Gejala Klinik Host TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Gejala Klinik

Gejala klinik infeksi sistemik pada neonatus tidak spesifik dan seringkali sama dengan gejala klinik gangguan metabolisme, hematologik dan susunan saraf pusat. Peningkatan suhu tubuh jarang terjadi dan bila ada umumnya terdapat pada bayi cukup bulan. Hipotermia lebih sering ditemukan daripada hipertermia. Leukosit pada neonatus mempunyai rentang yang luas yaitu antara 4.000 sd 30.000 per mm3. Gejala klinik sepsis neonatorum pada stadium dini sangat sulit ditemukan karena tidak spesifik, tidak jelas dan seringkali tidak terobservasi. Karena itu, dibutuhkan suatu dugaan keras terhadap kemungkinan ini agar diagnosa dapat ditegakkan. Gejala klinik sepsis pada neonatus dapat digolongkan sebagai: 2.3.1. Gejala umum seperti: bayi tidak kelihatan sehat not doing well, tidak mau minum, kenaikan suhu tubuh, penurunan suhu tubuh dan sclerema. 2.3.2. Gejala gastrointestinal seperti: muntah, diare, hepatomegali dan perut kembung. 2.3.3. Gejala saluran pernafasan seperti: dispnea, takipne dan sianosis. 2.3.4. Gejala sistem kardiovaskuler seperti: takikardia, edema, dan dehidrasi. 2.3.5. Gejala susunan saraf pusat seperti: letargi, irritable, dan kejang. 2.3.6. Gejala hematologik seperti: ikterus, splenomegali, petekie, dan perdarahan lain. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Sepsis pada Kulit Bayi karena Infeksi Bakteri dan Jamur dari Jalan Lahir

2.4. Epidemiologi

2.4.1. Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi epidemiologi dapat digolongkan berdasarkan orang maupun tempat dan waktu. a. Distribusi Frekuensi Menurut Orang Penelitian Nugrahani, dkk tahun 2005 di RS Dr. Sardjito Yogyakarta menyebutkan bahwa berdasarkan umur, proporsi bayi dengan sepsis yang berumur 0 -7 hari adalah 77,2 sedangkan yang berumur 7 hari adalah 22,8. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi bayi laki-laki dengan sepsis adalah 61,4 sedangkan bayi perempuan adalah 38,6. Menurut Jumah, dkk tahun 2007 di Iraq terdapat 22 bayi yang berumur 7 hari 62,9 meninggal akibat sepsis, dan terdapat 31 bayi yang berumur 7-28 hari 3 6,5 meninggal akibat sepsis. Universitas Sumatera Utara Sepsis lebih sering terjadi pada bayi berkulit hitam daripada bayi berkulit putih, namun hal ini dapat dijelaskan berdasarkan tingginya insiden prematur, pecah ketuban, ibu demam, dan berat lahir rendah. Perbedaan kejadian sepsis neonatorum pada suku bangsa lebih dikaitkan dengan kebiasaan dan pola makan yang telah dianut oleh ibu dari bayi tersebut. Hal ini sangat berpengaruh pada kondisi gizi ibu yang kemudian berdampak pada keadaan bayi. Menurut Thirumoorthi dalam simposium penanggulangan infeksi pada kehamilan menyebutkan bahwa dari semua penderita sepsis awitan dini, sebanyak 54 terjadi pada bayi berkulit hitam dan dari semua penderita sepsis awitan lambat, sebanyak 65 juga terjadi pada bayi berkulit hitam. b. Distribusi Frekuensi Menurut Tempat dan Waktu Insiden sepsis neonatorum di negara berkembang sangat bervariasi menurut waktu dan lokasi. Insiden yang bervariasi di berbagai rumah sakit tersebut dihubungkan dengan angka prematuritas, perawatan perinatal, persalinan, dan kondisi lingkungan waktu perawatan. Penelitian Rasul tahun 2007 di Bangladesh menyebutkan bahwa insiden infeksi perinatal yang tinggi yaitu 50 - 60 selama dua puluh tahun yang lalu mengalami penurunan menjadi 20 - 30 di negara- negara berkembang. Di India, berbagai studi menunjukkan bahwa kejadian bervariasi antara 10 - 20 per 1.000 kelahiran hidup.

2.4.2. Determinan Sepsis Neonatorum

Beberapa determinan sepsis neonatorum dibedakan berdasarkan host, agent, dan environment. Universitas Sumatera Utara

a. Host

Faktor host yang menjadi determinan terjadinya sepsis neonatorum dapat dilihat dari faktor bayi dan ibu. a Faktor Bayi 1 Umur Penelitian Jumah, dkk tahun 2007 menyebutkan bahwa secara statistik angka kematian akibat sepsis lebih tinggi secara signifikan pada bayi berumur 7 hari dibandingkan pada bayi berumur 7-28 hari p0,001. Hasil penelitian Nugrahani, dkk tahun 2005 dengan menggunakan rancangan penelitian uji diagnostik potong lintang di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, proporsi penderita sepsis neonatorum berumur 7 hari 77,2 dan 7 hari 22,8. 2 Jenis Kelamin Laki-laki empat kali lebih beresiko terkena sepsis dibandingkan perempuan, dan kemungkinan ini berhubungan dengan kerentanan host berdasarkan jenis kelamin. Dalam penelitian Simbolon tahun 2008 dengan menggunakan desain penelitian kasus kontrol di RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong Bengkulu menyebutkan bahwa menurut faktor bayi, kejadian sepsis neonatorum banyak terjadi pada bayi laki-laki 61,2. Hasil penelitian Patel, dkk 1995 di University of Mississippi Medical Center UMMC, proporsi penderita sepsis neonatorum tertinggi pada bayi laki-laki 54,3. Penelitian Jumah, dkk 2007 di Basrah Maternity Universitas Sumatera Utara and Children Hospital, penderita sepsis neonatorum lebih banyak pada bayi laki-laki, diantaranya 56,75 yang hidup dan 43,25 yang meninggal. 3 Prematuritas Prematur adalah satu-satunya faktor paling signifikan berkorelasi dengan sepsis. Risiko meningkat sebanding dengan penurunan berat lahir. Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi yang lahir prematur mempunyai berat badan lahir rendah, namun bayi yang mempunyai berat badan lahir rendah belum tentu mengalami kelahiran prematur. Bayi prematur rentan mengalami infeksi atau septikemia. Infeksi atau septikemia empat kali beresiko menyebabkan kematian bayi prematur. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. Incidence rate, sepsis neonatorum yang dilaporkan bervariasi, antara 1-8 per 1.000 kelahiran hidup, dengan kejadian terbanyak pada bayi kurang bulan dengan berat badan lahir rendah. 4 Berat Lahir Rendah Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang kurang atau sama dengan 2500 gram saat lahir. Tujuh persen dari semua kelahiran termasuk kelompok Universitas Sumatera Utara ini. Kebanyakan persoalan terjadi pada bayi yang beratnya kurang dari 1500 gram dengan angka kematian yang tinggi dan membutuhkan perawatan dan tindakan medik khusus. Dalam penelitian Stoll, dari 7.861 bayi dengan berat badan lahir sangat rendah berat lahir 1500g dari National Institute of Child Health and Human Development NICHD pada tahun 1991 - 1993, 1,9 bayi terbukti mengalami sepsis dalam 72 jam pertama kehidupan, meskipun hampir 50 bayi di kelompok ini dianggap memiliki sepsis klinis dan diobati dengan antibiotik selama lebih dari lima hari. Dua puluh enam persen dari bayi tersebut meninggal. 5 Status Kembar Bayi kembar berisiko tinggi untuk infeksi streptococcus grup B dan infeksi lain walaupun sudah dikendalikan untuk prematuritasnya selain itu bayi lahir dengan status kembar kemungkinan akan lahir dengan BBLR, sehingga akan berisiko mengalami sepsis karena organ tubuhnya belum sempurna sehingga sistem imunnya kurang yang menyebabkan mudah terkena infeksi. Menurut Mochtar 1998, berat badan satu janin kembar rata-rata 1.000 gram lebih ringan dari janin tunggal. Berat badan masing- masing janin kembar tidak sama, umumnya berselisih antara 50 sampai 1.000 gram, dan karena pembagian sirkulasi darah tidak sama, maka yang satu kurang bertumbuh dari yang lainnya. Pengaruh kehamilan kembar pada janin adalah umur kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya Universitas Sumatera Utara jumlah janin dalam kehamilan kembar, sehingga kemungkinan terjadinya bayi prematur sangat tinggi. Perubahan perilaku pada bayi mungkin dapat merupakan tanda awal bayi sakit. Bayi yang stabil tetap terjaga dan aktif bila sedang bangun, minum bayi dan dapat diam pada saat sedang menangis, ini akan memberi sedikit peredaan pada keadaan yang dianggap normal. Beberapa perubahan perilaku petunjuk bayi sakit adalah bayi tampak lesu, tidak bertenaga, dan mengantuk, masalah malas minum meliputi dari kesulitan mengisap. Bayi membutuhkan perawatan akan menujukan perilaku yang sangat berbeda dengan bayi yang sehat memiliki berbagai macam refleks alamiah yang membantu untuk melindungi dirinya dari sinar yang berlebihan. Menurut T. Berry Brazelton dan kawan-kawan dalam buku Neonatalogi, Neonatal Behavioral Assessment Scale NBAS atau skala Penilaian Perilaku Bayi Baru Lahir SPPB perilaku bayi yang menjelaskan tentang kekuatan bayi, respon adaptasi dan hal yang rentan yang mungkin terjadi pada bayi IDAI, 2012 Menurut Ai Yeyeh dalam buku Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, yang dimaksud dengan bayi stabil atau normal jika memiliki tanda antara lain, warna kulit yang kemerahan, frekuensi jantung lebih 100 kalimenit, ada reaksi terhadap rangsangan, menangis, otot dengan gerakan aktif dan mempunyai usaha nafas dimana bayi menangis kuat. Universitas Sumatera Utara Pada usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500- 4000 gram dengan nilai Afgar lebih dari 7 tanpa cacat bawaan Ai Yeyeh, dkk, 2010.

b. Faktor Ibu