilihat berapa lama seseorang dalam menempuh pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi yang merupakan cerminan kualitas penduduk. Untuk Kota Payakumbuh rata-rata lama sekolah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas tahun 2010 sampai tahun 2014 berkisar 9.82. Rata-rata lama sekolah penduduk Kota Payakumbuh baru sampai level sekolah Lanjutan Atas.


(22)

Hasil analisa angka rata-rata lama sekolah penduduk Kota Payakumbuh dari tahun 2010-2014, dapat dilihat pada Tabel 2.17 :

Tabel 2.17

Rata-Rata Lama Sekolah di Kota PayakumbuhTahun 2010 s.d 2014

Kota 2010 2011 2012 2013 2014

Payakumbuh 9,66 9,72 9,91 9,91 9.92

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh Tahun 2014

c. Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan salah satu indikator dalam melihat partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan yang bersekolah pada masing-masing kelompok usia sekolah dibagi dengan jumlah penduduk di masing-masing kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Pada pendidikan dasar 9 tahun dapat dibagi 2 (dua) kelompok usia yaitu usia 7-12 tahun pada jenjang SD/MI dan kelompok usia 13-15 tahun pada jenjang SMP/MTs dan pendidikan menengah SMA/MA/SMK kelompok usia 16-18 tahun. Pada tabel di bawah ini dapat digambarkan partisipasi masyarakat mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2014 baik yang kelompok usia 7-12 tahun untuk SD/MI dan kelompok usia 13-15 tahun kelompok untuk SMP/MTs, dan kelompok usia 16-18 tahun. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI Kota Payakumbuh dari tahun 2010 sebesar 160%, tahun 2011 sebesar 126%, tahun 2012 sebesar 108%, tahun 2013 sebesar 108,2% dan tahun 2014 sebesar 108,4%, perkembangan naik turunnya APK disebabkan pertambahan jumlah murid dan pertambahan jumlah penduduk usia 7-12 juga tidak sama besarannya.

Pada Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs tahun 2010 sebesar 126%, tahun 2011 sebesar 85%, tahun 2012 sebesar 124 %, tahun 2013 sebesar 128%, dan tahun 2014 sebesar 132 % perkembangan naik turunnya APK disebabkan pertambahan jumlah murid dan pertambahan jumlah penduduk usia 13-15 juga tidak sama besarannya.

Selanjutnya Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA/SMK tahun 2010 sebesar 194%, tahun 2011 sebesar 139%, tahun 2012 sebesar 157 %, tahun 2013 sebesar 157,2%, dan tahun 2014 sebesar 157,4%, perkembangan naik turunnya APK disebabkan pertambahan jumlah murid dan pertambahan jumlah penduduk usia 16-18 juga tidak sama besarannya. Jika dilihat perkembangannya angka partisipasi kasar Kota Payakumbuh melebihi 100%, hal ini disebabkan karena banyaknya penduduk usia sekolah dari daerah lain yang bersekolah di Kota Payakumbuh.


(23)

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar Kota Payakumbuh tahun 2010 – 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.18.

Tabel 2.18

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2010 s.d 2014

No Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014

1

SD/MI

1.1. Jumlah murid SD/MI (orang) 15.706 16.424 15.539 15.956 15.026

1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun (orang)

9.816 13.035 14.388 14.747 13.862

1.3.

APK SD/MI (%) 160 126 108 108,2 108,4

2

SMP/MTs 2.1.

Jumlah murid SMP/MTs (orang) 6.277 6.182 9.019 9.670 8.791 2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

(orang)

4.982 7.273 7.273 7.555 6.660

2.3.

APK SMP/MTs (%) 126 85 124 128 132

3

SMA/MA/SMK 3.1.

Jumlah murid SMA/MA/SMK (orang) 7.874 9.123 11.101 10.716 10.541 3.2. Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

(orang)

4.059 6.563 7.071 6.817 6.697

3.3.

APK SMA/MA/SMK (%) 194 139 157 157,2 157,4

Sumber :Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh Tahun 2014 d. Angka Partisipasi Murni

Untuk SD/MI APM tahun 2010 sebesar 144%, tahun 2011 sebesar 114%, tahun 2012 sebesar 95 %, tahun 2013 sebesar 95,1% dan tahun 2014 menjadi 105,2%, naik turunnya APM disebabkan pertambahan jumlah murid dan pertambahan jumlah penduduk usia 7 - 12 tahun tidak sama besarny.

Pada Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs tahun 2010 sebesar 132%, tahun 2011 sebesar 84%, tahun 2012 sebesar 92%, tahun 2013 sebesar 95% dan tahun 2014 sebesar 98%, naik turunnya APM disebabkan pertambahan jumlah murid dan pertambahan jumlah penduduk usia 13 - 15 tahun tidak sama besarnya.

