Prospek Perekonomian Tantangan dan Prospek Perekonomian Kota Payakumbuh Tahun 2015 dan 2016

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III - 8

A. Tantangan

1. Percepatan pertumbuhan ekonomi akan terus diupayakan dengan mengembangkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dominan. Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan yang lebih tinggi, terjaganya stabilitas ekonomi makro, dan dengan pembenahan yang sungguh-sungguh pada sektor riil, diharapkan akan dapat mendorong peningkatan investasi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dengan fokus utama untuk menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan; 2. Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif, mengingat investasi merupakan salah satu penggerak kegiatan ekonomi daerah. Perbaikan iklim investasi tersebut dilakukan dengan mengadakan perbaikan regulasi, pelayanan, dan penyederhanaan prosedur termasuk penyederhanaan birokrasi; 3. Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai akan menjadi kendala bagi masuknya investasi. Selain itu infrastruktur sangat dibutuhkan karena mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Infrastruktur tersebut dapat menyokong banyak aspek ekonomi dan kegiatan sosial; 4. Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan swasta Tantangan ini menjadi cukup penting karena terbatasnya kemampuan keuangan daerah untuk pembiayaan pembangunan; 5. Situasi keterbatasan keuangan negara dalam pembiayaan pembangunan daerah berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah. Pemerintah daerah dituntut mampu meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan daerah.

