Hasil Analisis Data Subjek 1 .1 Data diri Subjek 1
berasal dari suami atau pasangan bukan dari anak-anaknya, selain itu di dalam keluarga mereka juga tidak terbiasa untuk memberikan pujian atau semangat
kepada anggota keluarga yang lain. 4.2. Hasil Analisis Data Individu
4.2.1 Hasil Analisis Data Subjek 1 4.2.1.1 Data diri Subjek 1
Data Subjek
Suami Anak I
Anak II Nama Inisial RH
SH KA
RD Jenis Kelamin Pr
Lk Lk
Lk Usia
Kronologis 45 Th
45 Th 16 Th
10 Th Suku
Batak Batak
Batak Batak
Pendidikan SMA
SMA SMA
SDLB Pekerjaan
IRT Kary. Swasta
Pelajar Pelajar
Status Menikah I
Menikah I Anak
Kandung Anak
Kandung Alamat
Jl Martinus Lubis - Rantauprapat 4.2.1.2 Deskripsi subjek 1
Ibu RH adalah seorang ibu yang berusia ± 45 tahun sehari-hari ia sibuk mengurus keperluan suami, kedua anaknya dan ibu kandungnya yang sudah
berusia ± 80 tahun. Ibu RH dari pagi harus menyiapkan sarapan untuk seluruh anggota keluarga, kemudian mempersiapkan kebutuhan RD untuk berangkat ke
sekolah. Sebagai anak down syndrome RD harus dibantu ibu RH setiap kebutuhannya seperti mandi, makan, berpakaian dan bersepatu. Sering juga ibu
RH merasa semakin sibuk karena RD tidak mau di bangunkan pagi hari. Ibu RH mengeluhkan bahwa ia terkadang ingin tidak lagi menyekolahkan RD ke sekolah
SLB karena dirinya menganggap, tidak terlalu banyak perubahan pada RD, ia juga merasa bosan mengantar RD ke sekolah dan kesibukan dirinya di pagi hari jika
Universitas Sumatera Utara
harus mempersiapkan kebutuhan setiap anggota keluarga. Ia merasa bahwa jika RD tidak bersekolah maka berkurang satu kesibukannya karena dia tidak harus
terburu-buru menyiapkan kebutuhan RD ke sekolah, seperti yang ia rasakan ketika RD libur sekolah.
Ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat ibu RH mengalami emosi seperti malu, sedih, putus asa, marah dan bahagia sebagai ibu yang memiliki anak
down syndrome. Misalkan ibu RH merasa malu ketika dia harus membawa anaknya ke tempat yang ramai dan ada beberapa orang yang memandang heran
pada anaknya namun terkadang hal ini juga membuat dia merasa marah karena anaknya dilihat seperti orang aneh. Terkadang ia juga merasa sedih dan putus asa
misalkan ketika ia sedang sakit dan ia teringat akan masa depan anaknya kelak jika ia sudah tidak ada di sisi anaknya lagi untuk menjaga dan melindungi
anaknya. Namun ada saat-saat tertentu anaknya membuat dirinya bangga dan bahagia karena anaknya dijadikan contoh oleh ibu lain ketika berada di tempat
ramai karena anaknya mau duduk diam dan mendengarkan apa yang dia perintahkan atau larang. Hal yang terkadang membuat dirinya seperti susah untuk
menerima RD karena anaknya yang membutuhkan bantuan untuk setiap kebutuhannya yang membuat dirinya selalu kesulitan untuk meluangkan waktu
beristirahat. Selain itu perilaku orang-orang di lingkungannya yang terkadang membuat dirinya marah dengan keadaannya sebagai ibu yang memiliki anak down
syndrome. Upaya yang telah dilakukan ibu RH dalam merawat dan mengasuh RD
lebih kepada menjaga kesehatan RD dengan memperhatikan kebersihan dan
Universitas Sumatera Utara
makanan yang dikonsumsi RD. sedangkan untuk melatih keterampilan, ibu RH mengakui hampir tidak ada waktu khusus yang ia lakukan untuk melatih
keterampilan RD. Ibu RH cenderung lebih kepada memenuhi kebutuhan RD untuk bantu dirinya seperti memandikan, memakaikan baju, makan. Hal ini
dilakukan karena menurut ibu RH jika ia tidak langsung membantu RD dalam memenuhi kebutuhannya, maka ia akan kesulitan untuk menyelesaikan rutinitas
harian dirinya tepat waktu. Ia mengakui bahwa ia sebenarnya mengetahui bahwa RD harus dibekali dengan keterampilan paling tidak untuk bantu dirinya, namun
ia mengatakan tidak memiliki kesabaran untuk terus melatih kemampuan bantu diri RD. Ia mengatakan bahwa dirinya memiliki banyak waktu ketika siang hari
karena suami dan anaknya KA tidak ada di rumah, namun RD yang terkadang susah untuk diajak belajar membuat ibu RH tidak bisa tetap sabar untuk merayu
agar RD mau belajar. Selain itu ibu RH mengakui kalau dirinya sendiri tidak mengetahui bagaimana cara untuk melatih keterampilan baru kepada RD. Untuk
mencari informasi bagaimana cara melatihnya, ibu RH juga tidak mengetahui harus dimana dan pada siapa. Ia menyadari bahwa dirinya memang memiliki
pengetahuan yang sangat sedikit tentang anak down syndrome, baik untuk merawat atau melatih keterampilan pada anak down syndrome. Menurut dirinya
hal ini karena tidak adanya tempat atau orang yang bisa ia ajak untuk berkonsultasi di daerah dimana ia bertempat tinggal.
Begitu juga dengan suami dan anaknya KA, menurut ibu RH juga cenderung kurang dalam membantu dirinya dalam merawat dan mengasuh RD
yang terkadang membuat ia merasa kesal dengan suami dan anaknya KA. Ibu RH
Universitas Sumatera Utara
masih memiliki keraguan jika harus mempercayakan pengasuhan pada suami dan anaknya KA. Karena baik suami dan anaknya hanya mau mengajak RD bermain-
main namun tidak dalam hal memenuhi kebutuhan RD seperti ketika di tinggal pergi pada siang hari maka ibu RH harus memberi makan RD terlebih dahulu
sebelum meninggalkan RD bersama suami dan anaknya KA. Ibu RH menyadari bahwa RD harus dibawa berobat secara medis maupun
ke tempat terapi untuk melatih perilaku dan keterampilan RD namun dikarenakan kondisi keuangan keluarga mereka yang tidak memungkinkan karena
suaminya hanya seorang supir dan dirinya tidak bekerja, sehingga ia sering merasa kesulitan memenuhi kebutuhan RD untuk berobat ataupun terapi. Selain
itu di daerah tempat ia tinggal juga sepengetahuan dirinya tidak ada tempat terapi untuk anak berkebutuhan khusus, jika harus ke luar daerah ia tidak memiliki biaya
yang cukup untuk membawa anaknya terapi ke luar daerah. Untuk mendapat bantuan dari keluarga atau pemerintah juga sulit dan itu tidak mungkin, hal ini
membuat dirinya pasrah dan mengatakan untuk menjalani kehidupannya seperti hari-hari sebelumnya. Ia juga menganggap kalau semua yang terjadi pada dirinya
sudah kehendak yang maha kuasa dan ia hanya menjalani sesuai dengan kemampuannya.
Ketika ditanya tentang kepercayaan diri ibu RH sebagai ibu yang memiliki anak down syndrome, ia merasa masih kurang karena ia masih ada rasa
malu membawa anaknya pergi ke tempat yang ramai atau ke tempat pesta di daerah yang jauh dari rumahnya jika tanpa ditemani oleh suami atau anaknya KA.
Hal ini membuat dirinya jika harus pergi ke tempat pesta atau berkumpul dengan
Universitas Sumatera Utara
teman-teman menjadi dilemma karena jika ia harus membawa RD serta maka ia harus memastikan bahwa teman-temannya yang lain membawa anak, jika tidak
maka ia tidak jadi ikut serta dalam acara atau kegiatan tersebut. Seandainya teman-temannya juga membawa anak, maka ia harus memastikan bahwa teman-
temannya sudah mengenal RD jika tidak ia juga masih ragu untuk membawa RD ikut serta dengan dirinya mengikuti sebuah acara. Untuk meninggalkan RD di
rumah sendiri bersama ibunya yang sudah tua ibu RH tidak yakin. Ibu RH mengakui untuk informasi mengenai anak down syndrome ia
masih kurang dan ia juga tidak tahu harus dimana dan pada siapa mencari informasi yang benar mengenai anak down syndrome. Selama ini pengetahuannya
terbatas pada bagaimana memperhatikan kesehatan anaknya yang ia peroleh dari dokter tempat anaknya berobat atau teman-temannya sesama ibu yang memiliki
anak down syndrome. Ia juga sering mendapat saran atau nasihat dari teman- temannya tersebut mengenai cara mengasuh anak down syndrome hanya saja
terkadang ia merasa saran atau nasihat tersebut diragukan kebenarannya sehingga ia tidak mau melakukannya . Harapan ibu RH agar dari pihak sekolah ataupun
dari pemerintah mau mengadakan pertemuan-pertemuan yang membahas tentang anak down syndrome agar bertambah pengetahuan mereka, namun ia berharap
biaya yang dikeluarkan tidaklah mahal bahkan ia berharap gratis karena keterbatasan biaya yang ia miliki.
Berdasar pada hasil tersebut maka dilakukan intervensi pada seluruh anggota keluarga agar dapat diatasi perasaan subjek yang sering merasa lelah,
bosan dan putus asa dalam mengasuh dan merawat RD sebagai anak down
Universitas Sumatera Utara
syndrome. Dari hasil pelaksanaan intervensi diperoleh bahwa masalah yang dirasakan subjek 1 dikarenakan kurangnya pengetahuan dari seluruh anggota
keluarga mengenai hal-hal apa yang dapat dilakukan dalam mengasuh dan merawat RD sebagai anak down syndrome. Selain itu perilaku ibu yang sering
tidak mengatakan secara langsung mengenai apa-apa yang diharapkan oleh ibu dari anggota keluarga yang lain. Hal lain yang menjadi penyebab dari masalah
yang dirasakan subjek adalah keterbatasan waktu yang dimiliki oleh suami dan anaknya KA.
Pada saat melakukan describing problem diperoleh bahwa ada saat-saat dimana masalah dirasakan subjek 1 berkurang yaitu saat RD tidak bersekolah
sehingga ia tidak lagi merasa terlalu sibuk dengan rutinitas hariannya. Selain itu saat dimana subjek 1 mengatakan secara langsung apa-apa yang ia harapkan dari
setiap anggota keluarga. Ada juga saat dimana anggota keluarga mengambil atau mengerjakan salah satu yang menjadi tanggungjawab subjek 1 dan saat-saat
dimana RD sudah menguasai keterampilan seperti ia tidak sibuk lagi memakaikan RD pakaian jika pakaian tersebut kaos oblong.
Menurut subjek 1 keajaiban terjadi dan masalah yang ia rasakan saat ini telah selesai adalah saat KA berubah perilaku; membantu dirinya dalam pekerjaan
rumah tangga, mau meluangkan waktu melatih atau membentuk perilaku baru pada RD. KA dapat dipercaya untuk menjaga RD karena KA memperhatikan
kebutuhan RD seperti makan, mandi dan lain-lain ketika ibu pergi. Sedangkan suami lebih peduli dengan perkembangan RD terlihat dari sering mengajak ibu
berdiskusi untuk mengembangkan keterampilan RD.
Universitas Sumatera Utara
Dari pertanyaan scalling question diperoleh bahwa saat ini dengan kondisi keluarga yang dirasakan subjek 1, dirinya memberikan nilai skala 4 dan ia
berharap ia akan mendapatkan nilai skala 8 dengan kondisi sesuai dengan apa yang menjadi harapannya pada pertanyaan miracle question. Dengan demikian
yang menjadi tujuan dari subjek 1 melakukan intervensi keluarga SFFT adalah menginginkan adanya perubahan perilaku dari suami dan KA dalam merawat dan
menjaga RD hal ini agar ibu tidak lagi merasa sendiri, lelah dan bosan dengan rutinitas yang ia lakukan karena bertanggung jawab penuh terhadap tugas-tugas
rumah tangga dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan RD. Untuk mencapai tujuan tersebut maka setiap anggota keluarga berjanji
untuk melakukan perubahan pada perilaku mereka yang mereka jadikan sebagai homework yaitu KA : ketika menjaga RD melakukan aktivitas bermain sambil
belajar seperti ketika di internet mengajarkan RD bermain permainan mengenal angka. Membantu ibu tugas rumah tangga yaitu merapikan rumah pada pagi hari.
Mengajari RD mandi yang bersih dengan cara mandi bersama ketika pagi hari. Mencari informasi tentang down syndrome dan memberinya ke ibu. Sedangkan
suami subjek 1 : setiap hari melakukan rutinitas bertanya pada ibu tentang perkembangan RD ketika pulang bekerja. Tidak canggung untuk memberikan
pujian pada ibu. melatih RD bermain organ pada hari dimana bapak tidak bekerja. Sedangkan subjek 1 akan melakukan perubahan perilaku yaitu belajar dari
informasi yang diberi KA. bertanya kepada guru di SLB tentang apa yang akan dilakukan di rumah untuk mengembangkan keterampilan RD. melatih RD untuk
Universitas Sumatera Utara
setiap kegiatan bantu dirinya saat ini prioritas utama mengajarkan RD makan sendiri.
Dari hasil return session diperoleh bahwa homework benar-benar dilaksanakan oleh setiap anggota keluarga hanya saja ada kendala yang membuat
pelaksanaan tidak maksimal seperti ibu yang mendapat kendala guru tidak mau bekerja sama. Sedangkan ayah kendala yang ia hadapi karena keterbatasan waktu
sehingga sering bertanya kepada ibu melalui telepon saja. Kendala yang KA hadapi adalah tidak menemukan permaian yang sesuai untuk belajar RD selain itu
RD tidak tertarik jika bermain mengenal bentuk. Menurut ibu, homework yang mereka lakukan benar-benar manfaat, ibu sudah merasa ada kemajuan kondisi
keluarganya. Ia saat ini menilai keluarganya saling mendukung dalam mengembangkan keterampilan RD.
Dari hasil pelaksanaan intervensi terlihat bahwa ada perubahan perilaku baik dari suami dan anaknya KA dalam memberikan dukungan pada subjek 1
ketika mengasuh dan merawat RD sebagai seorang anak down syndrome. Ia telah memperoleh nilai skala 9 dan lebih tinggi 1 angka dari target angka yang ingin ia
peroleh yaitu 8. Hal ini karena selain ada perubahan-perubahan perilaku dari suami dan anaknya KA, juga terjadi perubahan kemampuan RD, dimana RD
dahulu tidak bisa melakukan kegiatan bantu diri untuk mandi sendiri, saat ini RD sudah mampu mandi sendiri dengan bersih.
Terjadinya perubahan-perubahan perilaku dari setiap anggota keluarga membuat subjek 1 merasa bahwa masalah yang ia rasakan sebelumnya yaitu
perasaan lelah, bosan, putus asa dengan kondisi dirinya yang selalu sibuk dan
Universitas Sumatera Utara
khawatir dengan masa depan RD sebagai anak down syndrome, sudah mulai berkurang karena ia merasa apa yang ia harapkan dari keluarganya sudah
dilakukan oleh keluarganya. Dari perolehan skor ISEL adaptation juga diperoleh bahwa dukungan
sosial yang dirasakan ibu RH dari keluarganya berada pada kategori rendah sekali
dengan perolehan nilai adalah 47. Namun setelah pelaksanaan intervensi diperoleh bahwa subjek 1 menilai dukungan sosial yang ia terima dari
keluarganya meningkat menjadi 92 dan masuk dalam kategori Sangat Tinggi. Hal
ini juga didukung dari hasil observasi perilaku anggota keluarga sebelum intervensi dan sesudah intervensi berkaitan dengan dukungan social yang
diberikan anggota keluarga. Pada dukungan tangible dan appraisal, terlihat ada perubahan signifikan, dimana terjadi peningkatan dukungan yang diberikan suami
kepada subjek 1 sebelum pelaksanaan intervensi dan sesudah pelaksanaan intervensi. Hanya saja pada dukungan self esteem dan belonging terjadi penurunan
dukungan. Berdasarkan dari hasil wawancara dari ibu, ayah memang kurang dalam memberikan pujian ataupun menunjukkan rasa bangga dan sayang pada ibu
di depan orang lain, namun ia mengakui kalau akhir-akhir ini suaminya lebih perhatian padanya dan ia sudah merasa cukup. Sedangkan untuk dukungan
belonging terlihat terjadinya penurunan karena memang saat ini suaminya lebih mengkondiskan subjek 1 dan anaknya KA untuk melatih RD sedangkan
suaminya hanya memantau saja. Sedangkan pada KA diperoleh bahwa ada peningkatan jumlah dukungan
yang diberikan KA kepada ibu sebelum dan sesudah pelaksanaan intervensi pada
Universitas Sumatera Utara
seluruh jenis dukungan. Peningkatan yang begitu terlihat adalah pada dukungan tangible dan appraisal, hal ini karena KA sebelum intervensi tidak begitu terlibat
dalam dukungan langsung kepada ibu dalam pengasuhan RD, begitu juga dalam memberikan informasi. Namun setelah pelaksanaan intervensi KA menjadi anak
yang mau membantu ibu baik dalam mengerjakan salah satu tugas rumah tangga maupun membantu ibu mengajari RD untuk akademik maupun bantu diri. Begitu
juga dengan pencarian informasi yang berkaitan dengan anak down syndrome yang dibutuhkan keluarga.
Dari penjabaran diatas maka dapat dibuat kesimpulan gambaran dinamika dukungan keluarga pada subjek 1 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
RD sebagai anak down syndrome memiliki
keterbatasan dalam melakukan keterampilan
adaptifnya sehingga memerlukan bantuan
dalam setiap kegiatan bantu dirinya, seperti
makan, mandi, memakai pakaian, sepatu, ucapan
atau artikulasi belum jelas sehingga susah untuk
mengerti ucapannya. Belum dapat dipercaya
karena masih belum mampu membedakan
bahaya dan sering mendapatkan gangguan
dari lingkungan sehingga masih harus sering
diawasi
Subjek 1 merasa lelah, bosan, dan putus asa dalam mengasuh dan merawat RD sebagai anak down
syndrome karena merasa kurang mendapatkan dukungan atau bantuan dari anggota keluarga yang lain
dan rutinitas yang ia jalani. 1.
Subjek 1 merasa bahwa ia tidak memiliki kemampuan dalam mengasuh dan melatih
keterampilan RD. dan tidak mengetahui kepada siapa dan dimana untuk mencari informasi
2. Subjek 1 merasa bahwa RD harus dilengkapi
dengan keterampilan agar bisa mandiri. Dan RD dapat dilatih dan dikembangkan keterampilannya
seperti anak temannya. 3.
Subjek 1 merasa kurang mendapatkan dukungan dari setiap anggota keluarga dalam mengasuh dan
merawat RD, karena tidak ada yang dapat ia percaya atau andalkan jika ia ingin melakukan
sesuatu tanpa harus membawa RD.
4. SLB dimana tempat RD bersekolah kurang dalam
melatih keterampilan lebih kepada akademik dan tidak sesuai dengan harapan subjek 1, tidak adanya
di daerah tempat dirinya tinggal lembaga sebagai tempat terapi, jika harus keluar kota maka
memerlukan biaya yang besar dan tidak memiliki biaya.
5. Kondisi-kondisi dimana masyarakat seringkali
memandang aneh dan mengucilkan anak down syndrome sehingga subjek 1 terbatas membawa RD
berjalan-jalan atau pergi ke suatu tempat. Dari pertanyaan miracle question diperoleh
bahwa subjek menganggap bahwa masalah selesai jika setiap anggota keluarga yaitu KA
berubah perilaku; membantu dirinya dalam pekerjaan rumah tangga, mau meluangkan
waktu melatih atau membentuk perilaku baru pada RD. KA dapat dipercaya untuk menjaga
RD karena KA memperhatikan kebutuhan RD seperti makan, mandi dan lain-lain ketika ibu
pergi. Sedangkan suami lebih peduli dengan perkembangan RD terlihat dari sering mengajak
ibu berdiskusi untuk mengembangkan keterampilan RD. Dan dari scalling question
diperoleh bahwa subjek ingin mencapai nilai skala yang diinginkan subjek 1 yaitu dari nilai
skala 4 menjadi 8, kemudian setiap anggota menyatakan apa yang menjadi homework dan
pada saat feedback diketahui bahwa homework dilaksanakan dan subjek 1 merasa bahwa saat ini
kondisi keluarganya sudah lebih baik dimana seluruh anggota keluarga memiliki
tanggungjawab dalam mengasuh dan merawat RD, dan saat ini subjek 1 memberi nilai skala 9.
Subjek 1 tidak lagi merasa sendiri dan merasa yakin karena satu persatu keterampilan RD
semakin meningkat karena mereka memiliki program bersama untuk meningkatkan
keterampilan RD. selain itu ada peningkatan nilai dukungan terlihat dari perubahan skor
ISEL adaptation dari kategori rendah 47 menjadi sangat tinggi 97.
Anak Subjek I berinisial RD
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Hasil Analisis Data Subjek 2 4.2.2.1 Data diri subjek 2