Berikutnya Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA/SMK tahun 2010 sebesar 187%, tahun 2011 sebesar 127%, tahun 2012 sebesar 122%, tahun 2013 sebesar 122,5%, dan tahun 2014 sebesar 123% naik turunnya APM disebabkan pertambahan jumlah murid dan pertambahan jumlah penduduk usia 16 - 18 tahun tidak sama besarnya. Perkembangan Angka Partisipasi Murni tahun 2010 sampai tahun 2014 dapat digambarkan dalam Tabel 2.19.


(24)

Tabel 2.19

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2010 s.d 2014

No Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014

1 SD/MI

1.1. Jumlah murid SD/MI usia 7-12 tahun

(orang) 14.135 14.860 13.669 14.024 13.197

1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun (Jumlah)

9.816 13.035 14.388 14.747 13.862

1.3. APM SD/MI (%) 144 114 95 95,1 95,2

2 SMP/MTs

2.1. jumlah murid SMP/MTs usia 13 -15 tahun

(orang) 6.576 6.109 6.691 7.177 6.527

2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13 -15tahun (orang) 4.982 7.273 7.273 7.555 6.660

2.3. APM SMP/MTs (%) 132 84 92 95 98

3 SMA/MA/SMK

3.1. Jumlah murid SMA/MA/SMK usia 16-18

tahun (orang) 7.590 8.335 8.627 8.351 8.237

3.2. Jumlah penduduk kelompok usia 16-18tahun (orang) 4.059 6.563 7.071 6.817 6.697

3.3. APM SMA/MA/SMK (%) 187 127

122 122,5 123

Sumber :Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh Tahun 2014 e. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan

Kesadaran akan pentingnya pendidikan dan semakin tingginya tuntutan kebutuhan pasar tenaga kerja terhadap sumber daya manusia yang mempunyai kualitas yang lebih tinggi membuat masyarakat semakin bersaing dalam meningkatkan kualitas pendidikannya. Untuk mengetahui persentase penduduk usia 10 tahun ke atas menurut ijazah tertinggi yang dimiliki pada tahun 2010 - 2014, dapat dilihat pada Tabel 2.20.

Tabel 2.20

Persentase Penduduk 10 tahun ke atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki padaTahun 2010 dan 2014

No. Tingkat Pendidikan Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 *)

1 Tidak punya ijazah 18.28 19.46 27,21 18,39 19,24

2 SD / MI 22.22 22.63 23,74 22,72 22,91

3 SMP/ MTs 20.84 19.22 19,05 18,16 17,35

4 SMA/ SMK/ MA 27.36 28.60 22,57 30,38 32,21

5 Akademi/Univ 11.28 10.10 7,43 10,35 10,43

Sumber Data: Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Payakumbuh tahun 2013 *) data sementara

Jika dilihat dari tingkat pendidikan yang telah ditamatkan pada tahun 2014, sekitar 22.91% penduduk menamatkan pendidikan Sekolah Dasar, sedangkan yang menamatkan pendidikan tinggi sekitar 10.43%. Sementara itu penduduk yang menamatkan SLTP (SMP/MTs)sekitar


(25)

17.35%. Bahkan masih ada penduduk usia 10 tahun ke atas yang tidak memiliki ijazah sekitar 19.24%. Dari data ini dapat disimpulkan sekitar 42.15% penduduk usia 10 tahun ke atas yang telah berhasil menamatkan pendidikan dasar (tingkat SLTP ke bawah).

2. Kesehatan

Kesehatan termasuk sektor penting dalam bidang pembangunan di daerah. Analisis kinerja dibidang kesehatan dilakukan terhadap indikator-indikator angka kelangsungan hidup bayi, usia harapan hidup dan persentase balita gizi buruk. Sebagai gambaran dari pencapaian indikator bidang kesehatan dapat dilihat dari uraian berikut ini:

a. Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Tingkat kematian secara umum berhubungan erat dengan tingkat kesakitan, karena biasanya merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyebab terjadinya kematian. Untuk Kota Payakumbuh pada tahun 2010 terdapat 12 kasus kematian bayi, tahun 2011 terjadi 24 kasus dan tahun 2012 terjadi 21 kasus kematian bayi, ditahun 2013 sebanyak 28 kasus kematian bayi. Pada tahun 2014 terjadi penurunan dengan jumlah kasus 22 orang.

Sementara itu angka kematian balita pada tahun 2010 terdapat 4 (empat) kasus, tahun 2011 tidak terdapat kasus kematian balita, tahun 2012 sebanyak 2 (dua) kasus, tahun 2013 terdapat 2 (dua) kasus dan ditahun 2014 terdapat 2 (dua) kasus kematian balita. Sedangkan jumlah kematian ibu melahirkan pada tahun 2010 sebanyak 2 (dua) orang, tahun 2011 sebanyak 5 (lima) orang, tahun 2012 sebanyak 3 (tiga) orang, tahun 2013 sebanyak 2 (dua) orang dan tahun 2014 berjumlah 2 (dua) orang. b. Angka Usia Harapan Hidup

Angka usia harapan hidup merupakan salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan. Usia harapan hidup Kota Payakumbuh pada tahun 2010 yaitu 70,62 dan, pada tahun 2011 yaitu 70,78 pada tahun 2012 yaitu 70,94, pada tahun 2013 yaitu 70,94 dan pada tahun 2014 naik menjadi 70,98.

c. Persentase Balita Gizi Buruk

Dari indikator persentase balita Bawah Garis Merah (BGM) di Kota Payakumbuh, sejak tahun 2010 sampai tahun 2012 cenderung terjadi kenaikan. Pada tahun 2010 persentase balita BGM sebanyak 0,4%, tahun 2011 sebanyak 0,5%, pada tahun 2012 sebanyak 0,6% sedangkan tahun 2013 sebanyak 0,1% dan tahun 2014 juga sebesar 0,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas pelayanan kesehatan masih perlu


(26)

ditingkatkan, serta menggiatkan kembali penyuluhan pola hidup sehat ditengah-tengah masyarakat.

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Pembangunan pada fokus seni dan budaya meliputi indikator jumlah group kesenian, jumlah klub olah raga dan jumlah gedung olah raga. Kinerja pembangunan seni dan budaya di Kota Payakumbuh tahun 2014 pada masing-masing indikator adalah sebagai berikut :

1. Kebudayaan

Seni Budaya yang ada dan berkembang di Kota Payakumbuh terdiri dari:

 Kesenian tradisional seperti saluang, dendang, rabab, dikia, dabuih, talempong sikatuntung, sanggar tari, randai.

 Kesenian modern seperti musik/orgen tunggal, band, teater.

Sedangkan untuk budaya sejarah ditandai dengan adanya mesjid gadang, rumah gadang, perkampungan tradisional Minangkabau dan atraksi wisata. Pemerintah Kota Payakumbuh telah melakukan berbagai upaya untuk pengembangan nilai budaya dan pengelolaan keragaman budaya melalui :

 Pengemasan paket pagelaran berupa pelaksanaan lomba pidato adat, pelaksanaan lomba tari piring kreasi, lomba vokal group dan nyanyi solo

 Pengemasan paket pagelaran di luar daerah berupa pelaksanaan lomba tari tradisional pada kemilau nusantara Bandung, pemilihan da` i cilik, tari anak-anak dan nyanyi solo

 Pelaksanaan apresiasi seni

Perkembangan seni dan budaya Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel 2.21

Tabel 2.21

Perkembangan seni dan budaya Tahun 2010 s.d. 2014 Kota Payakumbuh

No Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

1 Jumlah Grup Kesenian Per

10.000 Penduduk 11 16 25 25 25

2 Jumlah Gedung Kesenian per

10.000 Penduduk - - - -

-Sumber : Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Payakumbuh 2015

2. Olahraga

Perkembangan minat dalam bidang olah raga di Kota Payakumbuh cukup tinggi, hal ini dibuktikan dengan prestasi Kota Payakumbuh di event -event daerah, provinsi dan Nasional. Fokus pembinaan olahraga dilakukan pada olahraga yang sering diperlombakan, baik pada kelompok masyarakat maupun pelajar. Olahraga di masyarakat diwujudkan dalam bentuk klub -klub olahraga.


(27)

Kondisi sarana dan prasarana olahraga terus ditingkatkan. Dalam berolahraga, selain dengan memanfaatkan gedung olahraga yang ada, masyarakat juga melakukan aktifitas olahraga di luar gedung, seperti jalan sehat, bersepeda, senam bersama dan lain sebagainya. Perkembangan klub dan gedung olahraga dari tahun 2010 s.d. 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.22.

Tabel 2.22

Perkembangan Klub dan Gedung Olahraga Tahun 2010 s.d. 2014 Kota Payakumbuh

No Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

1 Jumlah Klub olahraga per 10.000

Penduduk 24 24 24 29 30

2 Jumlah Gedung olahraga per 10.000

Penduduk 93 93 95 95 108

Sumber : Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Payakumbuh 2015

2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM

Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang mencakup layanan urusan wajib dan urusan pilihan.

2.3.1. Fokus Pelayanan Urusan Wajib

1. Pendidikan

Kemajuan di bidang pendidikan dapat dilihat dari berbagai indikator makro yang dipakai secara nasional sebagai berikut :

a. Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan salah satu ukuran untuk melihat partisipasi sekolah terhadap jumlah penduduk yang masih sekolah pada masing-masing kelompok usia sekolah dibagi dengan jumlah penduduk di masing-masing kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Pada pendidikan wajar 9 tahun dapat dibagi 2 (dua) kelompok usia yaitu usia 7-12 tahun pada jenjang SD/MI dan kelompok usia 13-15 tahun pada jenjang SMP/MTs serta kelompok SMA/MA/SMK usia 16-18 tahun.

Pada tabel dibawah ini dapat digambarkan partisipasi sekolah mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2014 baik yang kelompok usia 7-12 tahun untuk SD/MI dan kelompok usia 13-15 tahun kelompok untuk SMP/MTs serta kelompok usia 16-18 tahun untuk SMA/MA/SMK. Angka Partisipasi Sekolah (APS) kelompok usia 7-12 tahun Kota Payakumbuh dimulai dari tahun 2010 sebesar 122,59%, tahun 2011 sebesar 128,54%, tahun 2012 sebesar 105,78%, tahun 2013 sebesar 105% dan tahun 2014 sebesar 105,5%, perkembangan naik turunnya APS disebabkan pertambahan


(28)

jumlah murid dan pertambahan jumlah penduduk usia 7-12 juga tidak sama besarannya.

Pada Angka Partisipasi Sekolah (APS) kelompok usia 13-15 tahun Kota Payakumbuh, tahun 2010 sebesar 123,06%, tahun 2011 sebesar 112,88%, tahun 2012 sebesar 122,33%, tahun 2013 sebesar 125% dan tahun 2014 sebesar 127,5%, perkembangan naik turunnya APS disebabkan pertambahan jumlah murid dan pertambahan jumlah penduduk usia 13-15 juga tidak sama besarannya. Untuk kelompok usia 16-18 tahun, Angka Partisipasi Sekolah (APS) tahun 2010 sebesar 97,44%, tahun 2011 sebesar 98,79%, tahun 2012 sebesar 130%, tahun 2013 sebesar 131% dan tahun 2014 sebesar 132% perkembangan naik turunnya APS disebabkan pertambahan jumlah murid dan pertambahan jumlah penduduk usia 16-18 juga tidak sama besarannya. Pada Tabel 2.23 dapat dilihat Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah tahun 2010-2014 ditingkat pendidikan dasar dan menengah di Kota Payakumbuh.

Tabel 2.23

Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)Tahun 2010 s.d 2014 No Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014

1 SD/MI

1.1. jumlah murid usia 7-12 tahun

(orang) 15.312 16.343 13.690 13.793 14.094

1.2. jumlah penduduk kelompok usia7-12 tahun (orang) 12.490 12.714 12.942 13.136 13.359

1.3. APS SD/MI (%) 122,59 128,54 105,78 105 105,5

2 SMP/MTs

2.1. jumlah murid usia 13 -15 tahun(orang) 8.916 8.325 9.183 9.551 9.917 2.2. jumlah penduduk kelompok usia

13 - 15 tahun (orang) 7.245 7.375 7.507 7.641 7.778

2.3. APS SMP/MTs (%) 123,06 112,88 122,33 125 127,5

3 SMA/MA/SMK

3.1. jumlah murid usia 16-18 tahun

(orang) 7.999 8.255 11.058 11.342 11.633

3.2. jumlah penduduk kelompok usia

16-18 tahun (orang) 8.209 8.356 8.506 8.658 8.813

3.3. APS SMA/MA/SMK (%) 97,44 98,79 130 131 132

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh 2014 *) data sementara

Berdasarkan kecamatan, Angka Partisipasi Sekolah (APS) tingkat SD/MI kelompok usia 7 - 12 tahun di kecamatan Payakumbuh Utara pada tahun 2012 sebesar 107,41%, kecamatan Payakumbuh Barat sebesar 134,13%, kecamatan Payakumbuh Timur sebesar 87,20%, kecamatan


(29)

Payakumbuh Selatan sebesar 92,74% dan kecamatan Lamposi Tigo Nagori sebesar 92,31%.

Pada usia 13 - 15 tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) tahun 2012 di kecamatan Payakumbuh Utara sebesar 111,16%, kecamatan Payakumbuh Barat sebesar 193,29%, kecamatan Payakumbuh Timur sebesar 143,99%, kecamatan Payakumbuh Selatan sebesar 12,22 % dan kecamatan Lamposi Tigo Nagori sebesar 27,92%,

Pada usia 16-18 tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk tingkat SMA/MA/SMK tahun 2012 di kecamatan Payakumbuh Utara sebesar 66,16%, kecamatan Payakumbuh Barat sebesar 299,86%, kecamatan Payakumbuh Timur sebesar 144,72%, kecamatan Payakumbuh Selatan sebesar 21,56% dan kecamatan Lamposi Tigo Nagori sebesar 65,83%. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut kecamatan di Kota Payakumbuh tahun 2012 dapat digambarkan pada Tabel 2.24.

Tabel 2.24

Angka Partisipasi Sekolah (APS)Tahun 2012 Menurut Kecamatan

No Kecamatan

SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA

Jml murid usia 7-12 thn Jml penduduk usia 7-12 th APS Jml murid usia 13-15 thn Jml penduduk usia13-15 th APS Jml murid usia 16-18 thn Jml penduduk usia 16-18 th APS 1 Payakumbuh

Timur 3.400 3.899 87,20 2.399 1.666 143,99 2.469 1.706 144,72 2 Payakumbuh

Barat 4.495 3.351 134,13 2.768 1.432 193,29 4.396 1.466 299,86 3 Payakumbuh

Selatan 1.189 1.282 92,74 67 548 12,22 121 561 21,56

4 Payakumbuh

Utara 6.734 6.269 107,41 2.977 2.678 111,16 1.815 2.743 66,16 5 Lamposi Tigo

Nagori 1.093 1.184 92,31 141 505 27,92 341 518 65,83

Jumlah 16.911 16.585 101,96 8.352 7.429 112,42 9.142 7.594 120,38

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh

b. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah

Dalam rangka meningkatkan pelayanan pendidikan maka ketersediaan sarana pendidikan merupakan faktor pedukung yang sangat menentukan. Ketersediaan sarana pendidikan yang memadai dapat memperluas jangkauan pelayanan dan kesempatan memperoleh pendidikan dalam rangka menunjang program wajib belajar 9 tahun.