B. Prospek Perekonomian

Prospek Perekonomian Kota Payakumbuh Tahun 2015 dan 2016 diperkirakan cukup baik dan mengalami pertumbuhan yang positif, beberapa indikator yang menunjukkan kondisi tersebut adalah : 1. Semakin membaiknya kondisi perekonomian dunia dan nasional; 2. Pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh yang cukup baik diatas rata-rata provinsi dan nasional pada tahun 2013, tahun 2014 diperkirakan pertumbuhan ekonomi menguat dari 6,72 pada tahun 2013 menjadi 6,89 pada tahun 2014, dan target untuk tahun 2015 dan 2016 adalah 6,94-7,0 ; laju inflasi 10,87 pada tahun 2013 menjadi 10 pada tahun 2014, dan target untuk tahun 2015 dan 2016 sebesar 4,0 – 5,0 3. Tingkat pengangguran dan kemiskinan yang cenderung turun, pada tahun 2013 tingkat pengangguran turun dari tahun 2012 dari 6,77 menjadi 6,72 , diperkirakan pada tahun 2014 tingkat pengangguran menjadi 6,00 , dan pada tahun 2015 dan 2016 ditargetkan tingkat pengangguran menjadi 5,5 – 5,0 . Begitu juga dengan tingkat kemiskinan, pada tahun 2013 tingkat kemiskinan sebesar 8,48 , diperkirakan pada tahun 2014 tingkat kemiskinan turun menjadi 8,15 , dan ditargetkan pada tahun 2015 dan 2016 tingkat kemiskinan menjadi 7,5-7,0 4. Kondisi masyarakat dan kelembagaan lokal yang kondusif; 5. Posisi Kota Payakumbuh yang strategis; 6. Terbukanya peluang investasi di Kota Payakumbuh. Berdasarkan kondisi dan indikator tersebut di atas, pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh pada tahun 2014 ditargetkan sebesar 6,89 dengan laju inflasi sekitar 10 . Dengan target pertumbuhan demikian maka perkiraan capaian Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kota Payakumbuh tahun 2014 adalah Rp.2,93 triliun atas dasar harga berlaku dan Rp. 1,09 triliun atas dasar harga konstan tahun 2000. Kemudian dengan target pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh yang tinggi dan stabilitas ekonomi dunia dan nasional yang tetap terjaga sebagaimana diuraikan di atas, maka tingkat kemiskinan ditargetkan berkurang menjadi 8,15 dan tingkat pengangguran menurun menjadi 6,0 pada tahun 2014. Berdasarkan kondisi perekonomian dunia, nasional dan Kota Payakumbuh pada tahun sebelumnya dan prospek perkembangan ke depan, maka proyeksitarget pertumbuhan RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III - 9 ekonomi Kota Payakumbuh pada tahun 2015 adalah sebesar 6,94-7,0 . Tingkat inflasi pada tahun 2015 diperkirakan sekitar 4,0-5,0. Dengan target pertumbuhan demikian maka perkiraan capaian Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kota Payakumbuh tahun 2015 adalah Rp. 3,26 triliun atas dasar harga berlaku dan Rp. 1,16 triliun atas dasar harga konstan tahun 2000. Dengan dasar capaian tahun 2012 dan 2013 dan asumsi perkiraan capaian indikator ekonomi makro tahun 2014 sebagaimana dijelaskan di atas, maka tingkat pengangguran pada tahun 2015 ditargetkan turun menjadi 5,5-5,0 dan tingkat kemiskinan juga ditargetkan turun menjadi 7,5-7,0 pada tahun 2015 . Secara keseluruhan perkiraan capaian indikator ekonomi makro Kota Payakumbuh tahun 2014, dan target capaian tahun 2015 terlihat pada Tabel 3.3 Tabel 3.3 Perkiraan dan Target Capaian Indikator Ekonomi Makro Tahun 2014 s.d. 2015 Kota Payakumbuh INDIKATOR SATUAN PERKIRAAN TAHUN 2014 TARGET TAHUN 2015 1 Pertumbuhan Ekonomi 6,89 6,94-7 2 Tingkat Inflasi 10,00 4,00 – 2,00 3 PDRB harga Berlaku Jutaan Rp 2.935.127,24 3.258.427,58 4 PDRB harga Konstan Jutaan Rp 1.098.911,27 1.155.232,92 5 Pendapatan per kapita Rp 21.374.418,88 23.260.000. 6 Angkatan Kerja Org 58.674 58.000 7 Pengangguran Terbuka Org 2.500 2.400 8 Tingkat Pengangguran 6 5,5-5 9 Tingkat Kemiskinan 8,5 7,5-7 Sumber Data : Bappeda Kota Payakumbuh data diolah 3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah Berdasarkan isu strategis dan permasalahan yang berkembang baik lingkup nasional, regional maupun daerah maka disusun prioritas pembangungan daerah yang akan dijadikan sebagai landasan dalam penyusunan kebijakan umum anggaran daerah. Berdasarkan arah kebijakan umum anggaran, pemerintah daerah harus mampu menjawab secara konkrit tuntutan masyarakat melalui berbagai program dan kegiatan. Sejalan dengan fungsi alokasi dan kondisi keterbatasan kemampuan keuangan daerah yang ada, perlu diciptakan suatu sistem yang memungkinkan pemerintah daerah menjadi lebih efisien, efektif dan akunTabel dalam merumuskan kebijakan anggarannya. Oleh sebab itu berbagai persyaratan dari setiap pembiayaan programkegiatan baik yang baru maupun yang telah ada harus dipertimbangkan secara realistis kemungkinan pelaksanaannya, berdasarkan target kinerja yang ingin dicapai untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan. Kondisi keuangan pemeritah Kota Payakumbuh berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daera Kota Payakumbuh dari tahun 2011 konsisten mengalami peningkatan, hal dapat dilihat pada Grafik 3.1. RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III - 10 Grafik 3.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Payakumbuh TA.2011 s.d. 2014 Rp Sumber : DPPKA Kota Payakumbuh Tahun 2014 Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional.Pemberian kewenangan ini telah diwujudkan dengan pengaturan pembagian, dan pemanfaatan sumber daya dan perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai demokrasi dan peran serta masyarakat. Secara konkrit pengaturan ini dilakukan dengan telah diterbitnya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kondisi saat ini, tingkat ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap dana transfer dari Pemerintah Pusat APBN cenderung semakin meningkat. Mengingat tantangan yang semakin berat dalam mengelola keuangan kedepan, perlu kiranya untuk memaksimalkan pendapatan serta mengefisienkan dan mengefektifkan belanja termasuk transfer ke Daerah. Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan Pusat terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih efektif, hal ini dapat terjadi apabila Daerah dapat mengelolanya dengan professional. Komposisi pendapatan daerah Kota Payakumbuh dari tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.2. Gambar 3.2 Pendapatan Daerah Kota Payakumbuh TA. 2011 s.d. 2014 Rp Sumber : DPPKA Kota Payakumbuh Tahun 2014 RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 III - 11 Melalui penguatan sumber-sumber pendapatan daerah dan pemberian diskresi belanja daerah maka diharapkan terdapat efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.Hal ini dikarenakan dekatnya tingkatan pemerintahan yang memberikan layanan dengan masyarakat yang dilayaninya sehingga pemerintah daerah lebih memahami kebutuhan dan prioritas daerah. Dalam jangka waktu selanjutnya peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan akan mendorong akses layanan publik dan akan mendorong perekonomian daerah serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan kewenangan yang dimiliki dan keleluasaan dalam penggunaaan dana transfer yang diterimanya, Pemerintah Daerah dapat berbuat banyak untuk penguatan sektor riil di wilayahnya masing-masing. Disamping itu, koordinasi dan kerja sama antar daerah juga perlu dilakukan agar terjadi sinergi dalam pelaksanaan program yang direncanakan oleh Daerah. Selanjutnya masyarakat sebagai subyek dan obyek dari semua program yang dilaksanakan pemerintah, perlu diminta masukan dan sarannya, agar terjadi kesesuaian apa yang dilakukan oleh pemerintah dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Peranan Pemerintah Daerah yang lebih besar dalam fungsi alokasi menunjukkan tanggung jawab daerah yang juga lebih besar dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan di Daerah, sehingga tujuan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dapat tercapai.Dalam kaitan inilah, maka upaya untuk membangun kebijakan yang lebih mempertimbangkan kepentingan publik dirasakan semakin penting. Untuk itu, penciptaan lingkungan yang kondusif perlu dibangun, antara lain melalui kepastian peraturan, transparansi pelaksanaan aturan, kecepatan pemberian layanan, kemudahan dan kesederhanaan proses memperoleh layanan publik tersebut, serta sinergi antara Pusat dan Daerah, serta antar daerah. Sebagai subsistem yang tak terpisahkan dari pengelolaan keuangan negara, pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.Sumber-sumber keuangan daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, penggalian sumber-sumber potensi baru untuk menambah penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD, serta perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sumber pembiayaan pemerintahan daerah dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah diperoleh berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan