Pembagian Isti’ârah

2. Pembagian Isti’ârah

A. Isti’ârah berdasarkan dua tharaf 1). Inadiyyah Yaitu Isti’ârah yang tercegah kumpulnya dua tharaf seperti mengisti’ârahkan ma'dum kepada maujud yang tidak ada manfaat padanya dan seperti mengisti’ârahkan mayyit kepada orang hidup yang jahil. Seperti pada perkataan syair :

77 Ahmad Al-Damanhuri, Syarah Hilyah......, h. 149

Orang-orang yang bodoh bagaikan orang mati yang berjalan di atas bumi Ia mengira dirinya termasuk orang-orang hidup padahal ia tidak ada Orang-orang bodoh telah mati sebelum kematian mereka Dan orang-orang berilmu meskipun telah mati mereka masih hidup 2). Wifaqiyyah Yaitu isti’ârah yang mungkin kumpulnya dua tharaf pada sesuatu. Seperti mengisti’arahkan menghidupkan kepada memberikan petunjuk pada firman Allâh

ta‘âla :

(Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan).

B. Isti’ârah berdasarkan jâmi' 1). Qaribah. Yaitu isti’ârah yang keadaan jami'nyajelas padanya. Seperti :

Saya meliat harimau yang sedang membaca 2). Garibah.

Yaitu isti’ârah yang keadaan jâmi'nya khafi atau samar padanya tidak didapati kecuali orang yang khusus (orang yang beijiwa sastra). Seperti :

(Jika dia mengihtibakan ujung pelananya dengan les kudanya). Diisti’ârahkan ihtiba yaitu menghimpunnya seseorang akan punggungnya dan dua betisnya dengan baju dan seumpamanya kepada jatuhnya les kuda ditempatnya dari ujung

pelananya. Isti’ârah ini terbilang ghoribah karena ghoribnya penyerupaan. 78

C. Isti’ârah berdasarkan yang disebut dari dua tharaf

78 Ahmad al-Damanhuri, Syarah Hilyah......, h. 151-152

1). Tashrihiyyah atau Musharrahah Yaitu Isti’arah yang disebut padanya lafazh musyabbah bih dan dibuang musyabbah. Dhabitnya adalah setiap isti’ârah yang disebut padanya musyabbah bih dan dibuang musyabbah. Seperti : Dan seperti :

(Maka dia menghujankan mutiara dari pohon narjis dan menyirami bunga mawar dan menggigit angggur dengan embun). 79

2). Makniyyah atau Bi al-Kinâyah Yaitu isti’ârah yang disebut padanya musyabbah dan dibuang musyabbah bih dan

diisyaratkan kepadanya dengan sesuatu dari lazim-lazimnya musyabbah bih. Dhabitnya adalah setiap isti’ârah yang disebut padanya musyabbah dan dibuang musyabbah bih dan isyaratkan kepadanya dengan menyebut sesuatu dari lazim-

80 lazimnya musyabbah bih. 81 Seperti :

(Jika kematian menancapkan kuku-kukunya maka kami campakkan tamimah yang tidak bermanfa’at). D.Isti‘ârah berdasarkan lafazh Mustâ ‛ar 1). Ashliyyah

Yaitu isti’ârah yang keadaan musta’arnya isim jenis artinya isim jamid. Seperti :

Saya melihat harimau di dalam kamar mandi 2). Tayyah

Yaitu isti’ârah yang keadaan mustâ ‛arnya sifat. Seperti : لﺎﺤﻟا ﺔﻘﻃﺎﻥ لﺎﺤﻟا atau fi’il seperti : اﺬﻜﺑ لﺎﺤﻟا ﺖﻘﻄﻥ

79 Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah..., h. 265-267 80 Ahmad al-Damanhuri, Syarah Hilyah......, h. 81 Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah..., h 79 Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah..., h. 265-267 80 Ahmad al-Damanhuri, Syarah Hilyah......, h. 81 Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah..., h

(Maka dipungutlah ia oleh keluarga fir'aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka). Dikatakan tab’iyyah karena mengikuti kepada isti’ârah ashliyyah yang ditaqdirkan pada mashdar musytaq baik isim maupun fi’il dan kepada tasybih pada muta'allaq harf.

3). Tab'iyyah Makniyyah Yaitu isti’ârah yang keadaan mustâ ‛arnya berupa isim musytaq atau isim mubham selain jenis-jenis tab'iyyah pada Isti’ârah taba’iyyah. Seperti firman Allâh:

(Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya).

E. Isti’ârah berdasarkan adanya mulaimat {yang sesuai dan selaras) yang berkaitan dengannya atau tidaknya. 1). Muthlaqah Yaitu isti’arah yang tidak disertakan dengan sesuatu dari mula'imat-mula'imat

musta ‛ar minhu dan musta‛ar lah. Seperti: اﺪﺳأ ﺖﻳأر

Qorinahnya adalah hâliyyah. 2). Mujarradah Yaitu isti’arah yang disertakan dengan mula'imnya musta ‛ar lah. Seperti :

Qorinahnya adalah hâliyyah. 3). Murasysyahah Yaitu isti’ârah yang disertai dengan mula'imnya musta ‛ar minhu. Seperti :

(gaya melihat singa yang mempunyai banyak bulu leher sedangkan kuku-kukunya tidak dipotong). Qarînahnya adalah hâliyyah. 97

F. Isti’arah berdasarkan dua tharaf terbagi dua : 1). Tahqiqiyyah Yaitu isti’arah yang maknanya nyata secara hissi atau akal.

Seperti : ﺲﻠﺠﻤﻟا ﻲﻓ ا ًﺮﺤﺑ ُﺖﻳأر

2). Takhyiliyyah Yaitu isti’arah yang tidak nyata maknanya baik secara hissi maupun ‘aqli

bahkan keadaan maknanya berupa perkara yang disangka. Seperti kata رﺎﻔﻇأ pada نﻼﻔﺑ ﺎه َرﺎﻔﻇأ ﱠﻴُﺔ ِﻨﻤﻟا ْتﺄ َﺸ ْﻥأ

e. Majâz Murakkab Mursal dan Majâz Murakkab Bi Al-Isti’ârah

Majâz Murakkab adalah :

(Majâz murakkab adalah susunan yang digunakan untuk makna yang bukan sebenarnya karena adanya ‘Alâqah beserta Qarînah yang mencegah dimaksudkannya makna asli). Majâz murakkab terbagi kepada dua bagian : 1). Majâz Murakkab bukan Isti’arah atau Mursal

Sepeti perkataan syair :

(Keinginanku pergi jauh bersama rombongan orang-orang Yaman sedangkan jasadku terikat di kota Mekkah).

2). Majâz Murakkab bi al-Isti’ârah Tamtsiliyyah.

Seperti : ﻲﻥإ كارأ مﺪﻘﺕ ﻼﺝر ﺮﺥﺆﺕو ىﺮﺥأ