Rasio ketersedian sekolah dengan penduduk usia 7-12 tahun pada tingkat SD/MI tahun 2010 adalah 1 : 171 orang yang artinya 1 sekolah melayani 171 orang penduduk usia 7-12 tahun, pada tahun 2011 sebesar 1 : 172 orang, tahun 2012 sebesar 1 : 175 orang, tahun 2013 sebesar 1 : 173 orang dan tahun 2014 menjadi 1 : 198.

Ketersediaan sarana sekolah pada tingkat SMP/MTs dengan penduduk usia 13-15 tahun pada tahun 2010 adalah 1 : 381 orang yang


(30)

artinya 1 sekolah melayani 381 orang penduduk usia 13-15 tahun, untuk tahun 2011 sebesar 1 : 369 orang, tahun 2012 sebesar 1 : 357 orang, tahun 2013 sebesar 1 : 364 orang dan tahun 2014 menjadi 327.

Pada tingkat SMA/SM/SMK ketersedian sarana sekolah yang melayani penduduk usia 16-18 tahun pada tahun 2010 adalah 1: 432 orang yang artinya 1 sekolah melayani 432 orang penduduk 16 - 18 tahun, selanjutnya tahun 2011 sebesar 1 : 418 orang, tahun 2012 sebesar 1 : 405 orang, tahun 2013 sebesar 1 : 394 orang dan tahun 2014 sebesar 1: 382.

Adapun ketersediaan sarana sekolah dapat dilihat perbandingannya pada Tabel 2.25.

Tabel 2.25

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2010 s.d 2014 Kota Payakumbuh

No Jenjang Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014 1 SD/MI

1.1. Jumlah gedung sekolah 73 74 74 76 78

1.2. Jumlah penduduk

kelompok usia 7-12 tahun 12.490 12.714 12.942 13.136 15.441

1.3. Rasio 171 172 175 173 198

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah gedung sekolah 19 20 21 21 23

2.2.

Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

7.245 7.375 7.507 7.641 7.525

2.3. Rasio 381 369 357 364 327

3 SMA/MA/SMK

3.1. Jumlah gedung sekolah 19 20 21 22 23

3.2.

Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

8.209 8.356 8.506 8.658 8.794

3.3. Rasio 432 418 405 394 382

Sumber : Profil Pendidikan Tahun 2014

Berdasarkan kecamatan, rasio ketersediaan sekolah dengan penduduk usia 7-12 tahun pada kecamatan Payakumbuh Utara adalah 1 : 261 orang yang artinya 1 sekolah melayani 261 orang penduduk usia 7-12 tahun, kecamatan Payakumbuh Barat 1 : 176 orang, kecamatan Payakumbuh Timur 1 : 229 orang, kecamatan Payakumbuh Selatan 1 : 213 orang dan kecamatan Lamposi Tigo Nagori 1 : 148 orang.

Pada tingkat SMP/MTs ketersedian sarana sekolah dengan penduduk usia 13-15 tahun dilihat menurut kecamatan adalah pada kecamatan Payakumbuh Utara adalah 1 : 297 orang, kecamatan Payakumbuh Barat 1 : 286 orang, kecamatan Payakumbuh Timur 1 : 333 orang dan kecamatan Lamposi Tigo Nagori 1 : 252 orang.


(31)

Pada tingkat SMA/MA/SMK dengan penduduk usia 16-18 tahun dilihat menurut kecamatan adalah pada kecamatan Payakumbuh Utara adalah 1 : 548 orang, kecamatan Payakumbuh Barat 1 : 162 orang, kecamatan Payakumbuh Timur 1 : 426 orang dan kecamatan Lamposi Tigo Nagori 1 : 259 orang. Berikut ini dapat dilihat tersediaan sarana sekolah dan penduduk usia sekolah tahun 2010 menurut kecamatan pada Tabel 2.26.

Tabel 2.26

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2012 Menurut Kecamatan Kota Payakumbuh

No Kecamatan

SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

Jml gedung sekolah

Jml penduduk

usia 7-12 th

Rasio Jml gedung sekolah

Jml penduduk usia 13-15

th

Rasio Jml gedung sekolah

Jml penduduk usia 16-18

th

Rasio

1 Payakumbuh

Utara 24 6.269 261 9 2.678 297 5 2.743 548

2 Payakumbuh

Barat 19 3.351 176 5 1.432 286 9 1.466 162

3 Payakumbuh

Timur 17 3.899 229 5 1.666 333 4 1.706 426

4 Payakumbuh

Selatan 6 1.282 213 0 548 0 1 561 561

5 Lamposi Tigo

Nagori 8 1.184 148 2 505 252 2 518 259

Jumlah 74 16.585 224 21 7.429 353 21 7.594 361

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh c. Rasio Guru/Murid

Disamping ketersediaan sarana sekolah, ketersediaan guru sebagai tenaga pengajar merupakan faktor pedukung dalam peningkatan kualitas pendidikan. Tahun 2010 rasio jumlah guru dengan murid pada tingkat SD/MI adalah 16 orang yang artinya 1 guru melayani 16 murid, begitu juga dengan tahun 2011, pada tahun 2012, 1 guru melayani 17 murid begitu juga dengan tahun 2013 dan 2014 1 guru melayani 17 murid.

Rasio jumlah guru dengan murid pada tingkat SMP/MTs pada tahun 2010 adalah 11, sampai tahun 2012 rasio jumlah guru dengan murid sama. Sedangkan pada tahun 2013 rasio guru adalah 12 dan rasio pada tahun 2014 adalah 13. Pada tingkat SMA/MA/SMK rasio guru dengan murid pada tahun 2010 adalah 9, tahun 2011 sampai tahun 2013 rasionya adalah 10, sedangkanrasio tahun 2014 adalah9.

Perkembangan perbandingan jumlah guru dengan murid dapat dilihat perbandingannya pada Tabel 2.27.


(1)

2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur 1. Pekerjaan Umum

Sistem jaringan jalan secara umum terdiri dari jalan, jembatan, dan sarana pendukung jalan (drainase). Berdasarkan jalan dan jembatan up date data K-10 untuk data jumlah jembatan tahun 2014 sebanyak 96 buah dengan total panjang 850,2 m. Untuk lebih jelasnya jumlah dan panjang jembatan dapat dilihat pada tabel 2.103 berikut :

Tabel 2.103

Jumlah Jembatan dirinci per-Kecamatan dan Panjang Jembatan di Kota Payakumbuh Tahun 2010-2014

No Kecamatan Satuan Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Payakumbuh Barat unit 24 24 24 24 24

2. Payakumbuh Timur unit 19 19 19 19 19

3. Payakumbuh Utara unit 34 34 34 34 34

4. Payakumbuh Selatan unit 7 7 7 7 7

5. Lamposi Tigo Nagori unit 12 12 12 12 12

Jumlah unit 96 96 96 96 96

Panjang meter 850,2 850,2 850,2 850,2 850,2

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, 2015

Permasalahan utama pada sistem jaringan jalan di Kota Payakumbuh adalah masih terdapatnya lebar jalan yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan. Disamping itu jalan yang ada masih banyak yang tidak dilengkapi dengan drainase yang baik sehingga pada musim hujan sering terjadi penggenangan air pada ruas tertentu yang dapat merusak kondisi jalan.

Pada jalan yang sudah sempit masih dijadikan tempat parkir sehingga memacetkan lalu lintas. Masalah lain pada sistem jaringan jalan ini adalah sangat kurangnya ketersediaan “perabot jalan” atau yang disebut “street furniture” yaitu trotoar, zebra cross, rambu lalulintas, lampu jalan, daerah milik jalan, marka jalan, jalur hijau dan pohon pelindung. Untuk mendorong perkembangan fisik sistem jaringan jalan dan sistem tansportasi jalan di Kota Payakumbuh ke depan, maka pembangunan perabot jalan ini perlu menjadi prioritas dalam masa 2 tahun mendatang. Sedangkan panjang jalan menurut kondisi jalan dapat dilihat pada tabel 2.104 berikut :


(2)

Tabel 2.104

Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kota Payakumbuh dari Tahun 2010 - 2014 (Km)

Kondisi Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Baik 117,28 137,47 142,22 127,96 93,80

Sedang 62,31 72,11 69,95 69,3 95,95

Rusak Ringan 24,44 31,44 29,31 42,57 30,98

Rusak Berat 17,81 20,42 19,96 21,61 16,86

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, 2015

Pada saat ini telah berfungsinya jalan Lingkar Utara dan Jalan Lingkar Selatan sebagai Jalan Arteri Primer. Sesuai dengan rencana, Jalan lingkar Utara merupakan jalan dua jalur dengan lebar 40 meter yang lanjutannya dilengkapi dengan median jalan, jalur hijau dan trotoar. Bila pembangunan jalan lingkar ini telah selesai dan difungsikan untuk rute kendaraan antar wilayah seperti bus dan truk. Jalan Arteri Primer Lama yang melewati Pusat Kota akan berfungsi sebagai jalan arteri sekunder sehingga dapat mengurangi kepadatan lalu lintas di pusat kota.Kondisi jalan di Kota Payakumbuh sudah relatif baik dari jalan seluruhnya sepanjang 262,45 km, 2. Perhubungan dan Telekomunikasi

Kondisi angkutan darat umum di Kota Payakumbuh saat ini kurang optimal. Penggunaan angkutan umum sebagai sarana transportasi massal dapat mengurangi beban lalu lintas, namun jumlahnya yang masih sedikit belum mampu memberikan pelayanan angkutan yang layak. Jumlah angkutan umum pada tahun 2010 s/d 2014 dilihat pada tabel 2.105 :

Tabel 2.105

Jumlah Uji KIR Angkutan Umum dan Barang di Kota Payakumbuh Tahun 2010 – 2014

No AngkutanUmum

2010 2011 2012 2013 2014

Jlh Jlh

Kir Jlh

Jlh

Kir Jlh

Jlh

Kir Jlh

Jlh

Kir Jlh

Jlh Kir

1 Angkutan Orang 357 351 357 331 357 378 370 330 381 269

2 Angkutan Barang 2.504 3.360 2.684 3.538 2.697 3.879 2.713 3.997 2.782 3.104 Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, 2015

Penurunan penggunaan angkutan umum di masyarakat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya; kemudahaan memperoleh kendaraan pribadi (terutama sepeda motor), keterbatasan jalur angkutan umum yang ada, ketidaknyamanan menggunakan angkutan umum.

Untuk fasilitas terminal penumpang yang akan dibangun, direncanakan diarahkan untuk mendukung sistem jaringan jalan primer. Kota Payakumbuh hanya memiliki 1 (satu) terminal penumpang angkutan


(3)

angkutan penumpang antar kota di Koto Nan Ampek yang saat ini belum optimal pemanfaatannya. Sementara itu, untuk melayani angkutan barang dan kargo belum tersedia.

3. Energi

Listrik merupakan sumber penerangan dan energi yang sangat penting dalam menunjang perekonomian daerah. Pembangkit tenaga listrik yang dimanfaatkan di Kota Payakumbuh bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Maninjau, PLTA Batang Agam, PLTA Ombilin, Pembangkit Listrik Tanaga Uap (PLTU) Salak, dan PLTA Koto Panjangyang didistribusikan melalui gardu induk/kubikel dengan kapasitas tegangan 20 KV dan berdaya 200 KVA. Jaringan listrik sudah menyebar hampir keseluruh bagian wilayah Kota Payakumbuh.

Secara umum jaringan listrik yang ada di Kota Payakumbuh pada saat ini sudah merata penyebarannya disetiap kecamatan yang ada di Payakumbuh, terutama pada pusat-pusat kegiatan dan lingkungan perumahan penduduk. Dari data yang ada diketahui bahwa daya terpasang yang ada di Kota Payakumbuh adalah sebesar 23.529 kwh dan dari hasil analisa yang telah dilakukan terlihat bahwa jumlah kebutuhan listrik Kota Payakumbuh sampai pada akhir tahun rencana adalah sebesar 25.996 kwh.

Jadi dapat disimpulkan bahwa daya terpasang yang ada di Kota Payakumbuh tidak mencukupi untuk melayani kebutuhan masyarakat setempat akan kebutuhan energi listrik dan dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa permintaan masyarakat terhadap sambungan listrik masih memerlukan tambahan daya energi listrik dari pihak PLN.

Rumah tangga pengguna listrik meningkat dari tahun ketahun seiiring dengan meningkatnya luas daerah terbangun. Pada tahun 2010 berjumlah 20.415 rumah tangga dan tahun 2011 meningkat menjadi 20.912 rumah tangga dan terus meningkat pada tahun 2012 dan tahun 2013, 27.632 rumah tangga dan pada tahun 2014 terus meningkat yakni sebanyak 29.512 rumah tangga.

2.4.3 Penataan Ruang

Arah perkembangan kota dan penggunaan lahan di Kota Payakumbuh mengikuti pola konsentrik, terpusat pada pusat kota dan berkembang sejajar atau secaralinier patterndi sepanjang jalur jalan ke seluruh wilayah kota. Melihat perkembangan Kota yang cukup pesat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, maka peruntukan setiap ruang di Kota Payakumbuh harus ditata dengan rapi agar kota tidak menjadi semrawut. Sesuai dengan rencana struktur ruang yang tertuang dalam RTRW Kota Payakumbuh, dimana terdapat 1 (satu) rencana pusat pelayanan kota dan 5 (lima) sub pusat pelayanan kota yang akan dijadikan sebagai pusat


(4)

pertumbuhan baru di Kota Payakumbuh. Kondisi ruang di Kota Payakumbuh sebagai berikut :

a. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB

Jenis pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau yang diarahkan pengembangannya pada :

 RTH taman kota, terdapat pada kawasan Ngalau

 RTH taman kota pada kawasan eks perkantoran Bupati Lima puluh Kota.

 RTH jalur hijau (Sempadan Sungai, TPA Sampah Kawasan Padang Karambia dan Kapalo Koto, jalan kereta api dan jalur sutet)

 RTH tempat pemakaman umum (milik paguyuban/suku/kaum)  RTH jalur hijau jalan

 RTH ruang pejalan kaki

Jika dilihat dari ruang terbuka hijau dibandingkan dengan luas wilayah ber-HPL/HGB maka rasio RTH adalah 29,98 %.

b. Rasio bangunan ber IMB per satuan bangunan

Jumlah bangunan ber-IMB dibandingkan dengan jumlah bangunan terjadi peningkatan dari tahun ketahun, baik untuk bangunan yang sudah ada maupun yang baru dibangun. Hal ini karena adanya peningkatan kinerja dalam pembinaan, pengawasan, dan pengendalian IMB. Pada tahun 2014 jumlah bangunan yang telah memiliki IMB berjumlah 4.730 unit dari jumlah bangunan 27.530 unit, sehingga diperoleh rasio bangunan ber IMB 0,17

2.4.4 Fokus Iklim Berinvestasi

Majunya iklim investasi akan berdampak positif tehadap kemajuan pembangunan daerah, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan, Peningkatan iklim berinvestasi diperlukan untuk memperbaiki kondisi dan situasi sehingga investor merasa nyaman untuk melakukan penanaman modal di Kota Payakumbuh. Perkembangan jumlah investasi di Kota Payakumbuh selama periode 2007-2011 tampaknya juga cukup menggembirakan. Pada tahun 2010 pertumbuhan jumlah investasi sebesar 8,58 %, dan kemudian menurun pada tahun 2011 dan 2012, dimana angkanya sebesar 8,42 % dan 7,87%. Kembali memperlihatkan trend peningkatan tahun 2013, pertumbuhan jumlah investasi sebesar 8,18% .

Dalam penghitungan PDRB Menurut Penggunaan, investasi dibatasi pada penambahan/pembentukan barang modal tetap bruto, baik itu barang setengah jadi maupun barang jadi.


(5)

Tabel 2.106

Investasi Dihitung Berdasarkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Kota Payakumbuh Tahun 2010-2014

Tahun Atas Dasar Harga

Berlaku (Rp Milyar)

Atas Dasar Harga

Konstan (Rp Milyar) Pertumbuhan (%)

2010 350,37 154,50 8,58

2011 414,04 167,51 8,42

2012 471,85 180,70 7,87

2013 545,73 195,49 8,18

2014 545,73 195,49 8,18

Sumber : Buku PDRB Kota Payakumbuh Menurut Penggunaan, 2010-2014

Berdasarkan tabel 2.106 dapat dilihat bahwa investasi (PMTB) di Kota Payakumbuh mengalami fluktuatif setiap tahunnya baik atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK). Pada tahun 2010 pertumbuhan investasi di Kota Payakumbuh sebesar 8,58 % dengan nilai investasi Rp. 350,37 milyar (ADHB). Pada tahun 2011 pertumbuhan investasi di Kota Payakumbuh menurun menjadi 8,42 % dibanding tahun sebelumnya, namun nilai investasi meningkat Rp.414,04 milyar. Pada tahun 2012 pertumbuhan investasi menjadi 7,87 %, namun nilai investasi meningkat Rp.471,85,- milyar. Dan pada tahun 2013 pertumbuhan investasi menjadi 8,18 %, nilai investasi Rp.545,73,-milyar, namun terlihattrendmeningkat.

2.4.5 Fokus Sumber Daya Manusia

Capaian pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai indikator kesejahteraan masyarakat. Salah satu melihat capaian tersebut dari aspek Sumber Daya Manusia menggunakan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau yang lebih dikenal dengan Human Development Indexs (HDI). Hasil capaian HDI Kota Payakumbuh selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.107.

Tabel 2.107

Capaian Indikator Index Pembangunan Manusia (IPM) Kota Payakumbuh Tahun 2010- 2014

No Indikator HDI 2010 2011 2012 2013 2014*)

1. Pendidikan

 Angka Melek Huruf (%)

 Rata-rata lama Sekolah (Thn)

99,5 9,66

99,58 9,12

99,6 9,7

99,80 9,91

100 9,92 2. Kesehatan

a) Angka Harapan Hidup (Thn) 70,62 70,78 70,94 70,96 3. Ekonomi

b) Pengeluaran Riil/ Kapita (Rp/bln) 636,220 640,510 643,670 645,61 4. Index Pembangunan Manusia 75,81 76,29 76,76 77,11

Sumber : BPS Kota Payakumbuh *) data sementara


(6)

Dari Tabel 2.108 terlihat bahwa selama rentang waktu lima tahun terjadi peningkatan Indek Pembangunan Manusia (IPM) atau HDI dari angka 75,81 pada tahun 2010 menjadi 76,29 pada tahun 2011. Hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan IPM dari komponen pendidikan dilihat dari angka melek huruf, terjadi sejak tahun 2010 dari 99,5 % menjadi 99,80 % pada tahun 2013, dan dari rata-rata lama sekolah terjadi peningkatan dari 9,66 tahun pada tahun 2010 menjadi 9,91 tahun pada tahun 2013. Kemudian dari komponen kesehatan terjadi peningkatan angka usia harapan hidup dari 70,62 tahun pada tahun 2010 menjadi 70,96 tahun pada tahun 2013.